17.

6.7K 966 76
                                    


Selamat membaca...









"Mohon berhenti Tuan, anda sudah terlalu banyak meminumnya," ujar Austin, pria itu menggelengkan kepalanya pelan melihat sang tuan yang terus saja meminum alkohol selama 3 jam.

"Ck..." Valdo hanya mendecak mendengar ucapan Austin yang mengganggu menurutnya.

Pria paruh baya itu mengabaikan Austin, dia terus menuangkan minuman keras itu ke gelasnya. Sialan dengan tubuh tegar nya, setelah lama ia minum tapi Valdo hanya sedikit mabuk.

Valdo mengepalkan tangannya kuat. Sial, ia ingin mabuk berat lalu tidur dan jika bangun nanti semua kembali seperti semula, berharap jika semuanya hanya khayalannya saja.

Marvin berbaring lemah dirumah sakit karena dirinya, Semua karena keegoisannya. Jika saja ia bisa mengontrol hal tersebut, putranya akan baik-baik saja.

Aktifitas nya terganggu ketika ada seorang wanita club yang mendekati dan bergelayut manja di dekatnya. Wanita itu juga dengan berani meraba-raba tubuh Valdo dengan sensual.

Valdo tak bergeming, bukan karena menyukai hal ini, tetapi moodnya sedang buruk. Saat wanita tersebut akan menciumnya ia mendorong wanita itu hingga tersungkur ke bawah.

Wanita itu meringis pelan. Saat akan protes atas perlakukan Valdo, peluru lebih dulu bersarang di kepala wanita itu. Semua orang di club yang melihat itu shock, sebagian dari mereka pontang panting berlari pergi dari sana tetapi sayang pintu sudah terkunci dari luar. Namun  sebagian juga hanya menikmati suasana.

Valdo yang mendengar kebisingan tersebut membuat moodnya semakin parah. Dengan acak ia menembaki orang-orang yang berlarian kesana kemari.

"Diamlah!" desisnya.

Semua orang langsung terdiam di tempat menutup mulut mereka dengan kedua tangannya serta air mata yang mengalir. Tubuh mereka bergetar melihat mayat-mayat orang yang sudah di bunuh oleh Valdo.

Valdo melanjutkan acara minumnya. Hingga bunyi ponsel miliknya terdengar.

Pria patuh baya itu membuang gelas serta botol kosong bekas alkohol itu sembarang arah hingga mengenai beberapa pengunjung kemudian  pergi dari sana.

Valdo dengan cepat pergi dari club menuju rumah sakit dengan kecepatan di atas rata-rata. Baru saja ia mendapatkan kabar jika putra bungsu kesayangannya sadar.

Sesampainya disana ia langsung berlari ke tempat dimana putranya di rawat.

Valdo membuka pintu kasar dan mendapati Marvin yang tengah menatapnya namun kemudian mengalihkan tatapannya.

Disana juga sudah ada Deya yang sedang menyuapi Marvin, Arka yang juga berada di samping Deya jangan lupakan Geo yang berdiri di samping Marvin bak patung.

"Marvin bagaimana keadaanmu nak." Tak ada jawaban dari putranya maupun yang lainnya. Pemuda itu masih mengalihkan pandangannya. Valdo tak bisa berbuat apa-apa ini juga salahnya.

Namun tetap saja rasa sesak ia rasakan di hatinya. Ini pertama kalinya ia merasakan hal ini, hal yang membuat hati beku nya retak.

"Keluar..." Valdo mendongak mendengar ucapan Marvin.

"Marvin dad min-

"Pergilah!"

"Dengarkan dadd-

"Pergi, pergi!" usir Marvin, pemuda itu bergerak gelisah melemparkan semua barang yang ada di dekatnya. Ia juga menendang-nendang kan kakinya serta menjambka rambutnya.

Deya dan geo memegang Marvin tatapan mereka sendiri melihat kesayangannya seperti ini.

"Dad mohon jangan seperti ini Marvin," lirih Valdo. Ia mendekat ke arah Marvin namun Arka menghalanginya, bisa ia rasakan tatapan menusuk dari sulungnya dan juga Dari menantu dan pengawal pribadi putranya.

Marvin 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang