Seperti biasa, Jennie duduk di meja paling sudut di dekat jendela perpustakaan kampus. Ia lebih menyukai cahaya alami yang berasal dari langit daripada berada di tengah-tengah perpustakaan yang sesak oleh rak-rak buku. Setiap hari Jumat ia akan berada di perpustakaan kampus hanya untuk membaca buku atau membuat tugasnya. Tak heran jika pegawai perpustakaan atau mahasiswa yang sukarela mengurus perpustakaan sudah sangat mengenalnya.
Salah satunya Park Chaeyoung. Selain menjadi junior yang baik bagi Jennie, Chaeyoung juga kerap kali meminjamkan buku-buku bagus yang ada di perpustakaan itu padanya. Jennie menyukai buku apa saja, namun ada satu genre yang sangat disukainya.
Yaitu biografi.
Entah itu tokoh terkenal ataupun para ilmuwan. Jennie akan membaca semuanya. Ia senang mengisi waktunya dengan membaca jika ibunya tidak memerlukan bantuannya di rumah. Ayahnya adalah seorang professor dan mengajar di salah satu universitas di Jepang, sedangkan ibunya adalah seorang dokter yang bekerja di Seoul Hospital.
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Begitulah perumpamaan yang digunakan orang-orang ketika mengetahui tentang keluarga Jennie. Namun semua itu tidak membuat Jennie menjadi mahasiswi yang sombong. Ia akan membantu siapa saja temannya yang membutuhkan bantuan. Meski itu junior atau senior sekalipun.
Siapa saja.
"Eonnie, apa kau sudah membaca buku ini?"
Teguran Park Chaeyoung yang baru saja menghampiri mejanya membuat Jennie mengangkat kepala. Chaeyoung menyodorkan sebuah buku padanya. Ia tersenyum.
"Anne Frank? Aku sudah membacanya...mungkin ratusan kali, Chaeyoung-ah. Tetapi aku akan membacanya lagi. Terima kasih."
Chaeyoung memberikan buku itu kepada Jennie dan duduk di hadapannya.
"Aku dengar Anne Frank adalah anak yang sangat menginspirasi," ujar Chaeyoung.
"Oh yeah. Dan aku sangat mengidolakannya. Kau tahu apa ungkapan Anne Frank yang sangat kusukai?" balas Jennie antusias.
"Apa itu, Eonnie?"
"Because paper has more patience than people."
Chaeyoung tersenyum tipis. "Kau bisa mendefinisikannya?"
"Bagiku Anne Frank ingin mengungkapkan bahwa kertas bersedia menerima semua yang kita rasakan, baik itu kebahagiaan atau keluhan, atau bahkan kesedihan. Kita bebas mencurahkan apapun di atasnya. Sedangkan manusia memiliki batas kesabaran. Jika terus menerus menceritakan apa yang terjadi padamu kepada orang lain, mereka akan bosan dan selanjutnya membuat alasan. Manusia mempunyai rasa bosan dan keegoisan, Chaeyoung-ah."
Chaeyoung mendecakkan lidahnya.
"Andai aku sepintar kau, Eonnie."
"Tidak ada manusia yang bodoh, Chaeyoung-ah. Kau adalah gadis cantik dan pintar, kau tahu itu?" ujar Jennie lembut.
"Wah, Eonnie. Jangan memujiku terus setiap kita bertemu. Bisa-bisa nanti aku jatuh cinta padamu," goda Chaeyoung dengan manja.
Lalu mereka tertawa. Jennie sudah menganggap Chaeyoung sebagai sahabatnya. Dan jika Chaeyoung menginginkannya sebagai seorang kakak, ia tidak akan berpikir dua kali untuk menyetujuinya.
"Cheong-ah!"
Panggilan dari suara yang sangat dikenal Chaeyoung terdengar oleh telinga mereka. Otomatis keduanya menoleh. Mata Chaeyoung terbuka lebar dan ia bergegas berdiri.