⚫Merenung⚫

99 19 1
                                    

Abri duduk diam memeluk lutut di bibir pantai.

Dia menoleh kesamping kanan saat Abiel duduk disebelahnya. "masih sakit?" tanya Abiel.

"hati Abang lebih sakit timbang luka ini" sahut Abri lesu.

"salah sendiri, udah tau Mama paling gak suka kalo peraturannya di langgar" decak Abiel menyudutkan Abri. Abri yang dipojokan semakin dirundung penyesalan. Kesalahan kecil memang, namun kenapa ia bak jatuh dalam jurang kesalahan yang amat dalam?

"laki bukan sih, maksa kok pacaran. Sama aja lo narik orang berbuat dosa" dengus Abiel berdiri hendak meninggalkan Abri.

Abri menoleh menatap adiknya dengan tatapan yang sendu, "trus harusnya gimana?" tanyanya dengan suara parau.

"maksa tu jangan setengah setengah, maksa kok pacaran. Sekalian dipaksa ke pelaminan napa biar langsung sah. Sekalipun Mama marah pasti durasinya bentar" jawab Abiel meninggalakan Abri yang menatapnya cengo.

Ada benarnya juga ucapan Abiel, nyelekit mamang. Tapi gak salah juga jika begitu, tak meninbulakn dosa dan Mamanya tak akan marah. Ia baru tau beberapa waktu lalu jika orangnya menikah karena perjodohan dan mengandung unsur paksaan.

"Arghhh!" Abri berteriak frustasi menjambak rambutnya sendiri.

Ya kali mau jambak rambut orang lewat.

.

.

.

.

Randi termenung menatap pantai dari balkon penginapan.

Apa gua berlebihan menyikapi masalah ini?

Apa gua salah ngedidik dia supaya dia lebih menghormati wanita dan gak semena mena?

Apa gua terlalu keras?

"sayang..." panggil Bara mengusap pelan bahu sang istri. Randi menoleh tanpa ada niatan membalas panggilan Bara. "kamu gak salah sayang, kadang bersikap keras itu perlu supaya dia ngerti" ujar Bara mencoba menenangkan Randi dari perasaan gundah gulana.

Randi menghela nafas panjang, tetap saja rasanya ada yang salah.

"disini kamu cuma mempertegas dan supaya Abri paham, apa yang dia lakukan salah. Enggak sepatutnya seorang bos bertindak kaya gitu sama bawahannya" ucap Bara.

"sekarang aku minta kamu tenang dan jangan lama lama marahnya, kasian anak mu" ucap Bara mengulas senyum hangat.

Malam harinya. Alarice yang sedari diam di kamarnya memberanikan diri keluar guna menengok bosnya. Ia melihat dari arah pantai ada Abiel yang mencoba menarik Abri dari duduknya. "ayo masuk, dari tadi akrem disini. Netes nanti tu telor"

"ck, masuk sana" usir Abri menyentak tangan Abiel. "lo juga anjir, tar demam lho"

"bodo amat!" ketus Abri.

"segitu galaunya Pak Bos, gara gara ibunya marah?" gumam Alarice yang mengintip dari balik tembok.

"Abri! Abiel! Masuk ke kamar, ngapain masih di luar" teriak Bara buat ketiganya terkejut.

Abri termangu saat melihat Randi di balkon. Manatapnya! Datar.

Randi mengisyaratkan untuk masuk kamar dan buru buru Abri bangkit dan masuk ke kamarnya. Ia berpapasan dengan Alarice, "Pak, anda tidak--"

"jangan sentuh saya!" ketus Abri menepis tangan Alarice. Alarice yang di pelakukan bergitu terkejut, "lho Pak?!" bingung Alarice.

"kita emang pacaran tapi gak perlu sentuhan. Buat yang kemarin saya minta maaf" tutur Abri berjalan masuk kamar, "kalo kamu pengen sentuh saya, tunggu 'sah' dulu" lanjut Abri dengan gamblang.

"dih! PD gila, sia sia gua khwatirin lo" decak Alarice masuk kamarnya sendiri.

**

Pagi menjelang siang, Abiel yang baru menyelesaikan pertandingan pun kembali ke tempat duduk. Disana ada Mamanya yang memberikan air minum, tentu Papanya juga ada. "hebat kamu, El. Tapi kurang keras pukulannya" ujar Randi sembari mengelap keringat di dahi Abiel. "kasian Ma, dia ada cedera. Aku kerasin patah nanti" balas Abiel setelah menenggak air minumnya.

"yaudah iya, abis ini mau pulang ke penginapan apa jalan jalan?" tawar Randi.

"jalan jalan aja lah, Ma. Keknya seru" balas Abiel.

"yaudah kamu ganti gih, abis tu kita jajan. Bentar lagi juga mau jam makan siang" sahut Bara sambil merangkul Randi.

"pamer aja tros ke romantisannya, jadi orang tua kok gak kasian sama anaknya yang single ini" dengus Abiel buat Bara tertawa. "mangkanya cari pacar"

"males ah, gak minat"

"gitu ngeluh, ada orang romantisan iri tapi suruh cari gak mau" balas Bara buat Randi geleng geleng.

"yayaya, gak tau apa anak mu ini aneh tapi unik" balas Abiel malas. Ia pun berlalu ke ruang ganti meninggalkan Mama dan Papanya bersama. Mamanya gak suka pamer, Papanya tukang pamer. Lengkap memang pasangan ini. Pikir Abiel.

Soon...

Bad Mama [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang