Sinarnya bulan tampak samar-samar dari sudut Ibukota. Tidak berbeda dengan yang di pusat, Zhu Gong atau Istana Utama juga terlihat damai pada selimut dingin langit malam.
Sebuah paviliun dalam Zhu Gong diantaranya adalah tempat yang menjadi ruang pribadi seorang pangeran kecil. Namanya He Xin Long, anak bungsu dari pasangan Kaisar He Xin Huo dan Permaisuri Bi Bao-yu.
Calon putra mahkota kekaisaran seharusnya patuh pada jam malam. Ketika tengah malam hampir tiba, kedua matanya masih belum mau tertutup. Karena ia begitu asyik bermain di depan jendela.
"Diedie, niang, jiejie, Longlong, hihihi~"
Monolog kecil itu terhenti begitu Xinlong mengalihkan pandangan ke arah luar jendela. Di atas langit yang minim pencahayaan, sebuah benda berbentuk panjang tampak terjun mendekat.
"Huaa!" Xinlong terkejut. Tubuhnya tak seimbang, mulai jatuh dari atas kursi. Dia meringis, menatap lagi ke arah jendela, tepat sebelum seseorang mendobrak pintu kamarnya.
"Ibu!" seru Xinlong girang melihat Permaisuri Bi Bao-yu, datang bersama beberapa dayang dan prajurit. Ia menggendong putranya segera, membalas pelukan hangat pemberian Xinlong. Kenapa niang memeluk Xinlong sebelum memarahi?
Bao-yu melangkah tergesa keluar paviliun. Xinlong sempat menoleh ke arah jendela sebelum Bao-yu membawanya jauh dari kamar. Mata itu membulat. Dia lihat sebuah anak panah tertancap di jendela. Anak panah yang nyaris mengenai tubuhnya tadi.
"Yang Mulia!" seru seorang dayang menghampiri mereka.
"Di mana A-ling?" tanya Bao-yu. Keringat dingin mengalir deras dari wajah jelita sang permaisuri. Menunggu jawaban, dan berharap akan jawaban menyenangkan. Tapi tak seperti yang diharapkan, dayang menjawab dengan ketakutan, "Yang Mulia Putri Hao Ling tidak ada di kamarnya."
Mati-matian Baoyu berusaha agar tidak pingsan di situasi seperti ini. Dengan cepat dia menurunkan Xinlong dari gendongan, lalu memerintahkan lima prajurit di belakang.
"Bawa dia pergi dari istana sejauh mungkin! Dan pakaikan dia pakaian lusuh, cepat!" Suara Baoyu terdengar bergetar hebat. Membuat kelima pengawal itu tersentak terkejut, dan juga bersimpati. Akhirnya mereka menarik paksa Xinlong meninggalkan Bao-yu.
"Ibu! Di mana jiejie?" tanya Xinlong.
"Ibu bagaimana keadaan diedie dan jiejie?!" tanya Xinlong sekali lagi.
Teriakan anak kecilnya membuat Bao-yu berhenti di tempat. Dengan posisi membelakangi, Xinlong tidak dapat melihat bahwa air mata mebasahi iras sang permaisuri. Kemudian permaisuri membalikkan badan, menghampiri, dan memeluk pangeran erat-erat.
"Longlong, dengarkan Ibu baik-baik. Ibu menyayangimu, sangat menyayangimu. Ibu mencintaimu, dengan sangat. Diedie, dan Jiejie juga cinta dan sayang kepadamu. Ibu mohon..." Baoyu tersentak begitu tangan mungil Xinlong mengusap air mata di wajah cantik yang dia miliki.
"Ibu mohon, jaga dirimu baik-baik. Bertahan hidup untuk kami, dan hiduplah dengan bahagia di luar sana."
"Ibu! Apa yang sedang terjadi? Kenapa Ibu menangis? Maafkan Longlong karena nakal dan belum tidur, Ibu jangan menangis lagi.." pintanya.
Baoyu menarik tengkuk Xinlong, mencium kening pangeran kecil, memejamkan mata sebentar, lalu menatap Xinlong serius. "Ibu marah karena Xinlong nakal. Setelah ini jangan pernah tidur terlalu malam meski Ibu tidak berkunjung untuk memperingati! Ingat itu, Sayang."
"Ibu? Ibu mau ke mana? Aku ingin bertanya anak panah milik siapa yang menancap di kamarku? Apa Diedie sedang mengadakan pesta? Ibu? Ibu dengar Longlong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince 龙凤 [The Journey of Rebuilding Empire]
Fanfiction[ bukan novel terjemahan ] He Xinlong, nama yang seringkali diiming-imingi gelar Putra Mahkota. Anak bungsu Kaisar He Xinhuo sekaligus pangeran satu-satunya di Kekaisaran Feng. Kehidupan mewahnya sirna begitu kekaisaran lain datang dan menyerang ist...