19: Reaksi

39 6 0
                                    

Di malam gulita, candra yang berada pada singgasananya terus memperhatikan gerak-gerik lincah dari sekelompok manusia berbaju serba hitam. Yang menjadi ciri khas dari kelompok itu berupa topeng dengan macam-macam bentuk milik dari masing-masing anggota. Mereka kerap disebut sebagai "Kelompok Pencuri Merah" lantaran pekerjaannya yang tak lain adalah mencuri.

Bagi rakyat biasa Tangshan, kelompok itu adalah orang-orang jahat yang seringkali mengganggu, merugikan, bahkan meresahkan warga sekitar. Karena kecekatan yang luar biasa, tak ada penjaga atau warga manapun yang dapat menangkap salah satu dari mereka.

Meski demikian, kelompok pencuri malam bagaikan malaikat penolong dari dunia yang kejam, menurut para hamba sahaya yang tak lain adalah penduduk asli Tangshan, rakyat Feng. Sebab setiap hasil curian akan dibagi sama rata kepada semua budak.

Bukankah setiap budak memiliki tuannya masing-masing? Dan mereka tinggal di dekat rumah tuannya, 'kan?

Tidak, para hamba sahaya milik semua penduduk Tangshan. Untuk lokasi tempat tinggal, mereka ditempatkan di sebuah kastil usang yang terletak di bagian barat laut Kota Tangshan. Kastil tidak terlihat besar, tak jauh lebih besar jika dibandingkan dengan rumah milik penduduk kaya raya Tangshan. Tempat tersebut juga kurang pantas disebut sebagai Kastil Budak, namun lebih cocok dengan nama "Penjara Budak".

"Semua sudah kembali?" dari sekelompok pencuri malam, manusia misterius bertopeng rubah merah tengah berdiri di atap kastil budak. Satu persatu anggota kelompok mereka melompat dari berbagai atap rumah warga, sampai ke tempat yang agak jauh dari permukiman, hingga tiba di sana. Tentu tiap anggota yang kembali membawa muatan di dalam karung pada pundak masing-masing. Demi menghindari kecurigaan penjaga kastil yang tertidur, mereka terpaksa menahan beban sembari meminimalisir bunyi.

Tapi bagi peserta dengan topeng uwakari merah, hal tersebut bukanlah sesuatu yang sukar. Ia dengan begitu santai berjalan melintasi dengkuran penjaga. Terlebih di saat salah satu dari mereka menggeliat dan membuka mata sedikit, ia masih terlihat tenang saat melempar muatannya ke atap.

"Gou Mingrui!" desis si Topeng Rubah usai meraih muatan milik topeng uwakari.

"Apa?" uwakari merah botak berhasil memanjat dinding batu kastil, dan kini berdiri di samping rekan lainnya.

"Bagaimana kalau ini terjatuh?"

"Salahmu."

Wajah tercengang ditutup oleh topeng ciri khas Pencuri Merah. Gou Mingrui si Uwakari Merah Botak, seringkali bertingkah seenaknya. Ya meskipun dia adalah yang paling mahir menyelinap diantara yang lain. Tapi tetap saja! Semahir apapun anak itu, kewaspadaan tak boleh lenyap!

"Tunggu, bodoh!" rubah merah mengikuti Mingrui masuk ke dalam cerobong asap tak berguna.

Cerobong asap tanpa kayu bakar hanya akan menjadi pajangan kastil. Sedemikian itu, kelompok Pencuri Merah berhasil membuat benda itu tetap berguna, tak lain sebagai tempat keluar masuk kastil.

Sebetulnya nama 'Penjara Budak' diberikan bukan tanpa alasan. Begitu masuk ke dalam kastil, para hamba sahaya tidaklah dapat bergerak bebas layaknya penghuni asli kastil usang tersebut. Setiap orang, setiap kelompok, setiap pekerjaan, ditempatkan secara berpisah. Tiap-tiap kelompok berada di balik jeruji besi berukuran agak besar yang jaraknya lumayan jauh dengan jeruji lain. Hal tersebut lah yang menjadikan kastil usang seringkali dipandang sebagai 'Penjara Budak'.

"Sudah membuka semua jeruji?" tanya Mingrui kepada salah satu rekan yang mempunyai topeng harimau merah.

"Iya, mereka berkumpul di aula," jawabnya lalu kembali melintasi Mingrui.

Lekas Mingrui pergi ke tempat aula. Di sana berbagai macam manusia rentan tampak mengantre demi makan malam yang dibawa oleh Pencuri Merah.

"Permisi! Kau liat Lian? Gadis dengan tahilalat di bawah bibir, tadi pagi aku membawanya saat masih pingsan." Mingrui menepuk pundak salah satunya.

Prince 龙凤 [The Journey of Rebuilding Empire]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang