warning : Mature content.
Jenlisa Twoshoot
Ia bisa melakukannya.
Sedikit lagi ia akan berhasil dan membuat ibunya senang.
Akan tetapi rasanya sesak. Tubuhnya seperti dihimpit di antara dua dinding sempit dan berusaha melewatinya. Ia menahan napas dan menariknya lagi, melewati pinggul. Lalu terdengar bunyi krekk dan pada saat itulah ia akhirnya menyerah.
"Lihat, kan? Ada apa denganmu? Bukankah aku sudah menyuruhmu berolah raga dengan benar?"
Ia menghempaskan tubuh ke kursi dan menendang gaun sempit itu lagi ke lantai.
"Aku tidak tahu, Mom. Aku sudah melakukan diet mati-matian tetapi tetap saja berat badanku tidak turun. Dan gaun ini sepertinya memang terlalu kecil untukku!" gerutunya.
Matanya melirik ke sudut kamar dan melihat gadis itu menahan tawa. Ia memutar bola matanya.
"Aku ingin gaun yang lain. Dan jangan kekecilan lagi. Mengerti?!" ia menegaskan kepada dua pelayan wanita yang berdiri di belakang ibunya.
"Baik, Miss Jennie."
Ibunya memijit pangkal hidungnya dengan perasaan gusar. Pesta pertunangan akan diadakan beberapa hari lagi. Tetapi anak bungsunya ini justru tidak membuatnya puas. Seharusnya berat badan Jennie tidak bertambah agar bisa memakai gaun pemberian keluarga calon mempelai laki-laki.
"Jennie, tidak mungkin kita mengganti gaun pemberian keluarga Taehyung. Gaun itu digunakan turun temurun oleh anggota keluarganya jika mereka menikah," ujar Ibunya mencoba sabar.
"Mom, aku juga tidak ingin besar badanku tidak sesuai dengan gaunnya. Lagipula gaun itu sudah dipakai oleh puluhan wanita dari keluarga dan menantunya. Hell no. Jika ia masih ingin menikah denganku, beri aku gaun baru."
"Kau mengharapkan aku yang melakukannya? Kau bisa menghubungi Taehyung dan mengatakan permintaanmu."
"Karena Mom yang menginginkan pernikahan ini. Kenapa aku yang harus menghubunginya?"
"Ya Tuhan, Kim Jennie..."
Jennie tidak membalas ibunya lagi. Ia menolehkan kepalanya ke samping, pertanda sudah tidak ingin berdebat. Ibunya menggeram gemas kemudian mengisyaratkan kepada kedua pelayan wanita untuk membawa gaun pernikahan itu keluar.
Dan sebelum keluar dari kamar, Ibunya berhenti. Ia berhadapan dengan seorang perempuan yang usianya sebaya dengan Jennie. Bukan teman Jennie, melainkan...
"Lalisa, sebagai pelayan pribadi Jennie seharusnya kau memperhatikan tubuh Jennie. Jaga apa yang masuk ke mulutnya. Jangan takut jika ia memarahimu. Aku yang menggajimu, bukan dia. Jadi jangan biarkan dia membangkang seperti itu. Minggu ini berat badannya harus turun tiga kilogram. Apa kau mengerti?"
Perempuan berambut hitam sebahu itu mengangguk patuh.
Kemudian sang Nyonya Besar keluar kamar beserta dua pelayannya. Lisa menutup pintu dan segera menguncinya. Ia berjalan menuju kursi Jennie dan melihat perempuan itu masih menggerutu.
"Ingin kubantu memakai kembali gaunmu, Miss?"
Mendengar pertanyaan Lisa, Jennie mendongakkan kepala. Ia tidak membalas tatapan lembut Lisa sebab hatinya masih kesal perkara gaun pernikahan tadi.
Kemudian Lisa mengambil gaun berwarna hitam yang tadinya dipakai Jennie. Ia menghirup keharuman pakaian tersebut. Aroma alami Jennie melekat di sana dan membuatnya tergila-gila.