Broo...
Marvin masuk kesebuah sekolah sebagai anak kelas 11. Dia tidak berpenampilan cupu, Marvin menggunakan seragam dengan biasa, bedanya seragam Marvin terlihat rapi sebagaimana siswa teladan.
"Halo salam kenal namaku Marvin Arsenio," ujar Marvin memperkenalkan diri di depan kelas.
Namun siswa di kelas mengacuhkannya, Marvin tersenyum. Lain lagi dengan sekelompok siswa siswi yang menatap Marvin dengan senyuman miring. Seolah mereka mendapatkan mainan baru.
"Nah Marvin silahkan duduk di bangku kosong," ujar Aminah, wali kelas Marvin.
Marvin berjalan mencari meja kosong, saat akan melewati meja Kevin, pembully terkenal di sekolahnya. Kevin dengan sengaja menyeret meja nya hingga membentur pinggang Marvin.
"Ups sorry sengaja," ucapnya remeh. Yang lain hanya tertawa, sementara Marvin sudah bersiap akan menangis. Tapi tidak, dia tidak boleh nangis. Awas saja nanti dia adukan ke daddy-nya. Ini sakit kalian tau!
Lagi pula ini yang dia mau, dia juga sudah menargetkan kelas 11 karena disini lah tempatnya para pembully. Marvin menyeringai dalam tunduknya, jadi begini rasanya di bully? kemudian ia menatap Kevin dengan senyuman.
"Gak papa kak," ujarnya polos. Kevin yang melihat senyuman Marvin hanya berdecih.
Marvin memilih tempat duduk di belakang di posisi tengah.
Selang beberapa waktu, bel istirahat berbunyi. Saat Marvin akan beranjak untuk meminta bekalnya pada Geo, kevin bersama teman-temannya mencegatnya.
"Belikan aku makan siang!" titah Kevin.
"Oh baiklah kak, uangnya mana?" tanya Marvin dengan menadahkan tangannya.
Cuihhh
"Makan tuh ludah! Pakai uangmu lah," ujar kevin, ia meludahi tangan Marvin. Marvin kesal bukan main tetapi ia harus sabar.
"Baik kak," ujarnya kemudian bersiap akan pergi. Namun tiba-tiba rambutnya di jambak oleh siswi yang ia yakini pacar dari salah satunya.
"Jangan lupakan kami culun!" ujar nata pacar dari Kevin.
"Belagak dia melupakan kami seenaknya saja. Belikan kami makan siang juga," sambung Rama teman Kevin.
"T-tapi ka-
Plakk
"Berani kamu hah!" sentak Radit.
Marvin mengusap pipi kanan yang di tampar oleh Radit, panas menjalar di pipinya. Sedangkan di lain tempat Geo menggertakkan giginya melihat tuan muda yang ia jaga agar tak lecet sedikitpun malah di lukai oleh makhluk kotor.
Geo tidak habis fikir dengan tuan besarnya, mengapa tuan bodohnya itu mengizinkan tuan mudanya menyembunyikan identitasnya dan menerima permintaan tuan mudanya.
"Apa yang kau lakukan. Cepat kami lapar!" bentak Nabila pacar dari Rama.
Marvin hanya mengangguk dan berjalan, namun sedetik kemudian dia terjatuh yang di sebabkan oleh Widya pacar dari Radit. Marvin mengepalkan tangannya, urat-urat keluar dari rahangnya.
"Apa yang kau lakukan, cepat atau kami akan telat makan!" kesal Kevin dan menendang punggung Marvin.
Marvin tersungkur, hingga dagunya membentur lantai menyebabkan luka gores yang cukup panjang, karena di lantai tersebut terdapat silet yang di lempar Nabila sebelum Marvin terjatuh.
Marvin memegang dagunya, ini akan perih. Sial!
"Cepat!"
Marvin berjalan dengan terseok-seok. Tubuhnya sakit, badannya susah untuk di gerakkan. Ahh di jadi kefikiran, bagaimana cara yang bagus untuk menyiksa mereka.
Geo lagi-lagi hanya menatap tuan mudanya dari jauh, karena Marvin menyuruh Geo untuk tidak mendekat. Tentu saja dengan ancaman. Kalau tidak seperti itu rencana Marvin akan berantakan.
Guru yang melihat Marvin hanya menatap acuh padanya, siswa siswi yang berlalu lalang juga terlihat tidak peduli dengan keadaan Marvin.
Di dalam benakanya Marvin tersenyum setan. Ini keberuntungannya, ia bernjaji dalam satu hal. Seluruh penghuni yang ada di sekolah ini ia pastikan mati. Dan yang membunuhnya adalah dia. Ia pastikan itu.
🐖
"I-ini k-kak m-
"Pergi!" usir Kevin.
"Kak boleh saya meminta sesuap saja, saya lapar," melas Marvin.
Bugh
Bugh
Brak
"Makan tuh bogeman mentah," sinis Radit setelah menghajar dan mendang Marvin.
Darah segar muncul dari hidung dan ujung bibir Marvin. Ia berdiri dengan tertatih dan berjalan keluar. Kevin Dkk yang melihat itu hanya tertawa remeh.
Marvin keluar hari ini cukup sampai sini, ia akan pulang terlebih dahulu. Mempersiapkan diri untuk hari esok.
Marvin berjalan keluar pekarangan sekolah, hingga pada saat di halte barulah ia bertemu Geo. Geo dengan sigap mengangkat tuan mudanya kedalam gendongannya.
"Tuan muda sudah cukup, anda tidak boleh terbully," cemas Geo.
Ssstttt
Marvin menaruh telunjuknya di bibir Geo. "Geo berisik aku mau istirahat dulu," ujarnya dan menaruh Kepalanya di ceruk leher Geo.
Geo mengelus punggung tuan mudanya dengan lembut. di dalam hatinya sumpah serapa ia ucapkan kepada sekolah yang ada di hadapannya. Bagaimana bisa sekolah sampah ini masih berdiri dengan kokoh.
Terdengar dengkuran halus dari tuan mudanya. Dengan lembut Geo menaruh Marvin ke dalam mobil. Lalu berjalan menuju mansion.
Sampai ke mansion Marvin tetap tertidur. Mungkin lelah, karena sudah lama ia tidak mengalami kekerasan fisik. Geo membawa Marvin kedalam, disana ada tuan-tuannya berkumpul.
Valdo mengambil alih putranya. Ia menatap khawatir pada Marvin yang di penuhi luka. Tadi sejak Geo menghubungi dan memberitahu segalanya. Ia menahan diri untuk tidak menghancurkan sekolah dengan seisinya.
"Ya ampun adik kakak!"pekik Deya setelah lihat luka-luka Adiknya.
"Dad kita bawa Marvin kekamarnya. Biar kuperiksa. Apa-apaan ini dia terlalu banyak menerima luka saat pertama kali bersekolah," ucap Deya khawatir. Ahh Deya juga seorang dokter profesional.
"Lagi pula ada apa dengan sekolah itu, jangan sampai aku mengebom semuanya yang ada disana," kesalnya. Ia terlampau khawatir dengan keadaan Marvin. Marvin adalah adik kesayangannya. Bahkan ia masih tidak mau memiliki anak karena ingi bersama Marvin lebih lama.
Karena menurut Deya jika ia memiliki bayi, maka ia akan di sibukkan dengan bayinya dan otomatis akan jarang bertemu dengan Marvin. Ia tak mau hal itu terjadi. Dan Arka memakluminya.
"Pak tua kau terlalu bodoh menerima permintaan gila Marvin," sini Arka menatap tajam sang daddy.
"Kau tahu betul perangai adikmu Arka," balas Valdo.
Arka menghela nafas, benar kata daddy-nya. Adiknya berubah drastis, menjadi lebih keras kepala. Dan sialnya ia malah makin sayang dengan adik bungsunya itu. Arka suka saat Marvin merengek padanya.
Dan apa sekarang? Adiknya malah meminta untuk di masukkan ke sekolah kotor dan menjadi orang yang terbully? Dan itu hanya untuk menemukan target untuk ia siksa? Tanpa melakukan hal gila ini Marvin bisa mendapatkan apapun yang ia mau.
Arka sejenak berfikir. Apa adiknya berubah menjadi seseorang yang masokis?
( ‾ʖ̫‾)
KAMU SEDANG MEMBACA
Marvin 2 ✔
أدب المراهقينbook kedua dari Marvin, jadi yang belum baca silahkan ke book satunya ye biar nyambung. Bahasa campur aduk. keep halal sistah!🦊