14.

5.7K 905 57
                                    

Selamat membaca...






Jemisha menyeruput teh hangatnya dengan kalem. Tak mau ambil pusing dengan kelakuan bocah baru yang seharusnya panik saat menjadi tawanan malah bersantai ria sembari menjadikan cucunya pengawal dadakan.

Draven pun memijit pelan pelipisnya. Selain perbuatan bocah di hadapannya. Ia juga pusing hal apa yang terjadi kedepannya. Meski keluarga Dorofey adalah musuh maupun saingannya, tetapi ia maupun Valdo tak pernah menggunakan cara kotor.

Karena yang mereka saingkan adalah pekerjaan bersihnya. Sementara untuk pekerjaan bawah tak perlu bersaing, karena mereka tau tempat dimana kekuatan mereka.

"Dari pada kau pusing, lebih baik hubungi saja Valdo," usul Vernon yang tengah membaca selembar koran.

"Apa kau gila kak? Bagaimana jika mereka langsung menyerang kita," jawab Draven.

"Apa otakmu buntu Draven. Kau tinggal mengatakan yang sebenarnya. Lagi pula kita memang tidak berniat menculiknya." bukan Vernon melainkan Draven yang menjawab.

Draven hanya mendengus melihat itu. Ia mengeluarkan benda canggihnya kemudian menghubungi Valdo.

"Hey, apa kabar?"

"..."

"Ah, tidak asik sekali."

"..."

"Cih, seperti biasa kau tak suka basa basi."

"..."

"Putramu ada di Mansion ku, tidak usah marah. Datanglah aku akan menceritakan semuanya."

Tut

Setelah mengatakan hal itu Draven menutup sepihak. Ia tak mau telinganya memanas mendengarkan ocehan saingan nya itu.

Pandangannya kembali melihat ke arah putra bungsunya yang kini kompak membully keponakannya dengan Bocah Dorofey itu.

Entahlah apa ia harus berterimakasih atas kehadiran Marvin yang membuat masalahnya selesai tanpa ia duga.

🐖🐖🐖🐖

Draven mengepalkan kedua tangannya. Penampilan nya berantakan dengan 2  mayat yang tergeletak di bawahnya.

Sudah 3 hari sejak Marvin menghilang, ia belum menemukan jejaknya. Sial hanya bajingan tengik itu ia bahkan tak bisa menemukan.

Apa skill nya sudah berkurang. Tapi ada yang aneh. Ia cukup yakin Gio berhasil karena ada campur tangan bocah Albion yang menolongnya. Tidak mungkin jika ia kalah sari cecunguk sesat itu.

Mengingat Albion, ia jadi ingat. Apa Valdo harus menyerang mereka.

Brak

"Dad, lebih baik kita langsung saja ke Mansion Albion. Aku tidak tahan, ini sudah 3 hari sejak adikku menghilang!"

Arka datang dengan penampilan yang sama kacaunya dengan Valdo. Mereka merasa bodoh untuk beberapa saat, mengapa mereka baru ingat jika ini ada campur tangan dari Albion.

"Baik kit-

Drett

Drett

Ucapan Valdo terpotong oleh ponselnya yang berbunyi. Ia berdecak kesal, kemudian mengambil benda canggih itu.

Mengetahui siapa yng menghubungi nya, ia kembali emosi.

"..."

"To the point."

"..."

"katakan, jangan sampai kuledakkan kepalamu!"

"..."

"Jika sudah tau, cepatlah sialan!"

"..."

Belum menjawab, percakapan itu terputus sepihak. Valdo mencengkram kuat ponsel itu hingga retak.

"Kita pergi!"

Tanpa banyak tanya, Arka mengikuti Valdo.

______________

"Vale, cepat ambil!"

"Benar, Lelet kali la kau abang!"

"Mungkin, dulu ia belajar berjalan dari kura-kura."

"Apa itu mungkin?"

"Iya, lihat saja tangan dan kakinya begitu besar dan keras."

Dahi Vale tak berhenti berkedut. Bagaimana bisa ia jadi pengasuh dari dua bocah ini. Yah Vale menyebut Marvin bocah karena pemuda didepannya tak pantas jadi pemuda dewasa.

Ia juga cukup bersabar dengan kelakuan nya di tambah sang adik juga ikut menjadikan dirinya bulan-bulanan.

Sejak tadi ia di suruh ini itu. Bahkan  saat ia sibuk di perusahaan, ia di suruh pulang oleh kedua bocah itu. Vale kira ada sesuatu yang penting, namun ia terhantam.oleh fakta jika ia hanya di suruh mengambil cemilan di meja nakas samping ranjang.

Sementara kedua bocah itu berada di Ranjang bermain game sambil tiduran. Saat Vale bertanya kenapa tak mengambil sendiri atau menyuruh maid maupun pengawal disini, Marvin hanya menjawab 'kan kau yang bawa akun kesini' sementara Zora hanya mengangguk saja.

Ingin sekali mencekik kedua bocah itu...namun ia tahan. Pawang nya ganas boss.

"Vale, cepatlah kami haus!"

Vale kembali dengan 2 jus di tangannya. Dengan cepat kedua bocah itu mengambil jus lalu meminumnya.

Setelah selesai, mereka memberikan gelas yang kosong itu kembali pada Vale yang saat ini sedang dongkol. Namun ia tetap sabar, kedua bocah itu melanjutkan aktivitas nya menonton kartun di depan dengan mata yang berbinar.

Hingga sebuah suara membuat keduanya merinding, terutama Marvin...





"Bersenang-senang baby?"


                                       ( ͡° ͜ʖ ͡°)

Mampos di gantong!

Marvin 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang