⚫Flashback⚫

546 36 2
                                    

Randi sedang berjuang mati matian melahirkan anak ke duanya, anggota keluarga, adik dan sahabatnya sangat antusias menunggu kelahiran si malaikat kecil nomor 2. Tak hanya itu, bahkan Abri juga antusias, lebih antusias dari yang lain.

Bahkan Abri layaknya pria dewasa yang harap harap cemas dengan mondar mandir layaknya setrika.

"hoi bro, santai napa" celetuk Iam memandang heran sang ponakan. "Papa tadi aja sama, kok aku dilarang"
"Abri, duduk" titah Mama Riel. Abri  menoleh lalu langsung duduk di sebelah Jendral.

"Om Eral kenapa di sini?"

"karena Om mau jenguk sahabat Om" sahut Jendral. Abri mengangguk paham. "temen Mama banyak ya, kayak anak SMA"

Hening.

Ya, Jendral, Didi, Tomi, Dera, Delon, Imam, Iteng dan tentu Jeko. Mereka datang untuk menjenguk Randi. Setelah lama mereka tak berkumpul, selama itu pula mereka manjalani hidup masing masing. Sebagian besar sahabatnya sudah berkeluarga, kecuali Tomi dan Jeko. Abri mengatakan seperti anak SMA karena mereka berpakaian santai layaknya anak remaja. Tak ada pakaian yang terlihat layaknya preman atau pengusaha. Hanya sekedar kaus atau hoodie yang dipadukan dengan celana jeans.

"oeekkk--oo--oek!!" tangis bayi yang keras terdengar buat mereka yang diluar bernafas lega.

"pasien kehilangan banyak darah, jika tidak segera mendapat tranfusi darah. Nyonya Rasya akan tiada" samar namun terdengar, nafas mereka tercekat. Bara keluar dengan wajah pucat, tak bisa berkata.

"Randi... Kehilangan banyak darah, dan kita tau kan apa golongan dar--"

"apa golongan darah Randi!!" sela Jeko mencengkam kuat bahu Bara.

"RhNull" jawah Bara pelan.

RhNull adalah darah terlangka di dunia, hanya 47 orang yang punya darah yang di juluki sebagai Golden Blood.

"masih sempet" sahut Jeko cepat, "dokter!! Donorkan darah saya pada pasien!!" pekik Jeko panik.

Jika tak segera, bisa saja mereka tak bisa bertegur sapa dengan Randi. Mereka mendengar pekikan Jeko buat mereka terdiam.

Kebetulan ia baru cek golongan darah 2 minggu lalu dan hasilnya adalah ia pemilik Golden Blood. Awalnya ia merasa takut namun sekarang ia bersyukur karena ia bisa menyelamatkan nyawa sahabatnya dari maut. Sekarang mereka hanya perlu berdoa agar Randi keluar dari masa kritis dan segera sadar.

__

Kondisi Randi membaik, ia berhasil melewati masa kritis setelah 12 jam terbaring lemas.

"PENCULIK BAYI, TOLONG!!!" pekikan seorang suster dari ruang bayi pun menarik perhatian mereka yang berada di depan kamar rawat Randi.

"anaknya Nyonya Rasya di culik!" sontak saja mereka terkejut. Jendral yang gerak cepat mengejar sosok yang berpakaian serba hitam. "WOI BERENTI LO, ATAU MATI SECARA INSTAN DI TANGAN GUA!" jerit Iteng ikut mengejar.

Srettt!

Jendral menghentikan sang penculik dengan menarik jaketnya. Iteng buru buru mengambil bayi Randi yang di ketahui berjenis kelamin perempuan. Tomi dan Delon ikut mengampiri, tentu ikut menghajar sang penculik. Penjaga rumah sakit datang dan membawa penculik guna di serahkan ke pihak yang berwajib.

Randi yang baru sadar menanyakan perihal bayinya, "mana si kecil?" tanya Randi lemah.

"l--la--lagi diruang rawat, bentar lagi di
b--bawa kesini kok" sahut Bunda tersenyum aneh.

"Mah, tadi adek ada yang nyulik" celetuk Abri buat mereka yang di ruangan langsung melotot, meletakan jari telunjuk di depan mulut isyarat diam, "SHHTTT!!"

"apa ada trouble?" tanya Randi datar.

"tadi ada nyulik bayi lo, tapi ketauan suster dan gua kejar sama Iteng dan berhasil ketangkep. Setelahnya gua hajar sama Delon juga Tomi sampe akhirnya keamanan dateng" jelas Jendral dengan satu tarikan nafas.

"syukur kalo adeknya Abri selamet, kalo gitu--"

"permisi, bayinya harus segera di susui oleh ibunya" suster masuk membawa putri kecilnya buat senyum Randi merekah. "kalian keluar gih," usir Randi tanpa menoleh saat purtrinya ada dalam dekapan hangatnya.

"yahh, kita kan mau liat dedeknya"

"kagak! Keluar!!" dengus Bara mengusir yang lain menyisakan dirinya saja.

"enak aja mau liat, huu!" decak Bara kesal.

"dari pada marah, mending pikirin nama buat putri kita" hati Bara menghangat kala Randi menyebut kata 'kita' beda dengan dulu, yang terkesan berat ngucap kata tersebut.

"kamu dulu deh, dulu kan aku yang kasih nama Abri. Sekarang kamu ada usul nama depan gak?"

"Abiel" celetuk Randi menatap Bara meminta persetujuan. "bagus itu, Abiel Alessia Natya"

Keduanya sepakat dengan nama tersebut. Abiel adiknya Abri, terdengar lucu. Namun unik.

Soon...

Ya, author back dengan surprise sequel Tresno Jalaran Soko Kulino. Author buat cerita itu cuma karena gabut dan ngisi waktu doang, so gak ada niatan di bukukan :(

Maybe belum.

Have a nice day guys

Seeeeeeee Youuuu😋

Ada yang kangen author gak?

Bad Mama [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang