Rasanya seperti,
Pulang ke masa lalu
Saat dekap hangat membalut daksa
Masih ada menemaniku
Kasihku mengejam karena lara
Enggan memandang langit kelabu
Kala pasukan bana menyerbu istana
Di sana, aku hanya berdiri kelu
.
"SEMUANYA BERLINDUNG!" Beberapa pasukan Qian Gen Zhuzi terkejut bukan main begitu melihat target yang mereka kepung bersama, amatlah lincah memanjat ke atas pohon sambil menghindari berbagai macam penyerang juga anak panah berapi.
Belasan anak panah berapi yang meluncur ke arah hutan, nyatanya makin memperkeruh suasana. Amat malang nasib hutan ini karena tampaknya anala sukar tuk dipadamkan.
Sial! Kami semakin terpojok!
Shuyang menggertak gigi. Tangan yang menggenggam belati semakin kencang, buku-buku jari memutih bersamaan kulit bersemu merah.
"ENYAHLAH!" Murka Shuyang memuncak. Ren Shuyang tidak akan bersembunyi lagi. Kali ini dia yang akan maju paling depan. Andaikata kelompoknya hanya tersisa dirinya, maka jalannya tetap sama, serang sampai akhir. Sebab sudah tidak ada kata maaf.
Namun itu hanyalah sebuah pemikiran, tepat sebelum sebuah tangan balik mencengkram bahu Shuyang. Lari secara berlawanan arah, pemuda yang mencengkram Shuyang berkata, "Giring warga desa ke tepi danau, SEKARANG!"
Shuyang tidak tau apa yang seharusnya dia lakukan. Perintah itu seakan memaksanya untuk tetap patuh. Jauh di dalam pikirannya, sesuatu tengah membisiki, bahwa apa yang diperintahkan pria tadi tidaklah salah, satu-satunya jalan yang paling efektif.
Set
Shuyang juga tidak tau atas kehendak siapa dia bergerak mematuhi.
"WU-PEN, PAMAN QUENTIN, TEPI DANAU! Bukan, DERMAGA MUHUANG!" seru Shuyang kepada petarung yang ada di pihaknya.
Benar, tidak ada yang perlu dijelaskan sekarang. Shuyang paham betul apa yang harus dia lakukan.
· · ─────── ·❁ཻུ۪۪⸙· ─────── · ·
. . .
Awang-awang semakin tergoda akan pertempuran malam ini. Mengundang puluhan gegana hitam guna menghalangi candra dan membiarkan bara menjadi penerangan utama.
Di tengah-tengah hutan belantara, He Xinlong tengah menggantikan posisi Ren Shuyang orang asing dari Desa Lan, untuk menahan pasukan-pasukan Qian Gen Zhuzi. Mengalihkan perhatian mereka agar tidak mendekati tepi danau.
"SERANG!"
Malam yang sunyi, tidaklah ada,
Ketenangan miliknya, hilang begitu saja,
Barang sejenak amarah jadi penguasa,
Terjang, semua ada batasnya.
He Xinlong murid terlatih dari seorang pengembara putih terkemuka. Belasan tahun lamanya hidup sebagai murid satu-satunya, telah membuat Xinlong memanfaatkan hal tersebut untuk menjadi impiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince 龙凤 [The Journey of Rebuilding Empire]
Fanfiction[ bukan novel terjemahan ] He Xinlong, nama yang seringkali diiming-imingi gelar Putra Mahkota. Anak bungsu Kaisar He Xinhuo sekaligus pangeran satu-satunya di Kekaisaran Feng. Kehidupan mewahnya sirna begitu kekaisaran lain datang dan menyerang ist...