⚫Menyebalkan⚫

96 19 2
                                    

Abiel merasa ada yang salah, tapi entah apa itu.

Ia dan Enza berjalan bersama, tak ada percakapan. Abiel sibuk menikmati musik yang ia dengarkan dan Enza sibuk membetulkan kacamata yang ia jadikan penyamaran.

Tiba tiba Denila datang menepuk bahu Abiel dengan lumayan keras. "pagiiii" pekik Denila  tersenyum tanpa dosa.

"pengang kuping gua anjir!" sentak Abiel menggosok gosok kupingnya yang berdenging. "anak setan lo!" maki Abiel.

"hehe sorry, gua emang..."

"emang apa?" sengit Abiel kala ucapan Denila tergantung. "emang sengaja!"

Lagi lagi Denila berteriak di sebelah telinga Abiel buat sang empu meringis. "pancen asu koe!" maki Abiel lagi. Ia memandang sengit arah Denila yang berlari menjauh sembari tertawa girang. Buru buru Abiel melepas sebelah sepatunya dan melemparkan sepatunya pada Denila.

"mampus lu! Mamam tu sepatu!" decak Abiel dengan suara naik 1 oktaf kala sepatunya mendarat dengan mulus di kepala Denila.

"ampun master" ujar Denila sembari mengadu pelan. "Biel, gua duluan" pamit Enza diangguki oleh Abiel.

Abiel mendekati Denila namun sepatunya yang akan ia ambil kembali malah di sambar Denila dan dibawa lari, "woy, sepatu gua!" pekik Abiel buru buru mengejar Denila.

"tangkep gua kalo bisa" sahut Denila mengejek Abiel.

Mereka kejar kejaran hingga Abiel berhasil menangkap Denila dan menghadiahi nya jitakan maut. Jangan kira mereka tak jadi pusat perhatian, aksi keduanya di tonton hampir seluruh mahasiswa\i yang baru berdatangan.

Meninggalkan peristiwa kejar kejaran mereka berdua, dapat di lihat bagaimana raut masam Alarice di kantor yang seharian di buat jengah dengan tingkah Abri yang menyuruhnya ini dan itu.

"kali ini apalagi yang harus saya lakukan Pak?" tanyanya lesu menatap malas Abri. "gak ada, saya manggil kamu cuma pengen tanya hari ini hari apa?"

Bagai teko mendidih, Alarice terlihat memejamkan mata menahan amarah. "kan bapak lagi pegang hp, kenapa tanya sama saya. Jugaan itu kalender di hadapan anda, Pak Lendra!" kesal Alarice menggeram marah.

"saya maunya tau dari kamu, apa gunanya punya sekertaris jika tak bisa membantu saya saat di butuhkan" sahut Abri dengan tampang datar yang menyebalkan. Alarice memejamkan matanya sebentar lalu menghela nafas gusar, "hari ini adalah hari kamis tanggal 15 juli tahun 2021, jam 8.09 wib" ujarnya berusaha tenang.

"saya hanya tanya harinya, tak perlu sedetail itu Ceri" sahut Abri membuat emosi Alarice kembali memuncak.

"terserah lo! Dasar labi labi!" debaman pintu buat Abri terkejut, ia hanya ingin mengerjai Alarice dan buat ia kesal. Itu berhasil, namun ia rasa ulahnya sedikit berlebihan. Hanya sedikit lho ya, gak banyak. Cukup cintanya aja yang banyak buat Alarice😏

Ck, gaya lu tong. Boleh juga.

Soon...

Author kasih up, meski pendek. Mood nulis berkurang meski udah paksain buat nyari ide. Author masih butuh beberapa hari buat sembuh, sorry kalo up nya lama😔

Bad Mama [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang