⚫Nothing⚫

170 27 5
                                    

"what's wrong with you?" tanya Abri. Ia yang hendak turun ke bawah tak sengaja melihat Abiel yang diam sembari memejamkan mata.

"nothing" sahut Abiel seadanya.

"nothing, hm! Mau terbang lo?" sengut Abri mendelik kesal.

"terbang? Maksud lo?" bingung Abiel mengerenyitkan dahi. "terbang ke alam baka"

"ya kagak lah, anjir. Gua masih mau hidup, belom bosen gua. Kagak bakal gua lonc--"

"yang bilang lo bakal loncat sapa, lo diam trus merem. Gua kira lo tidur, kalo jatoh gimana?" cecar Abri menatap nyalang sang adik.

"jatoh ya ke bawah" sahut Abiel memalingkan muka. Abri mengut mangut, "jatoh, mati, kubur trus makan makan" balas Abri buat Abiel mendelik.

"gak ngotak lo kalo ngomong, keluar lo dari kamar gua!" usir Abiel dengan suara naik satu oktaf. Abri tak menyangka bila candaannya buat adiknya tersinggung. Biasanya tidak, atau mungkin adiknya sedang dalam mood yang buruk.

"keluar gua bilang!"

"iye iye, kalo ada masalah tu bilang. Jangan di pendem sendir--"

"KELUAR!!!"

Abri buru buru keluar, adiknya benar benar dalam suasana hati yang buruk. Mungkin saat tadi kuliah ada masalah, atau memang Abiel sedang punya masalah?

Pagi harinya Abiel ikut Randi ke restoran. Dari kecil Randi sudah mengajarkannya untuk menghendel restoran dan memasak. Nantinya restoran ini akan jadi miliknya, meski kadang Abiel kesal tentang pelajaran memasak yang Mamanya berikan. Ia tau, memasak itu salah satu keahlian yang harus ia kuasai. Namun, Abiel lebih tertarik ke dunia beladiri yang ia geluti sejak dini pula.

"eh, Abiel" ujar seseorang buat Abiel menoleh.

"maaf, siapa ya?"

"lupa sama tante ya, tante Mayang. Ingat?" Abiel berfikir sejenak lalu mengangguk.

Abiel tersenyum, "tante Ayang. Apa kabar tan?" tanya Abiel sembari menyalami Mayang.

"tante baik, Randi mana?" Abiel menunjuk arah kantor Randi. "salam buat Mama mu, tante ada urusan mendadak"

Abiel mengangguk dan Mayang pun berlalu dari sana.

Saat akan berbalik, Abiel mendengar pintu masuk yang terbuka. Pandangannya jatuh pada pasangan yang bergandengan memasuki restoran. Itu Melan dan Vigo.

Vigo adalah lelaki yang menjadikannya taruhan. Namun nasib baik selalu di pihaknya karena belum sampai ia terjerat lebih dalam ia sudah mengetahui kebenarannya.

"ternyata Abel primadona kampus itu kerjanya jadi pelayan restoran" ejek Melan menatap rendah Abiel.

Abiel benci di panggil Abel. Ya, benar bila ia primadona kampus. Abiel yang biasanya ramah dan ceria, menatap datar keduanya.

"apa salahnya jadi pelayan di restoran punya gua sendiri" sahut Abiel dingin. Melenggang pergi, "kamu udah selesai El?"

Keduanya yang terdiam pun tersadar saat ada wanita paru baya yang keluar dari arah ruang menejer. "udah Ma,"

"ayo pulang, urusan Mama udah selesai. Dan jangan mau berurusan sama sampah yang gak bisa di daur ulang" ujar Randi halus namun mampu buat Melan menunduk takut.

Melan itu anak dari Veni. Ingat dengan Veni si karyawati yang pernah Randi tampar dahulu? Ya, dia anaknya Veni yang meninggal akibat kecelakaan beberapa tahun lalu. Randi memilih membawa anaknya pergi dari sana karena ia melihat perubahan suasana yang jelas terlihat.

Randi itu tipe ibu yang keras, namun ada kalanya ia akan melembut. Namun selama ia mendidik buah hatinya, tak pernah ia main tangan atau menggunakan kata kata yang bersifat menuntut. Biar pun mereka melakukan kesalahan, ia akan menghukumnya untuk membersihkan rumah. Entah itu menguras kolam renang atau menyapu halaman dari depan sampai belakang. Dan ya, keduanya sangat tak menyukai kegiatan bersih bersih rumah karena itu melelahkan.

Soon...

Pilih author up setiap hari tapi 1 part atau jarang up tapi cepet end?

Bad Mama [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang