Ekspresi sadrah terasa lumrah dalam sebuah situasi, ketika segala jenis kemungkinan tak dapat dipungkiri. Dengan banyaknya korban sana-sini, semua orang pasti ingin mengakhiri apa yang terjadi, dan berharap mereka masih bisa mengirup udara di esok pagi. Namun, kemungkinan buruk yang dibayangkan akan menjadi kenyataan, jikalau tidak ada usaha lagi. Atau memang sudah tidak ada kesempatan menang?
Hanya ada dua pilihan tersisa. Menyerang sampai mati atau mati terserang?
Tanpa sengaja Xinlong melihat Shuyang jatuh tersungkur, tak jauh dari posisinya berada. Lantas ia bergerak untuk membantu, membopong tubuh anak itu menjauh beberapa meter dari lokasi kejadian.
"Xinlong, tidak ada kemenangan untuk kita," ujar Shuyang dengan suara parau. Ia bersandar pada kayu sisa-sisa tembok rumah warga.
Yang diajak berbicara hanya diam menunduk. Dia juga berpikir demikian. Akan tetapi batinnya menolak, pasti, pasti akan ada celah. Maka ia memperhatikan lebih seksama beberapa orang tersisa yang masih nekad melawan makhluk tersebut.
Samar-samar cahaya muncul di sela-sela leher sang monster.
Cahaya apa itu?
"Tunggu di sini," kata Xinlong sebelum berlari mendekati musuh. Terlihat jelas bahwa tujuannya adalah bagian leher. Meski tidak terlalu memperhatikan, tetapi monster itu dengan sigap menepis serangannya. Seakan-akan tahu bahwa itu adalah bagian yang harus dilindungi.
Sadar, lantas Zeyu memberi isyarat kepada para juniornya untuk mengalihkan perhatian. Setelahnya ia meminta tolong kepada para prajurit yang masih bertarung untuk menyiapkan beberapa tali tambang. Dibantu para kelompok pencuri malam yang bertugas menyelinap dan melilitkan tali-tali pada kaki monster. Sementara para pasukan pemanah Tangshan bertugas membidik anak panah mereka untuk melilit bagian tangan yang menepis serangan para wulin Xiangyun.
Akan tetapi monster itu sadar akan adanya tali yang melilit, langsung menggerakkan tangan besarnya sehingga tali tersebut putus. Pasukan pemanah pun terbelalak dibuatnya. Dengan sigap Zeyu meraih tali-tali yang tersisa, menyatukannya, lalu melompat cepat untuk membelit satu tangan yang terlepas itu.
"TARIK SEKARANG!!!" teriak sang Daozhang.
"HIYAAAA!!!"
Suara semangat juang yang tinggi bersatu. Setelah apa yang terjadi, seluruh warga Tangshan akhirnya mau berja sama, tanpa memandang status, golongan, maupun usia. Dua kelompok di sebelah timur menarik bagian kaki, dua kelompok lainnya menarik kaki bagian depan dari arah barat. Sementara wulin-wulin Xiangyun siaga membuat pelindung dengan sisa-sisa tenaga mereka, ketika monster mengeluarkan asapnya dengan jumlah yang banyak.
Inilah saatnya.
Dengan gerakan secepat kilat, He Xinlong berlari melewati tameng di sekeliling monster. Ketika monster itu sibuk memberontak, dia menyelinap naik ke atas tubuh besarnya. Wu Zhu sudah diacungkan, dia pun menancapkan sebuah belati agar dapat menggantung di leher besarnya. Namun ketika hendak menancapkan Wu Zhu, sesuatu nampak menyala dari balik bajunya.
Sheng Fenghuang?
GRRRRAHHHH
Musuh kembali memberontak. Berusaha bangkit dari lilitan tali-tali itu. Sehingga Xinlong terpaksa menancapkan Wu Zhu ke sembarang arah, agar dia tidak jatuh dari atas tubuhnya. Dan saat dirasa timingnya sudah tepat, barulah dia kembali mencabut Wu Zhu, lalu menusuk monster tepat pada sasaran, membuat sang musuh berteriak kesakitan, sambil terus mengamuk.
Tidak sampai di situ, Xinlong menggenggam Wu Zhu dengan erat, kemudian menarik, merobek kulit keras makhluk tersebut. Darah amis berwarna hitam pekat muncrat begitu deras. Mengguyur pemuda yang baru saja merobek bagian tersebut. Samar-samar cahaya Sheng Fenghuang di salam hanfu Xinlong meredup. Bersamaan saat itu juga asap merah kembali keluar dari bagian yang telah robek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince 龙凤 [The Journey of Rebuilding Empire]
Fanfiction[ bukan novel terjemahan ] He Xinlong, nama yang seringkali diiming-imingi gelar Putra Mahkota. Anak bungsu Kaisar He Xinhuo sekaligus pangeran satu-satunya di Kekaisaran Feng. Kehidupan mewahnya sirna begitu kekaisaran lain datang dan menyerang ist...