Pitulas

577 49 7
                                        

Enjoy for reading guys~

...


Hiruk pikuk pedagang terdengar semenjak Abin dan Ale menginjakkan kaki di pasar tradisional yang ada di dekat tempat tinggalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hiruk pikuk pedagang terdengar semenjak Abin dan Ale menginjakkan kaki di pasar tradisional yang ada di dekat tempat tinggalnya.

Pasar yang terdiri dari puluhan hingga ratusan pedagang, dengan pembeli yang melebihi kapasitas muatan seharusnya itu pun menjadi sangat padat. Kegiatan jual beli terdapat dimana-mana. Ada penjual dan pembeli yang bertransaksi secara damai, juga ada pula yang beradu argumen hingga salah satunya mengalah. Biasanya pihak yang mengalah adalah penjual, karena motto yang sudah melekat pada diri masyarakat yakni: pembeli adalah raja, dan raja haruslah dilayani dengan sepenuh hati.

Dari sekian banyaknya kepala yang berlalu-lalang menyusuri jalanan setapak di antara padatnya manusia di pasar, dua bersaudara Dwija itu bergandengan tangan membawa diri ke tempat langganan sang ibu. Tempat dengan bahan sembako terlengkap di pasar itu pun menjadi tujuan utama mereka. 

Abin mulai melepaskan tangan Ale yang sedari tadi digandengnya itu. Ia takut jika adiknya yang super bawel itu hilang di pasar. Mengingat kebiasaan buruk Ale jika diajak ke tempat ramai cuma satu yakni ia yang selalu berkeliling kemanapun ia ingin. 

Hal ini membuat Abin ataupun saudaranya yang lain ketika mengajak si fake bungsu Ale menjadi kewalahan, dan mengakibatkan mereka menjadi kapok untuk membawa Ale ke tempat ramai seperti pasar ini.

Tapi Abin jelas beda. Dia punya caranya sendiri untuk mengendalikan perilaku sembrono adiknya itu, yakni dengan cara menggenggam tangan kanannya dan selalu menggoyangkan tangan yang digenggam itu setiap kali Ale ingin berpindah. Terbukti cara itu cukup ampuh untuk menjinakkan Ale dari kalapnya mata saat berada di tempat ramai.

Toko yang dikunjungi Abin ini adalah toko terlengkap kedua di pasar. Mengapa Abin milih toko kedua, dan bukan yang pertama? Jawabannya tidak lain dan tidak bukan karena harganya yang tentu saja lebih murah dari toko pertama.

Sekedar informasi yang bisa dipaparkan oleh saudara Abin, bahwa toko sembako itu milik seorang saudagar kaya raya namun sedikit sulit untuk berkompromi. Hartanya memang banyak, tapi sikap hemat nampaknya sudah mendarah daging pada jiwa babeh Beni—orang memanggilnya begitu. 

Ingat ya, penyebutan nama Beni sama halnya dengan penyebutan kata 'ketan', bukan kata 'merah'. Jangan sampai salah ya, bisa-bisa diamuk orangnya loh kalau sampai salah manggil hihi.

Abin sudah selesai menyebutkan barang-barang yang ia perlukan, saat itu juga pelayan toko babeh Beni mulai belingsatan kesana-kemari membawa alamat—ngga usah nyanyi ya wkwk.

Setelah selesai mengumpulkan barang yang disebutkan Abin, tibalah saat transaksi itu dimulai. Transaksi dilakukan antara Abin dan pelayan yang lebih tua, diperkirakan pelayan ini merupakan tangan kanan babeh Beni. 

ABHINARA | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang