3. I Can't Resist Your Charms

1.5K 205 24
                                    

"Mereka mengambil mobil, jam tangan, baju, dan sepatuku"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mereka mengambil mobil, jam tangan, baju, dan sepatuku"

"Ponsel?"

Xander menggeleng, "Aku melemparkannya ke semak-semak tanpa sepengetahuan mereka, setelah mereka pergi aku baru mengambilnya"

Oh, Sophie turut merasa sedih dengan nasib malang yang menimpa Xander. Pria itu menceritakan kembali apa yang terjadi kemarin malam, Xander mengatakan bahwa sekelompok remaja geng motor merampoknya habis-habisan, tak tanggung-tanggung mereka juga merampas pakaian, sepatu, dan jam tangan mahal yang Xander kenakan. Amsterdam semakin tidak aman saja, semua ini karena orang tua yang tidak becus mendidik anak mereka. Memberikan motor dan membiarkan anak-anak remaja keluar larut malam adalah kesalahan fatal orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

"Bagaimana dengamu Sophie? Seorang gadis berkeliaran sendirian di jalanan pada larut malam, itu sangat berbahaya"

"Aku tidak berkeliaran, Xander" sahut Sophie dengan senyum lembutnya.

"Lalu apa yang sedang kau lakukan?"

"Aku baru saja pulang dari pertunjukan balletku yang gagal"

"Wait....kau seorang penari ballet?" tanya Xander dengan terkejut, tak hanya itu matanya juga menyipit mengamati Sophie yang duduk di hadapannya.

"Ya, seperti itulah" helaan nafas panjang meluncur dari bibir Sophie.

"Apa yang terjadi dengan pertunjukanmu?"

Sophie terdiam. Ia tidak yakin bisa menceritakan ulang tentang tragedi mengerikan yang terjadi kemarin malam. Pembunuhan John Van Bergen dan pertunjukannya gagal, ah malam yang Sophie lalui jauh lebih buruk daripada Xander bukan?

"Soph?"

Sophie menghembuskan nafasnya pelan, "Pembunuhan terjadi di pertengahan pertunjukanku, John Van Bergen ditemukan sekarat dengan luka gorokan di lehernya"

Mengingat kembali tubuh sekarat politikus muda yang malang itu bagaikan mimpi buruk bagi Sophie.

Tiba-tiba saja telapak tangan Xander yang besar melingkupi punggung tangannya. Sophie menatap mata biru Xander yang cerah lalu melemparkan senyum kecil yang ia paksakan di bibirnya.

"Aku turut prihatin dengan apa yang telah terjadi kemarin malam kepadamu, tapi mari kita cari topik lain aku benci melihatmu menjadi sedih Sophie" ucap Xander dengan suara yang begitu lembut dan terdengar tulus.

Oh, Xander. Ia benar-benar pria yang penuh perhatian dan penyayang. Tak sedikit pun Sophie merasakan bualan atau rayuan dari kalimat terakhir yang Xander ucapkan, Xander tulus merasa simpati dengan apa yang terjadi kepadanya kemarin malam.

"Sekarang ceritakan bagaimana kau bisa menjadi penari ballet?"

Sophie terkekeh pelan dan mulai menceritakan perjalanan karirnya menjadi seorang penari kepada Xander. Semua itu dimulai saat ia berumur 7 tahun, ayahnya membawanya ke pertunjukan ballet The Nutcracker. Sophie sangat menyukai pertunjukan sendratasik itu dan ia langsung meminta kepada kedua orang tuanya untuk mendaftarkannya pada kelas ballet pemula.

En Pointe (Exotic Dances Collection 4) / CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang