⚫Alih profesi⚫

115 23 5
                                    

Ceo perusahaan berjalan dengan gagahnya di ikuti putranya yang akan menggantikannya. Semua karyawan kantor berkumpul menberikan sambutan pada mereka.

"perkenalkan, ini putra sulung saya yang akan menggantikan posisi saya disini" ujar Bara. Bara mempersilahkan Abri untuk memperkenalkan diri.

"perkenalkan nama saya, Abri Zalendra Putra. Kalian bisa memanggil saya Lendra" Bara melirik Abri dengan tatapan aneh. Kenapa putranya suka sekali membuat nama panggilan yang berbeda untuk hal yang berbeda pula?

Mereka berlalu ke ruang direktur dan disana Abri diberikan penjelasan secara detail oleh Papanya, "Papa"

"apa?" sahut Bara.

"boleh gak aku milih sekertaris ku sendiri?" tanya Abri disahut anggukan. "tapi jangan bertindak semena mena pada sekertaris mu nanti, Papa tau kau ingin melakukan pendekatan dengannya bukan?" pertanyaan yang Bara lontarkan buat Abri bungkam.

Bara pulang dan Abri masih didampingi oleh sekertaris Bara yang akan segera resign, "Om Arvan" panggil Abri buat sang empu menoleh.

"apa?" sekertaris Bara tak pernah ganti selama ini, tetap Arvan.

"di kantor ini apa ada karyawati yang namanya Alarice Gerian?" tanyanya agak berbisik.

Arvan berfikir sejenak mengingat nama yang Abri sebutkan barusan, "ada, dia di bagian devisi 1 marketing" jawaban Arvan buat Abri tersenyum simpul, "hayo. Ada something nih pasti" tuding Arvan buat Abri gelagepan.

"e--enggak kok, cuma... cuma dia yang aku pilih jadi sekertaris" Arvan tak percaya masih menatapnya sembari tersenyum menggoda, "siapa, hm?" tanya Arvan menaik turunkan alisnya.

Abri berusaha mengindari tatapan yang Arvan berikan meski kadang ia meliriknya, "d--dia itu temen ku waktu SMA, dan aku... aku suka sama dia"

"Mama mu udah tau?" Abri menggeleng. "nanti kalo udah jadi bakal aku kasih tau" sahut Abri cepat di balas anggukan. "yaudah, sekedar masukan aja. Kalo sama cewe yang susah di deketin itu harus halus cara mainnya. Ada waktunya kamu bersikap lembut dan ada waktunya bersikap keras" Abri mengangguk.

"oh ya, Mak lo pinter masalah ginian. Yakin gak mau minta pendapat mak lo?"

"tak pikirin aja dulu deh Om"

__

Jongkok.

Kepala di topang miring.

Sabar menunggu umpan disambar ikan.

Itulah yang Abiel, Abri, Dean, Iam, Neo, Lio, Zio, Dory dan Dika. Ayah, anak dan sepupu itu sedang mancing bersama. Mereka akan buat pesta kecil kecilan dengan bakar ikan. Dan mereka ber-9 kebagian mancing ikan.

"ehh! ehh!" kejut Dika saat jorannya tertarik. Ia mengambil joran tersebut, menggulung senar. "bantuin elah, gede ini" keluh Dika karena yang lain hanya diam menatapnya yang tengah berusaha.

"apa yang gede?"

"enak nonton"

Sahutan dari si kembar yang bergantian buat pikiran mereka beradu, satu terdengar ambigu sedangkan satu lagi acuh. Anaknya Deddy Azka ya begitu. Lio dan Zio. "buru bantuin! Mau patah ini!" sentak Dika.

"udah sini gua bantu," sahut Abiel.

"lo cewe mana ku--"

"gak usah bacot kalo gak mau bantu" ucap Dika memotong ucapan Dory. Mereka berlima berada di tempat yang sama, sementara yang lain berada di tempat lain. Agak jauh meski hanya di seberang sana.

"ta--tarik!!" ucap Dika dibantu Abiel.

"weeeehehehe, mayan juga tangkepan gua" sorak Dika senang, Abiel ikut senang. Bila di timbang kemungkinan ikan yang Dika tangkap mencapai berat 1 kilo setengah. "dah lah, gua cabut duluan" ujar Abiel mengangkat ember yang berisi 5 ikan, Dika ikut pergi meski hanya 1 ikan yang ia tangkap namun bisa buat mereka kenyang sampai bersendawa.

"IKUT ANJIR" sahut Dory. Embernya penuh ikan, bahkan ia yang paling banyak menaikan ikan dari kolam. Namun kecil kecil.

"ya, meski dapet 2 doang gua udah bersyukur" ucap Lio. Ia tertinggal di belakang sendirian. "kira kira ni ikan sepasang bukan ya? Apa jantan semau? Atau--ngapai gua mikirin jenis kelaminnya anjir!? Penting kenyang gua nanti"

Kau yang berkata, kau pula yang bingung. Dasar Lio!

Soon...

Tinggalkan jejak kalian, jangan jadi sider aja. Enak kalian tinggal baca, lah gua mikir alurnya mumet anying😒

Bad Mama [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang