⚫Debat⚫

110 18 3
                                    

"oy Abi"

"Abi!"

"Abiel!"

"apaan anjir, lo manggil gua Abi sekali lagi gua sleding lo" geram Abiel pada Denila yang malah cengengesan. "napa sat lo manggil gua mulu?"

"lo ikut taekwondo kan?" Abiel mengangguk sembari berdehem meng-iya-kan.

"gua mau ikut dong, sape tau kan seniornya cogan. xixi" ujar Denila terkekeh diakhir kata.

"harus bisa split, biar gampang" sahut Abiel malas. Kawannya satu ini entah kapan akan sembuh, liat cogan matanya pasti akan melotot seakan keluar dari kandangnya. "split mah gampang, dari kecil aja gua udah bisa kayang" balas Denila sombong.

"yaudah lo dateng aja ke dojang, tau kan tempatnya?" Denila mengangguk. Mereka berpisah di pintu keluar karena Denila sudah di jemput supirnya dan Abiel pergi ke parkiran.

"woi Anabel" pekik Abiel memanggil teman seangkatannya yang nerd dan alasan kenapa ia panggil Anabel karena rambutnya di kepang dengan kacamata bulat lebar. Meski Anabel gak pake kacamata. Yang Abiel panggil pun menghampirinya, meski dengan langkah pelan.

"i--iya ke--napa?" sahut Enza gugup.

"gak usah akting" ucap Abiel datar, "latian jan lupa entar, gua muak ditanyain sama saboum" ucap Abiel mengingatkan. Enza itu temannya di dojang sudah sejak lama. Enza datang setelah ia setahun berlatih di dojang. Kemampuan Enza tak bisa dianggap remeh, dikampus saja ia nerd. Tapi saat di dojang bisa saja kalian di bantai habis. Meski tak seganas Abiel.

"yekan masih di lingkungan kampus" ucap Enza berbisik. "iyee, dasar NIK" dengus Abiel memisahkan diri dari Enza.

"jaga omongan lo ya, gua--"

"ape hah?" sungut Abiel menatap malas Enza. "kagak jadi, lo lebih ngeri anjir dari pada gua pas ada job. Gen sangar dari mana lo"

"mak gua" sahut Abiel acuh.

NIK itu bukan nomer induk kependudukan ya, bukan tanpa alasan kenapa Abiel memanggil Enza dengan sebutan itu. Alasan Enza yang rada tertutup sebenarnya karena dia memiliki pekerjaan yang tergolong haram dilakukan. NIK, Nerd Is Killer. Ya, Enza adalah pembunuh yang keseharian di kampus menyamar jadi nerd.

Seru gak tuh punya kawan kek gitu? Bagi Abiel b. aja sih, sereman Mama dia meski belom pernah liat Mamanya marah.

__

Alarice diminta menjadi sekertaris bagi direktur baru. Tentu ia senang saat mendengar kabar ini, kini ia sudah dalam ruangan direktur yang masih duduk di membelakanginya. Sudah 5 menit ia menunggu namun direktur muda itu belum menampakan wajahnya. Bukannya waktu perkenalan ia melihatnya? Jawabannya tidak karena ia tak hadir.

"Alarice Gerian" ujar Abri menyebut nama gadis yang menjabat sebagai sekertarisnya itu dengan halus namun sang pemilik nama malah merinding. "i--iya Pak, ada yang bisa saya bantu?"

Abri membalik kursinya jadi menghadap Alarice. "bisa katakan apa alasan mu selalu menghindari saya sewaktu SMA?" tanya Abri tiba tiba mengundang tanya di benak Alarice. Seinggatnya ia hanya menghindari satu laki laki, yaitu Abri. Bukan Lendra.

"maaf Pak, saya tidak paham maksud bapak. Saya tidak mengenal anda sebelumnya" balas Alarice tegas namun lembut.

Abri tersenyum miring lalu bangkit dari kursinya, "kau yakin?"

Alarice mengangguk, "yakin Pak"

"apa perubahan wajah ku terlalu signifikan hingga kau tak mengenaliku Ceri?" dahi Alarice berkerut pertanda bingung.

"maaf Pak, saya benar benar tidak kenal anda dan seingat saya, sewaktu bangku menengah atas saya hanya menghindari lelaki bernama Abri bukan Lendra" jelas Alarice mempertegas argumennya. Abri tersenyum simpul, jarak keduanya hanya tinggal 4 langkah lagi. Ingin sekali Abri langsung memeluk Alarice namun ia urungkan.

Jangan berani nyentuh cewe sebelum halal, Bang! Perkataan Mamanya tiba tiba melintas di benaknya. "Abri itu nama saya. Abri Zalendra Putra"

Sungguh fakta yang sangat mengejutkan bagi Alarice. "bisa katakan alasan kamu menjauhi saya dulu?"

Pandangan Abri menyipit tatkala Alarice malah menunduk,
"karena... karena sahabat saya menyukai anda dan saya... saya juga menyukai anda namun saya memilih mengalah dari pada persahabatan kami hancur" jelas Alarice dengan jujur.

Abri mangut mangut paham, "okay. Mulai sekarang anda adalah sekertaris saya dan harus ikut kemana saja saat saya minta"

Berasa kek istri bandel yang di ceramahi suami, anjir. Gerutu Alarice dalam hati. "Ceri, kau dengar ucapan saya"

"hah!? Apa Pak?"

"kamu gak denger ucapan saya barusan" Alarice menggeleng sambil garuk garuk kepala, bingung. "saya bilang, mulai sekarang kamu jadi pacar saya" ucap Abri dengn entengnya.

"apa?! Mana bisa gitu, saya suka sama Pak Lendra itu dulu. Kalo sekarang udah enggak" alis Abri terangkat sebelah. "emang saya bilang apa?"

"mulai sekarang kamu jadi pacar saya" ucap Alarice mengulang perkataan Abri.

"dih, nembak saya kamu" tuding Abri dengan wajah yang berekspresi menyebalkan. "ihh! Enggak, saya cuma ngulangi ucapan anda tadi"

"masa?"

"iya!"

"iya, mau jadi pacar saya?" wajah Alarice sudah merah padam dengan tangan yang mengepal kuat. Nyebelin! Kalo bukan bos gua kulitin lo! jerit Alarice memaki dalam hati.

"enggak mau!" tolak Alarice. "yakin?"

"iya?"

"sumpah gak mau?"

"100% saya gak mau jadi pacar anda"

"ah, yang bener?" ujar Abri menggoda Alarice agar semakin kesal. "iya!"

"serius?"

"7 rius Pak saya mau jadi pacar anda" ucap Alarice. "tadi nolak, kok sekarang mau" bingung Abri menyadari ada yang salah dengan ucapan Alarice.

Alarice membulatkan matanya terkejut saat menyadari kesalahan dalam ucapannya,

"ehh! Maksud saya--"

"enggak ada ganggu gugat, jawaban kamu di akhir udah fix kalo kamu mau jadi pacar saya dan jangan beralasan kalo kata 'enggak' nya ketinggalan barisan" tukas Abri memotong ucapan Alarice. "silahkan keluar" titah Abri dengan raut wajah datar, kemana muka nyebelinnya tadi? Kek bunglon aja cepet berubahnya. Dasar! Dumel Alarice dalam hati. Dengan malas pun ia keluar ruangan. Setelah Alarice benar benar keluar ruangannya, Abri tergelak mengingat perdebatannya tadi.

"gemesin anjir"

"mana mulutnya typo pula, masa kata 'enggak' bisa ketinggalan barisan hahaha" monolognya kembali tertawa.

Soon...

Bad Mama [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang