Ara akhirnya keluar dari area Edilson, dan sekarang ia sedang bersiap untuk menyebrang menuju halte pemberhentian angkutan umum.
Ara perlahan mulai menyebrang saat sekiranya jalan sudah mulai sepi. Namun saat ia di pertengahan ada sebuah sepeda motor dengan kecepatan di atas rata-rata melewati Ara.
"Aww." Jerit Ara saat kepalanya terbentur sebuah batu.
Ia berhenti sebentar karena merasakan pusing pada kepala nya. Setelah tersadar bahwa ia berada di tengah jalan, akhirnya ia kembali berjalan dan duduk di halte.
"Ga waras kayanya." Ucap Ara masih memegang jidat nya yang terasa nyut-nyutan.
Ara masih menunggu angkot yang mengarah ke Leggero.
Yaa, Ara memutuskan untuk kembali ke Leggero karena ia sudah berjanji kepada pak satpam untuk kembali sebelum bel masuk.
"Woii, Lo ngapain disini?." Suara itu bersumber dari seseorang di atas motor yang sekarang berada di depan Ara.
"Lo ngapain disini?." Tanya balik Ara.
"Yeh dasar, di tanya malah balik nanya." Balas Azka.
"Gue abis dari situ." Ara menunjuk Edilson.
"Oh." Ucap Azka dan mengangguk-angguk.
"Lo abis darimana?." Tanya balik Ara pada Azka.
"5 menit lagi bel, Lo ga mau ikut gue naik motor?." Azka mengalihkan pembicaraan.
"Gue nunggu angkot aja deh." Tolak Ara halus.
"Nunggu angkot di jam sekarang susah, karena istirahat jadi suka muter di jalan depan." Jelas Azka.
"Yaudah gue ikut Lo." Final Ara, akhirnya menaiki motor Azka.
"Nih." Azka menyodorkan plester ke arah Ara.
Ara masih terdiam.
Azka membalikkan badannya sedikit ke belakang, dan mulai menempelkan plester ke kening sebelah kanan Ara.
"Kenapa?." Tanya Ara yang masih bingung akan tingkah Azka.
"Kening Lo berdarah." Balas Azka.
"Pantes aja dari tadi kok perih yaa." Batin Ara.
🌸🌸🌸
Bel pulang sudah berbunyi 10 menit yang lalu. Kini Ara dan Azka masih berada di gazebo depan kelas Ara. Azka sengaja menunggu Ara karena ingin meminta maaf akibat kejadian tadi.
Ara ngambek saat tiba di sekolah tadi. Karena Azka yang mengendarai motor di atas kecepatan rata-rata.
Sebenarnya Ara memiliki ketakutan saat menaiki motor dengan kecepatan rata-rata. Karena saat kecil kata bunda ia pernah jatuh dari motor.
"Raa, gue minta maaf yaa." Pinta Azka.
"Gak." Sahut Ara cepat.
"Lo harusnya berterima kasih sama gue, dan gue harusnya ga minta maaf sama Lo." Ucap Azka sambil berdiri.
Ara berdiri, menghembuskan nafas pelan.
"Sabar raa, jangan nangis." Batin Ara.
"Udah tau salah malah nyolot, kalo ga niat minta maaf yaudah gausah minta maaf."
"Dan satu lagi, makasih." Final Ara lalu meninggalkan Azka yang masih berdiri di sana.
"Woii, ngapain ni bocah berdiri disini. Kek gaada tujuan hidup." Ucap Angga pada Adit saat melihat temannya masih terdiam bisu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. EXEL (ON GOING)
Teen FictionKisah seorang Exel Emerland yang sedikit rumit untuk di kupas lebih rinci, bertemu dengan seorang Kinara Zakhira Pratama. Dendam yang menyelimuti hatinya, namun tertutup oleh sikap manis yang selalu ia perlihatkan. Pertemuan nya cukup singkat, pend...