"Ara memang sakit." Ara melangkah ke bawah, menuju ruang keluarga.
Semua orang jelas terkejut melihat Ara.
"Hmm, Ara sakit kan?." Ucap Ara dengan senyum getir nya.
"Ara memang sakit bund, bunda juga tau kan Ara sakit?." Ucap Ara mendekati bunda.
"Ara lemah, seperti apa yang kalian fikirin."
"Ara lemah kan bunda?. " Ara bertanya pada bunda. Bunda menahan air matanya.
"Ara selalu luluh ketika bunda nyemangatin Ara, tapi Ara juga selalu rapuh ketika bunda selalu bilang kalau Ara lemah." Ara menahan air mata nya.
"Ara tau ayah selalu ngawasin Ara." Kini Ara beralih menatap Aditya.
"Karna anak buah ayah ga semulus itu buat jadi mata-mata." Ara masih berbicara.
"Setiap Ara berangkat sekolah, pulang sekolah, dan setiap Ara main, ayah selalu ngawasin Ara."
"Bahkan di sekolah, ayah punya mata-mata juga kan?." Tanya Ara pada Ayah.
"Ara di bully, tapi Ara ga salah yah bund, Ara ga salah apa-apa." Ara menunduk sebentar.
"Ara juga ga tau kenapa Nada, Misya, dan Lala ngelakuin itu ke Ara." Kinan, Gara, dan Exel langsung terkejut mendengar 3 nama yang di sebut oleh Ara.
"Ara selalu berusaha tegar kok bund, Ara kuat ngehadapin mereka." Kini air mata Ara lolos begitu saja.
Bunda, Kinan ikut menangis atas penuturan Ara.
Sedangkan yang lain masih fokus mendengarkan Ara yang meluapkan apa yang ia rasa selama ini."Ara ga selemah apa yang kalian pikirin, Ara sebisa mungkin melawan ketakutan di diri Ara." Ara mengatur nafas nya, mengelap air matanya.
"Ara selalu berusaha bersikap biasa aja ketika mereka ganggu Ara."
"Ara sebisa mungkin ngerahasian kejadian itu dari orang-orang karena Ara ga mau..." Ucapan Ara menggantung.
"KARENA ARA GA MAU DI BILANG LEMAH." Ara teriak seolah mengeluarkan uneg-uneg nya.
"Ara muak selalu di bilang lemah lemah dan lemah." Ara menunduk lagi tak kuasa membendung air mata nya.
"Ayah, makasih ayah udah ngawasin Ara." Kini Ara memegang tangan Aditya.
"Ara tau ayah akan lakuin itu."
"Tapi itu ngebuktiin kalau ayah ga percaya sama Ara." Ara menunduk tak kuasa menahan air matanya.
"Ayah ngelakuin itu karna ayah sayang sama kamu Ara." Ucap ayah memegang pundak putrinya itu.
"Sayang? Kalian sayang sama Ara? Tapi kalian ga bisa ngertiin Ara." Bunda menangis sendu sendu mendengar ucapan Ara.
"Kalau waktu itu, dia ga nolongin Ara. Mungkin Ara sekarang udah gaada disini, dan ga selalu kalian anggap lemah." Lirih Ara lemas.
Plak
Kinan menampar Ara di sisi yang terluka.
"Kenapa kak? Ara benar kan?." Ara menatap Kinan sendu.
"Stop, jangan ngomong yang aneh-aneh." Kinan memeluk Ara. Namun Ara memberontak.
"Ara ga aneh kak, dari Ara kecil Ara selalu nyusahin kalian kan?."
"Dari Ara Paud, terus Ara SD di bully dan selalu kaka yang nolongin, SMP Ara sering pingsan dan sering sakit, dan sekarang di SMA Ara di bully lagi?." Ucap Ara dengan senyum getir nya.
"Raa, ga boleh ngomong gitu." Kinan menghapus air mata sang adik.
Gara dan Exel tak bisa berkata apapun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. EXEL (ON GOING)
Teen FictionKisah seorang Exel Emerland yang sedikit rumit untuk di kupas lebih rinci, bertemu dengan seorang Kinara Zakhira Pratama. Dendam yang menyelimuti hatinya, namun tertutup oleh sikap manis yang selalu ia perlihatkan. Pertemuan nya cukup singkat, pend...