Tidak punya pilihan lain Sophie terpaksa setuju ikut bersama Axl ke Den Haag. Pria itu sepertinya sedang merencanakan sesuatu di sana tapi Sophie benar-benar tidak peduli, ia hanya ingin Beryl ada bersamanya secepat mungkin maka dari itu ia tidak berpikir dua kali saat Axl mengajukan syaratnya.
Lagipula Sophie tidak punya sesuatu yang membuatnya sulit meninggalkan Amsterdam. Pertunjukan balet yang menjadi impiannya sudah berakhir dengan sukses tanpa dirinya. Jujur Sophie masih dendam kepada Axl yang membuat pertunjukannya gagal sebanyak dua kali. Tapi ya sudahlah.....mungkin menjadi tokoh utama pada pertunjukan balet kelas dunia bukanlah takdir Sophie.
Saat ini Sophie sedang berdiri di balkon kastil yang tinggi, menunggu anak buah Axl datang membawa Beryl ke kastil tua ini. Sambil menunggu Sophie menatap ke luar kastil yang dikelilingi oleh hutan belantara, ia tak tahu di mana dirinya berada karena di sepanjang perjalanan kemarin malam ia tidak bisa melihat apa-apa, Axl membuatnya tidak bisa bergerak dan terus berbaring di atas pangkuannya. Yang Sophie ingat perjalanan itu memang memakan waktu yang cukup lama, sekitar 60 menit mungkin?
Bagus juga ide Axl membawanya pergi ke Deen Hag, pikir Sophie. Ia tidak mungkin bisa melarikan diri selama dia berada di tengah hutan seperti ini. Saat sampai di Bandara nanti Sophie akan kabur diam-diam dan meminta pertolongan kepada petugas atau siapa saja. Ia tidak peduli Axl bisa tertangkap karena ulahnya, sudah memang seharusnya pria itu membayar perbuatan jahat yang selama ini dia lakukan.
Jeep hitam memasuki pekarangan castil dan berhenti tepat ditengah-tengah halaman. Oh, itu pasti seseorang yang Axl tugaskan untuk menjemput Beryl. Dengan cepat Sophie keluar dari kamarnya dan turun ke bawah untuk menyambut kucingnya yang manis.
Saat sampai di halaman kastil Sophie melihat Axl sedang berbicara serius dengan anak buahnya itu. Di tangannya ada keranjang bulat yang ditutupi oleh kain, Sophie segera menghampiri mereka lalu bertanya, "Di mana Beryl?"
Axl menghembuskan nafas berat, "Sophie masuk ke dalam" titahnya.
Sophie menggeleng tegas lalu matanya jatuh pada keranjang yang bawahan Axl pegang. Ia segera merebut keranjang itu dari tangannya tak peduli meskipun Axl meneriakinya.
Sekujur tubuh Sophie membeku dan gemetaran setelah ia menyingkirkan kain yang menutupi keranjang, dengan mata kepalanya sendiri Sophie melihat isi keranjang tersebut dan ia sangat terpukul. Beryl.....kucingnya yang malang itu terkapar dengan tubuh yang kaku dan juga darah kering yang mengotori bulu putihnya.
Melangkah mundur, Sophie nyaris saja terjatuh jika Axl tidak menangkap tubuhnya. Pria itu mengambil keranjang yang ada di tangan Sophie lalu menyerahkannya kepada bawahannya sambil berkata, "Kuburkan kucing ini di belakang"
"Baik, Mr Barone"
"Beryl...." Sophie memandang sedih Beryl yang dibawa pergi. Tanpa ia sadari, dirinya mulai menangis di dalam dekapan pria yang ia benci.
"Berhentilah menangis"
Mendengar suara pria arogan itu membuat Sophie tersadar. Ia melepaskan diri dari dekapan Axl kemudian menatap Axl dengan kebencian yang tidak ia sembunyikan.
"Ini semua karenamu!" tudingnya, "Sejak kau muncul di dalam kehidupanku, aku telah kehilangan banyak hal!"
Rahang Axl mengeras dan amarah muncul secepat kilat di matanya, "Kau seharusnya berterima kasih kepadaku!"
Sophie mencibir, "Oh ya? Terima kasih untuk apa? Kau telah membuatku kehilangan Beryl, kau telah menghancurkan mimpiku, kau adalah mimpi buruk Axl!"
Tanpa peringatan tangan kanan Axl mencengkeram batang leher Sophie. Sophie terkesiap, tapi ia tidak membiarkan Axl melihat ketakutan di dalam dirinya sedikit pun.
"Jaga bicaramu"
"Aku mengatakan yang sebenarnya" sahut Sophie, "Beryl mungkin masih hidup hingga saat ini jika saja kau tidak menyerang rumahku bersama anak buahmu"
"Aku menyelamatkan hidupmu Sophie" desis Axl, pelan. "Kau akan mati di tangan Van Bergen kemarin malam jika aku tidak datang"
Sophie terdiam, dia membalas tatapan tajam Axl dengan sengit dan menolak untuk mempercayai kata-kata yang keluar dari bibir pria itu.
"Aku menolak pergi bersamamu ke Den Haag!" jerit Sophie. Ia melepaskan dirinya dari cengekeraman Axl lalu pergi begitu saja meninggalkan Axl yang masih berdiri memandangi Sophie yang melangkah masuk ke dalam rumah.
Pria itu berdiri di sana hingga sosok Sophie yang kecil dan rapuh hilang dari pandangannya. Ia bersedekap dan berpikir, berpikir masalah apa yang sudah ia bawa ke dalam hidupnya. Sophie Banks adalah sebuah bencana yang bisa merusak rencananya. Ini semua karena Xander, ketololan pria itu membuat Axl terpaksa harus melindungi Sophie. Andai saja Xander tidak berkencan dengan gadis itu, mungkin Sophie akan baik-baik saja di apartemennya saat ini. Menjalani kehidupannya yang tenang tanpa harus berurusan dengan seorang pembunuh.
***
"Sesuai tebakanmu, Van Bergen sudah menjual Blue Atlantic kepada seorang kolektor di Deen Hag pagi ini. Dia akan pergi sendiri ke sana untuk mengantarkan permatanya langsung ke tangan pembeli"
Sophie bergeming dan hanya memandang kosong makan malamnya sambil mendengarkan ocehan para pria yang berbicara dengan Axl.
"Aku sudah tahu itu, dia menjadi pengecut setelah aku melenyapkan anaknya. Siapkan penerbangan, kita berangkat besok pagi" ucap Axl.
"Bagaimana dengan, Ms Banks?"
Tatapan Sophie yang tertunduk perlahan terangkat untuk menatap pria yang tiba-tiba saja memikirkan keadaannya. Pria itu duduk di sisi kanan Axl, tepat di seberangnya.
"Biar dia menjadi urusanku" sahut Axl, ketus. Axl menatap Sophie dengan matanya yang tajam lalu tanpa segan memberikan perintah seperti biasanya, "Habiskan makan malammu"
Tidak, Sophie tidak bisa makan. Bukannya ia tidak bersyukur Axl masih bersedia memberikannya makanan yang lezat di rumah ini, tapi nafsu makan Sophie hilang karena kematian kucing kesayangannya. Ia merasa sangat kehilangan Beryl yang menjadi satu-satunya sahabat baiknya selama ini.
"Aku kenyang"
Axl mendengus, "Baiklah kalau begitu masuk ke dalam kamarmu, aku tidak keberatan melihatmu kelaparan sepanjang malam"
Bangkit dari duduknya Sophie melakukan apa yang Axl perintahkan meski ia tahu pria itu hanya menggertaknya saja. Seisi meja makan terdiam melihat Sophie yang melangkah gontai menuju ke kamarnya tanpa menyentuh makanannya sedikit pun.
"Jangan terlalu keras kepadanya, Xander tidak akan suka itu" ucap pria yang duduk di sisi kanan Axl.
Axl mendenguss sebal, "Aku muak dengan gadis itu Jordan, Xander sangat payah mencintai gadis manja sepertinya!"
"Kau telah memegang banyak kendali dari Xander akhir-akhir ini, setidaknya biarkan ia memiliki Sophie"
Untuk yang pertama kalinya Axl mengangguk setuju, "Baiklah"
— TBC —
Vote+comment for next!
KAMU SEDANG MEMBACA
En Pointe (Exotic Dances Collection 4) / Complete
RomanceExotic Dances Collection #4 Impian Sophie Banks hanyalah satu yaitu menjadi tokoh utama pada seni pertunjukan balet tingkat internasional, dan impian itu nyaris terwujud andai saja tragedi pembunuhan John Van Bergen tidak terjadi di pertengahan pert...