02: Tema Hari Ini

70 18 0
                                    

Bermalam di tempat yang hawanya sama seperti rumah hantu, tentu tidaklah mudah. Xinlong hanya dapat meringkuk di satu titik sambil menatap sekeliling penuh kewaspadaan. Suasana gubuk yang .sunyi dan dingin semakin memperjelas keadaan. Anak itu melamun, memikirkan tentang apa yang terjadi di istana. Dari sebuah anak panah yang menancap di pembatas jendela sudah dapat menjelaskan bahwa ada yang menyerang kekaisaran. Dan kini serangan itu semakin membesar, berhasil membunuh sebagian besar penghuni istana. Bahkan sang indra negara yang kehadirannya sangat dibutuhkan kekaisaran pun, mati di tangan penyerang.

Anak itu menangis. Ayahnya meninggal secara tragis, dan kini dia seorang diri di dalam gubuk sambil menunggu serta meyakinkan bahwa anggota keluarganya yang lain akan segera datang dengan selamat. Pasti, Xinlong akan berdoa sebanyak mungkin agar mereka semua selamat.

Entah sudah berapa lama Xinlong duduk bertekuk lutut. Terlalu lama duduk seperti itu sambil menghangatkan tubuh, malah membuat kaki Xinlong terasa keram. Anak itu mengeluh sendiri lalu duduk berselonjor. Di situasi seperti ini, biasanya dia meminta para dayang untuk mengantarkan ke kamar permaisuri untuk meminta kehangatan darinya. Tapi sekarang, dia tidak dapat mendapatkan itu lagi sebelum Jenderal Li kembali membawa kedua orang yang Xinlong tunggu-tunggu. Sekarang Xinlong baru sadar, apakah waktu mulai pagi?

Cahaya biru perlahan terlihat jelas dari bolongan-bolongan genteng dan papan gubuk. Xinlong mengintip di balik celah, langit yang semula berwarna hitam telah digantikan biru dongker, diiringi cahaya orange kuning samar-samar dari arah timur. Fajar telah tiba, tetapi Jenderal Li belum kembali juga.

Xinlong mulai berpikiran buruk mengenai keadaan Jenderal Li dan yang lain. Lalu ia menggeleng keras, pasti mereka selamat. Namun setelahnya dia kembali meringkuk di depan pintu gubuk sambil menggigit jari. Kalau dipikir-pikir, mati adalah hal yang paling mudah didapat pada saat perang. Apakah benar mereka telah gugur? Xinlong tidak tahu dan Xinlong sangat berharap mereka tetap selamat.

Terdengar langkah kaki mendekati gubuk tempat Xinlong berada. Suaranya terdengar lebih dari satu orang di sana. Xinlong terlihat bersemangat mendengar hal itu. Mereka pasti datang untuk menjemput Xinlong.

Meski sayang, ekspetasi Xinlong mengenai siapa yang datang telah hancur. Dia melangkah mundur, saat melihat siapa yang membuka pintu. Tiga pria berbadan besar menemukan tempat persembunyiannya. Satu dari mereka mengenakan baju zirah prajurit Kwong, sementara dua yang lain terlihat seperti pengangguran biasa. Besar dan bau.

"Hei lihat! ada bocah malang di sini," seru pria dengan baju warna coklat. Tangan kiri memegang kendi arak, air liur bekas arak mengalir mengenai kumis dan janggut panjangnya. Sangat menjijikan.

"Katakan! siapa namamu dan darimana asalmu?" suruh si prajurit Kwong.

Xinlong diam sejenak. Kejadian semalam, yang mirip dengan Pesta Memanag cukup membuat dia bergetar saat melihat orang asing mendekat.

"Hiks... Diedie..."

Prajurit Kwong tampak memperhatikan Xinlong dengan seksama. Seolah-olah iba tanpa menanamkan sedikitpun curiga, dia menambahkan, "Dari perbatasan kota, ya?"

Pria mambuk lantas bertanya, "Bukankah kita telah membunuh semua penyusup? Bagaimana bisa yang kecil satu ini lepas?" melupakan fakta bahwa dirinya termasuk dalam golongan penyusup itu.

"Berisik! Kalian boleh membawa dan menukarnya dengan arak. Yang terpenting, ia harus menjauh dari ibukota." Prajurit Kwong bergegas pergi dengan pesan tersirat.

"Dia meminta kami untuk menjauhkanmu dari pasukan penyerang. Secara tak langsung, dia ingin kau tetap hidup," ujar si wajah dingin berbaju abu-abu.

Xinlong memiringkan kepala, "Aku harus pergi dari rumah agar tetap hidup. Iya, begitu?"

"Lebih tepatnya kau akan mendapatkan rumah baru setelah ini," jawab si muka dingin. Baru saja ia hendak meraih tangan Xinlong, tepat sebelum sesuatu berkeringat lebih dulu menarik tangan anak itu.

"Ayo!" seru pemabuk.

Xinlong baru bisa melihat daerah yang dia singgahi semalaman ketika cahaya matahari memberi penerangan. Ladang sawah dengan padi menguning di sebelah hutan hijau nan asri, sungguh gradasi warna yang sangat indah. Melihat itu, pria mabuk mengatakan: "Ladang yang asri ini akan segera dirampas orang-orang Kwong, lalu mereka memberikan semuanya kepadaku hahahaha."

"Kwong?"

"Kekaisaran yang sangat besar di Dataran Daiyu. Kaisar Dieng sangat hebat bisa menguasai banyak kerajaan lain, dan kini dia telah menyerang Feng, lalu memberikan kekuasaan padaku ahahaha!"

"Ayah..."

"Kenapa? Kalau ayahmu mau menunduk patuh terhadap Yang Mulia Kaisar, beliau akan mengampuni dan membiarkannya hidup!"

He Xinlong menunduk sendu, "Kepala ayah bisa disatukan kembali?"

Kalau diingat-ingat, ini pertama kalinya Xinlong keluar tanpa menggunakan alas kaki. Dulu, sepasang sepatu mewah terbuat dari kulit rusa menjadi favorit Xinlong. Ia seringkali menggunakan sepatu pemberian sang Kakek, Kaisar Feng terdahulu. Namun sepatu yang disayanginya telah dilepas secara paksa oleh Jenderal Li, Xinlong benar-benar hanya memiliki baju lusuh sekarang.

Berjalan jauh membawa mereka ke kawasan permukiman. Tapi bukanlah pemukiman tentram yang Xinlong dapatkan. Dimulai dari rumah, kedai, kandang, banyak yang hancur disertai padamnya api. Dari situasinya Xinlong sudah mengerti, pembakaran besar-besaran terjadi dalam satu malam. Layaknya apa yang terjadi di Istana Utama.

Xinlong mendengar suara rintihan. Suaranya kecil, khas anak-anak menahan rasa sakit. Ia hendak menghampiri sumber suara, tapi tangannya dicengkram dengan paksa. Pria itu mengancam, "Jangan pergi ke sana, atau kamu akan berakhir seperti mereka." Menunjuk ke arah gerombolan orang yang terbagi menjadi dua golongan. Satu golongan orang-orang kuat gemar menyiksa, satu golongan orang-orang lemah dengan kedua tangan yang diikat paksa.

Saat tiba di perbatasan sebuah desa yang tidak Xinlong ketahui namanya, ada sebuah jembatan kayu di atas sebuah sungai perbatasan. Di sebrang sana juga terlihat sebuah desa yang penampilannya tidak jauh berbeda dengan tempat ini.

Kerusuhan dengan mayat bergelimang menjadi tema hari ini.

Xinlong tidak akan menyia-nyiakan pemandangan mendekam dan pilu.

Saking asyik memandang sekeliling, tanpa sengaja Xinlong menabrak sebuah perut buncit berlapis sehelai baju. Xinlong mendongak, pria berwajah bodoh namun garang menatap Xinlong keheranan. Kini pandangan orang itu beralih ke belakang Xinlong.

"Aku membawakan orang baru," ucap si baju abu-abu. Orang buncit tertawa puas, lalu melemparkan sejumlah kantong uang dengan bunyi logam nyaring.

"Kalau dia tidak berguna, aku akan mengambil uang itu!" serunya, lalu menarik Xinlong dengan paksa. Xinlong menatap kepergian dua orang yang berjalan bersamanya tadi. Sekarang dia paham, dia telah diperjualbelikan.

Kini Xinlong menatap sebuah bangunan dengan papan besar bertuliskan 'Balai Desa An'.

Pintu kayu dengan ukiran-ukiran berbentuk burung phoenix dan matahari dia buka lebar-lebar. Di dalam penerangannya sangat samar, padahal cahaya matahari terpancar jelas dari atas langit. Lelaki buncit berwajah garang masih menarik Xinlong menuju suatu tempat, namun dia tidak bisa melihat seperti apa tempat yang mereka masuki. Tapi Xinlong bisa merasakan bahwa ada lebih dari satu orang di dalam.

"Anak baru?"

"Yang terakhir. Besok kita berangkat."

Tangan Xinlong berpindah tempat. Lagi-lagi dia diseret oleh orang yang berbeda. Xinlong rasa tangan kanannya akan memanjang secara tiba-tiba setelah ini.

Satu pintu rahasia dibuka lagi. Bahu Xinlong didorong kencang, tanpa sengaja memasuki ruangan tersebut. Dan yang terjadi selanjutnya, mereka mengunci Xinlong dari luar. Mau tidak mau hal yang paling utama  dilakukannya adalah menatap sekeliling.

Dia terkejut. Cahaya remang-remang dari lilin dirasa cukup untuk memperlihatkan belasan anak di dalam ruangan yang sempit dengan keadaan memprihatinkan. Kelaparan, kedinginan, ketakutan, serta kesedihan.

Mereka semua telah mengalami hal yang sama sepsrti Xinlong. Dipisahkan dari keluarga, lalu diperjualbelikan.





















TBC
janlup tinggalkan jejak voment.

Prince 龙凤 [The Journey of Rebuilding Empire]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang