Sophie yang malang. Baru saja ia merasakan manisnya jatuh cinta, kini ia juga harus menelan pahitnya ditinggalkan. Tanpa kabar. Tanpa alasan. Xander menghilang begitu saja seolah-olah pria itu tidak pernah muncul di dalam hidupnya.
Dua minggu sudah Sophie melewati hari-harinya tanpa kehadiran Xander. Ia merindukan senyuman pria itu, leluconnya, dan juga pelukannya. Konyol memang, biar bagaimana pun mereka hanyalah dua orang asing yang baru saling mengenal selama beberapa hari. Tapi Sophie adalag gadis yang lugu dan polos, ia selalu sendirian selama ini sampai Xander muncul dan menjadi ledakan di dalam hidupnya.
Kehadiran pria itu mengisi hari-hari Sophie yang sunyi, membuat Sophie merasa lebih hidup dan berwarna saat bersamanya. Namun kini Xander telah pergi dan hari-hari Sophie pun kembali menjadi suram. Gadis itu menjadi murung dan jauh lebih kesepian dari pada yang sebelumnya, Sophie merasakan ada sesuatu yang hilang dari dirinya.
Oh, ia bahkan sulit fokus saat latihan!
Seperti sekarang misalnya, Madame Paulin sudah lelah melihat kesalahan yang Sophie lakukan berulang kali. Dan Madame Paulin juga merasa kebingungan dengan perubahan sikap yang begitu kentara pada salah satu penari baletnya. Sophie Banks yang biasanya selalu bersemangat saat menari, menaruh fokus dan perhatiannya dengan sepenuh hati, kini buyar. Gadis itu layaknya sedang kerasukan iblis pemalas atau semacamnya.
"Berhenti" interupsi Madame Paulin.
Sontak semua penari berhenti berlatih, begitu juga dengan Sophie.
"Istirahatlah selama 15 menit sementara aku berbicara dengan Sophie"
Tubuh Sophie menegang kaku, oh Madame pasti ingin memarahinya habis-habisan atau memecatnya dari sini.
"Sophie, ikut denganku"
Sophie mengangguk patuh-pasrah sebenarnya sebab tidak ada lagi yang bisa ia lakukan jika Madame memecatnya, ia bahkan tidak punya alasan untuk membela dirinya sendiri.
Madame membawa Sophie ke ruangannya. Mereka duduk di sana, Madame memberikan sebotol air untuk Sophie yang Sophie terima dengan ragu.
"Terima kasih, Madame"
"Minumlah Sophie, kau terlihat kacau"
Oh.
Sophie membuka tutup botol lalu menegak sedikit air mineral yang Madame berikan. Madame terus memperhatikannya, bahkan setelah ia meletakkan botol di atas meja Madame masih memandanginya dengan serius.
"Apa yang terjadi Sophie?"
Dahi Sophie berkerut dalam, "Madame, aku tidak mengerti"
Madame Paulin menghembuskan nafas pelan, "Kau tidak fokus akhir-akhir ini, apakah ada masalah yang mengganggumu?"
Wajah Sophie tertunduk, sungguh ia tak tahu harus menjawab apa. Madame tidak mengetahui bahwa ia sedang mengalami patah hati karena ditinggalkan begitu saja oleh pria yang ia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
En Pointe (Exotic Dances Collection 4) / Complete
Roman d'amourExotic Dances Collection #4 Impian Sophie Banks hanyalah satu yaitu menjadi tokoh utama pada seni pertunjukan balet tingkat internasional, dan impian itu nyaris terwujud andai saja tragedi pembunuhan John Van Bergen tidak terjadi di pertengahan pert...