Wolu

522 53 0
                                    

Can i get 5 votes for this chapter?

Enjoy for reading guys!

...






Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Setelah semalaman berbincang dengan saudaranya yang lain, Abhinara si tengah Dwija itu langsung tertidur pulas di kamarnya. Sisa waktunya di malam hari itu ia habiskan untuk bergulat dengan angan dan juga segala mimpi yang masih ingin terus bermain dengannya.

Tak terasa, rembulan penuh dengan kerlip bintang yang bertaburan di langit semalam telah hilang, digantikan dengan silaunya kemerlap mentari yang mulai menyembul malu-malu dari peraduannya. 

Kemilau cahaya itu mulai merembes memasuki celah-celah jendela kamar yang langsung dihalau oleh sang gorden coklat yang dengan setia masih melindungi kamar gelap itu dari jangkauan anak tangan nakal mentari yang berlomba-lomba menerobos ke dalam kamar itu.

Sementara itu, sang pemilik kamar tersebut masih terlelap dalam belaian permadani berbusa yang berusaha tetap merayu pria itu untuk terus bercumbu dengannya. 

Hingga beberapa guncangan penuh semangat membara di pagi hari milik si bungsu Adjie mulai memporak-porandakan pagi yang tenteram milik Abin. Dengan keadaan penuh paksaan ia pun bangun dan menatap si bungsu itu dengan tatapan malas.

"Kenapa sih dek?" Suaranya yang masih parau bisa menjelaskan segalanya, bahwa ia masih ingin bermanja dengan kesayangannya aka kasur di alam mimpi sana.

"Ayo bangun mas!" Pekik Adjie dengan gemas. 

Ia gemas dengan tingkah sok manja masnya ini, sungguh tak pantas untuk pria seumuran dengannya. -keluh Adjie dalam hatinya.

"Mau kemana sih emangnya?" Tanya Abin lagi. Ia nampak ingin tertidur kembali, sebelum si bungsu menariknya dengan paksa hingga ia terduduk di pinggir ranjang, tentunya dengan mata yang masih menutup.

"Kita lari pagi sekarang! Ayo mas bangun!" Pekiknya kembali.

"Ngga ah dek, mas udah pernah kalo lari pagi mah. Kapan-kapan aja ya, mas mau bobo lagi."

Abin yang sudah siap ingin tertidur kembali itu pun tersentak dengan teriakan melengking milik adiknya itu, siapa lagi kalau bukan si Ale ._.

"Mas Abin bangun! Atau mau Ale teriakin sampe kupingnya budek mas?!"

Dek itu kamu udah teriak loh -_-

Karena ia tak ingin kuping lucunya yang berdampak kehilangan sumber penangkap bunyinya, ia pun segera bangun dan mengambil handuk yang tersampir di balik pintu kamarnya.

"Nih mas bangun nih, udah sana pada keluar." Usirnya halus.

"Ngga ya mas, Ale sama dek Adjie bakalan nganter mas Abin ke depan kamar mandi." Ujar Adjie dengan semangatnya.

ABHINARA | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang