Siji

2.8K 163 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Kemilau mentari mulai menyorot bagian barat bumi, langit biru itu berselimutkan peraduan jingga pekat. Dengan taburan kawanan burung yang melintas serentak di bawahnya, membuat langit sore ini nampak jauh lebih indah.

Abin nama panggilannya saat di rumah dan Chandra saat ia berada di lingkungan kampusnya.

Si tengil penengah keluarga sekaligus perusuh disaat yang bersamaan, ia baru saja turun dari si Vivi––motor vario hitam pemberian bapak saat ia baru saja masuk ke kampus idamannya. Walaupun bukan motor baru, tapi ia tetap bersyukur dengan apa yang sudah diberikan oleh bapaknya itu. 

Ia dengan muka kusutnya itu berjalan gontai menuju ke rumahnya dan disambut dengan ledekan dua adik tersayangnya.

"Kusut banget mas mukanya." 

Kicauan adiknya itu mulai terdengar di telinga Abin. Bagaikan sebuah mantra, semangat hidupnya mulai kembali berkumpul di tubuh Abin.

"Wihii apaan tuh Le kebul-kebul?!" Pekiknya seraya datang menghampiri dua adiknya itu.

Mencium hawa-hawa menyebalkan, membuat perasaannya yang secerah mentari kini meredup bagaikan hujan di siang bolong milik Antasena Lesmana, atau kerap dipanggil Ale jika di rumah itu––ia merupakan si bungsu kedua setelah anak ketujuh.

Paham tak? Tahan dulu, kita lanjutkan cerita tentang Ale ini nanti yaa hihi ^^

Karena mendapatkan delikan tajam dari si bungsu itu, membuat jiwa-jiwa jahil Abin semakin menggelora. Ia menoel Nayaka––adiknya yang juga berada di samping Ale.

Nayaka dengan nama akrabnya––Nana, ia memainkan netranya setelah bersitatap dengan abangnya itu, seakan berkata, 'Apa?'

Abin menarik nafasnya pelan, dan mulai bersenandung, "Ale Ale Ale, kalo gede apa kamu mau jadi-"

"-apa," lanjut Nana setelah mendengarkan nyanyian menggantung Abin.

"Kok aneh gitu ya lagunya Na? Coba ulang-ulang!" Sungut Abin gemas.

"Ale Ale Ale, kalo gede mau kamu jadi-"

"Apa ?" Lanjut Nana kembali.

Ale sang korban pemanggilan paksa namanya oleh sang kakak itu pun hanya memutar bola matanya malas dan beranjak dari ruang tamu itu masuk ke dalam rumah.

"Yah! Le Ale!" Chandra berseru memanggil Ale yang masuk kamarnya itu.

"Mas Abin sih bandel! Si Ale ngambek lagi kan jadinya!" Sungut Nana gemas.

Abin hanya mengedikkan bahunya acuh dan senyum menawannya itu pun keluar kembali saat ia melihat semangkuk baso dan juga kawan-kawannya yang masih banyak––mengepul melambai-lambai tepat di depan matanya. Ia pun dengan segera duduk di samping Nana dan mengambil alih posisi Ale.

ABHINARA | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang