Sampai di perpustakaan, aku tidak melihat Jennie di kursinya. Kemana perginya? Aku menoleh ke meja Park Sonsaengnim dan beliau juga tidak berada di sana. Lalu aku memutuskan bertanya pada salah seorang siswa yang duduk tak jauh dari meja kami.
"Jihyo, apa kau melihat Jennie pergi?" tanyaku.
"Oh, tadi ada buku yang berserakkan di rak buku Biologi. Sepertinya ada siswa yang mengacaukannya. Jadi Park Sonsaengnim meminta bantuan Jennie," jawab Jihyo.
Aku tersenyum lega. "Terima kasih, Jihyo."
"Ya, Lisa."
Aku melangkahkan kakiku menuju rak buku Biologi. Terdengar suara obrolan Jennie dengan Park Sonsaengnim. Aku pun mendekati mereka.
Ada beberapa buku berserakan di lantai yang sepertinya ulah siswa-siswa yang tidak bertanggung jawab. Park Sonsaengnim pasti sangat kesal.
"Sonsaengnim, biar aku dan Jennie yang melakukannya," ucapku. Wanita itu segera berdiri dan merapikan blazernya.
"Oh terima kasih, Lisa. Aku akan mencatat nama siswa-siswa nakal itu dan kuserahkan kepada wali kelas mereka. Lanjutkan sampai rapi kembali, nde!"
"Baiklah, Sonsaengnim."
Lalu Park Sonsaengnim meninggalkan kami. Jennie mendongak padaku dan tersenyum tipis. Seketika pikiranku kembali pada ucapan Lee Taeyong. Pemuda itu pasti jatuh cinta karena senyuman cantik Jennie atau sikapnya yang lemah lembut.
"Jangan khawatir, tinggal sedikit lagi," ucap Jennie padaku.
Aku tetap menyusun buku yang tersisa. Tanpa sengaja tangan kami bertemu. Aku dan Jennie sama-sama terdiam, merasakan sensasi yang tetap sama seperti dulu. Aku menggenggam tangannya cukup kuat. Apakah ia akan menjauhiku jika aku menyatakan cintaku lagi padanya? Sejak kami berpisah, aku tidak pernah punya kesempatan langka seperti ini. Dan saat ini adalah satu-satunya kesempatan yang aku miliki.
"Jennie, mari kita berkencan lagi."
Aku bisa merasakan tangan Jennie menegang. Perlahan aku menatap matanya. Ia membalas tatapanku tanpa berkedip.
"Jennie, jangan menjauhiku setelah aku mengatakan ini. Aku mohon," ucapku lirih. "Aku masih menyayangimu. Sejak dulu tidak pernah berubah. Jadi maukah kau kembali padaku?"
Jennie menarik tangannya dan berdiri. Aku melakukan hal yang sama.
"Lisa, kau tidak mengerti keadaannya. Kita tidak bisa—"
"Ya, aku tahu. Tapi hatiku tetap memilihmu. Meskipun kau menjauhiku selama ini, hatiku masih untukmu. Aku tahu kau hanya diperbolehkan berkencan dengan lelaki saja, tapi aku tidak rela jika itu terjadi. Maafkan aku."
Aku menundukkan kepala sedalam-dalamnya karena kurasa aku akan menangis. Sebentar lagi aku harus bersiap melihatnya berada di pelukan orang lain. Kenapa nasibku sial sekali?