Akhirnya Abiel dan Abri menemui nenek bunyut mereka, rasa iba hinggap di hati kedunya. Terbaring lemah dengan infus yang menggantung pada tiang.
Abiel maju, ia mengusap tangan kriput berkulit putih itu. "Jijima" panggil Abiel lirih.
Tak heran bila Abiel memanggil buyutnya begitu, pelayan yang menjaga di sana di buat terkejut saat nyonya tua membuka mata. Karena sejak tadi saat anak cucunya berkunjung untuk menjenguknya, nyonya tua memejamkan mata dan menanggapi ucapan mereka dengan suara lirih yang mampu menyesakkan hati mereka.
"Jijima kenapa?" tanya Abiel. Ia cemas, takut juga sedih. "Monni, ini Abiel dan aku Abri. Anaknya Mama Rasya sama Papa Bara. Monni cepet sembuh ya" ujar Abri ikut mendekat. Mengusap pelan bahu sang adik.
Jijima panggilan dari Abiel, berasal dari kata Great Grandma yang Abiel singkat dan eja seperti bahasa korea. Sementara Monni berasal dari kata Halmonni yang Abri perpendek.
"I-el" Abiel mengangguk, ia ingat nama kecil yang neneknya berikan. "Abri" Abri semakin merapatkan diri ke Abiel agar lebih dekat ke neneknya. "jadi anak baik ya,
j-jangan pendendam," keduanya mengangguk bersamaan.Setelah beberapa saat, mereka keluar dari kamar. Dengan ekspresi wajah biasa seperti saat akan masuk. Datar, itulah mereka bila suasana tak kondusif.
"what happen?" tanya Imo Dha Soe dengan perasaan berkecamuk.
"Ji--jima..." Imo Dha Soe tambah cemas, Abiel kesulitan menjelaskan keadaan Sang Ibu. "Monni baik tapi lemah," sahut Abri lirih.
Imo menerobos masuk ke kamar, sementara ke duanya menghampiri sang Mama.
"don't worry, Halmoni bakal baik baik aja" ujar Randi menenangkan kedua anaknya.
**
Termenung.
Abri memikirkan masalah yang ada di hadapannya, ia memiliki dendam. Apa yang Monni katakan ada benarnya namun, bagaimana melupakan dendam itu. Dendam pada orang yang sudah ia anggap sahabat sendiri namun malah menghianatinya sejauh ini.
Daniel.
Flashback on
"gua benci lo, Ar!"
"apa alesannya, hah!"
"lo buat gua seakan babu lo, gua benci di pandang sebagai lintah yang haus darah! Lo buat gua di pandang sebagai orang yang rendahan hanya karena kita temenan!" teriak Daniel.
"kenapa gak bilang! Kenapa lo harus buat gua hancur gini anjing!" jerit Abri. Waktu SMA kelas 11, Abri terlibat masalah yang cukup serius. Masalah yang buat dirinya harus berurusan dengan polisi.
Daniel yang di kenal baik dan ceria berubah jadi anak pembangkang karena selalu di banding bandingkan dengan Abri oleh sekitar, dia di olok olok layaknya benalu yang ingin numpang hidup. Daniel tau ia tak seperti itu, namun lambat laut ia sadar bila ia tak sebanding dengan Abri.
Ia iri...
Dirinya benci Abri, dan Abri tak menyadari itu karena teman teman sekolah hanya mengolok olok Daniel kala sendirian! Dan akan diam saja jika ada Abri.
Karena hal itu pula, Daniel yang selalu di banding bandingkan pun jadi frustasi. Ide sesat muncul kala itu, saat mereka berkumpul. Daniel yang notabene nya sudah berubah jadi anak yang nakal, bersekongkol dengan teman teman barunya. Memasukan bubuk putih di minuman Abri saat Abri ke kamar mandi, dan meletakan 1 kantung kecil bubuk halus di saku baju tanpa Abri sadari.
Hendak pulang dari sana, razia malam pun terjadi buat mereka tertahan. Abri terjebak,
"wah wah, apa ini" ujar salah seorang polisi menemukan bubuk itu di kantong baju Abri. Abri terkejut, ia tak tau apa apa pun kebingungan. "loh saya gak tau Pak, itu bukan punya saya"
"orang ada di saku baju mu kok bukan punya mu, gak mungkin tiba tiba ada di saku mu toh" elak polisi itu.
Mereka diangkut ke kantor polisi, dan hasil tes terbukti positif. Lebih mengejutkannya lagi, Daniel memberi keterangan palsu bila "iya Pak, dia sendiri yang pakai. Saya udah kasih tau tapi gak di denger." ujarnya buat polisi semakin yakin bila Abri memang bersalah.
Randi dan Bara di panggil, tentu mengejutkan keduanya mendengar berita itu. Randi tak percaya, ia meminta pihak polisi untuk menyelidiki lebih lanjut. Ia yakin putranya tak bersalah. "tapi bukti ini sudah jelas membuktikan bila putra ibu bersalah"
"Pak! Saya bilang selidiki lebih lanjut, jika memang benar saya rela putra saya di penjara seumur hidup! Anak saya di jebak, tolong cek lagi cctv caffe di tempat bapak menangkap anak saya!" marah Randi berucap tegas.
"dan lagi, introgasi teman temannya juga karena saya hanya kenal salah satu dari mereka Pak!" imbuhnya.
Satu minggu penyelidikan, dan Abri belum bebas dari tahanan akibat tertuduh menggunakan narkoba jenis LSD. Sampai pada akhirnya, Randi menemukan bukti dari berbagai sumber dan "sodara Abri, anda bebas"
"loh Pak, kok dia bebas?" bingung Daniel sementara Abri yang diam saja sejak kemarin langsung menatap nyalang Daniel yang tak terima bila dia bebas. "dia tak bersalah, maka dari itu bebas"
Jawaban polisi itu buat Daniel gelisah.
"Daniel"
Daniel menoleh, "i-iya tante?"
"tante tau kamu dalang dari semua ini," ucap Randi dengan tenang buat Daniel ketar ketir.
"mak--sud tante?"
"kamu iri hati dengan Abri, karena kamu bersalah kamu bakal mendekap di sini selama 2 bulan" setelahnya Randi pergi, Daniel langsung mengamuk di sana.
Bahkan Abri tak tau apa apa, sampai tau cerita dari Randi 4 bulan setelahnya. Ia mencari Daniel dan berakhir pertengkaran antara keduanya. Dari sanalah berakhir sudah persahabatan keduannya.
Flashback off.
"sialan! Ini bukan salah Daniel, dia cuma ke hasut omongan orang orang bego! Ck."
Soon...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Mama [HIATUS]
De Todotak perlu banyak spoiler, cus baca. Bad Mama sequel dari Tresno Jalaran Soko Kulino disarankan baca TJSK dulu baru ini, udah baca, kasih VotMen dan lebih bagus follow. Sekian