Ide cerita yang ada di FF ini mungkin sudah Tak asing lagi buat beberapa pembaca, terutama penggemar cerita horor. Aku di sini menulis imajinasi sendiri dan JenLisa sebagai pemerannya. So, check this out ;)
The Keyhole
Jenlisa Oneshoot Horror Story
Lisa dan Jennie tidak berbicara selama beberapa menit di dalam mobil, hanya memandangi air hujan yang deras yang turun tanpa jeda sejak tadi sore. Mereka berada di tempat entah berantah, hanya ada pemandangan gelap di sekelilingnya. Tujuan mereka jelas, namun perjalanan menuju kesana membuat mereka kehilangan arah.
Dengan kata lain, mereka tersesat.
"Oh, apa kita akan diam saja di mobil sampai kita tertidur?"
Lisa menoleh pada kekasihnya yang sedang frustasi. Ia pun tidak bisa berbuat apa-apa. Ia sudah mengikuti peta petunjuk ketika menyetir melalui jalan ini. Ia rasa mereka tidak tersesat, melainkan terhalang oleh hujan lebat disertai badai. Gelap gulita.
Hanya ada satu sumber cahaya saat ini yaitu dari bangunan yang cukup besar tak jauh dari mobil mereka berada. Lisa membaca tulisan "MOTEL" di gerbangnya dan ia bernapas lega. Ia harus membujuk kekasihnya agar bersedia menginap di sana. Tidak seperti yang dikatakan oleh Jennie tadi, mereka tidak akan tidur di dalam mobil.
"Aku hanya ingin minta maaf padamu sebelum kita turun. Aku tidak bermaksud untuk membuat kita tersesat," ungkap Lisa. Sebenarnya aku yakin aku tidak tersesat, tambahnya di dalam hati saja. Ia tidak berani menyuarakan karena ia bisa membayangkan Jennie akan lebih marah lagi.
"Sudahlah, di luar dingin sekali. Ayo kita turun dan mencari tahu apakah masih ada kamar kosong," ujar Jennie datar.
"Oke. Turunlah dulu, Honey. Aku akan membawa koper kita."
Jennie hanya memutar bola matanya kemudian bergegas turun. Ia berlari menuju teras motel kedua telapak tangan menutupi puncak kepalanya. Ia menunggu Lisa di sana. Lisa mengunci mobilnya dan menarik koper di bawah siraman air hujan. Sebenarnya Jennie merasa kasihan pada Lisa yang selalu sabar menghadapinya, akan tetapi Lisa sangat keras kepala untuk pergi dan mengakibatkan mereka berakhir di tempat yang sangat jauh dari rumah ini.
"Huft, dingin sekali!" desis Lisa seraya menyeka air hujan dari wajahnya. "Ayo honey, kita masuk."
Lisa berjalan terlebih dahulu dan Jennie di belakangnya. Jennie memeluk dirinya sendiri sebab udara benar-benar sangat dingin. Ia memandang sekelilingnya. Motel itu sepertinya sudah cukup tua, dengan dekorasi sederhana dan dinding berwarna coklat tua. Jika Jennie boleh memilih, ia tidak akan pernah menginap di tempat seperti ini. Kesan pertama saja sudah tidak bagus.
Di meja resepsionis, Lisa dan Jennie melihat seorang wanita berpenampilan rapi dengan blus merah muda, rompi berwarna putih serta gaya rambut pendek bergelombang ala 80an. Jennie berjalan semakin merapat pada Lisa.
"Selamat datang di motel kami, Miss. Berapa kamar yang kalian butuhkan?"
Suara wanita resepsionis terdengar mendayu-dayu di tengah ributnya suara hujan. Wajahnya tidak begitu ramah, tapi suaranya cukup tenang. Lisa dan Jennie berdiri di hadapannya.
"Satu kamar saja," jawab Lisa dan mulai mengeluarkan dompetnya.
"Double bed atau—"
"No, aku dan kekasihku tidur di ranjang yang sama."
Jennie sulit menahan senyumnya ketika Lisa berkata tegas seperti itu. Ada satu kebanggaan baginya. Tapi ia teringat kalau dirinya sedang marah pada Lisa, maka senyumnya perlahan menghilang. Ia kembali fokus pada interaksi Lisa dan resepsionis tersebut.