II: Dendam.

3K 290 41
                                    

Malam sudah tiba, Chris sudah pulang dari kampus dan kini ia berada dirumahnya. Dia berada diruang tengah bersama Hyunjin, ah atau lebih tepatnya Hyunjin berada di dapur, ibunya itu tengah menyiapkan makan malam. Chris hanya menunggu diruang tv dengan beberapa cemilan dimeja.

"Bagaimana harimu, Chris?" Tanya Hyunjin dari dapur, sekarang orang tua satu anak itu tengah membuat sup kesukaan Chris. "Biasa.. Ah, menyenangkan."

"Benarkah? Tidak ada masalah?" Chris mengangguk, tidak ada masalah selain dirinya harus mengerjakan tugas ekstra. Dan hari Senin Chris sudah ada ujian. Hanya lima belas soal namun harus dikerjakan selama sepuluh menit, dia harus belajar menulis dengan cepat, apalagi ini essay. Sedikit menyebalkan.

"Tidak, tapi hari Senin aku ujian." Chris bangun dari duduknya dan menghampiri Hyunjin disana, duduk dikursi meja makan sembari menumpu tangannya dimeja. Ia menghirup aroma sup yang sangat menggugah selera, sekarang dia sudah lapar.

"Baiklah, semangat untuk ujiannya, jika kau perlu sesuatu bisa bilang padaku ya? Kau sudah sering ujian dan nilaimu selalu bagus, tapi jangan memaksakan diri, kau bisa istirahat bila mau, Chris. Kau sudah berusaha sejauh ini."

Benar, namun walau terkadang Chris merasa lelah dengan kuliah, ujian, dan belajar. Tapi dia selalu ingat pada tujuan mengapa ia melakukan ini semua, mungkin beberapa temannya sekarang ada yang main, pergi ke club atau bersenang diri. Namun Chris lebih suka jika dirinya dirumah saja belajar dan diam dikamar, menurutnya kamarnya sendiri adalah tempat yang paling aman. Dia tidak pernah bosan diam dikamar atau pun rumah.

"Tidak apa-apa, aku kan sudah biasa melakukan ini semua. Lebih baik aku cepat lulus dan mulai bekerja, agar disetiap harinya kau tidak perlu pergi lagi. Biar aku yang menggantikan." Hyunjin tersenyum hangat, senang dengan jawaban sang putra. Dia sedikit tersentuh, Chris memang anak baik, terkadang pun Hyunjin selalu merasa bersalah padanya karena sekarang Chris jadi berusaha dengan begitu keras.

Hyunjin berdiri dari duduknya dan mengambil nasi tak lupa dengan supnya, ia pindahkan semuanya ke meja, mengambil air putih lalu kembali duduk dikursinya. "Bagus kalau begitu, tapi jangan terlalu memaksakan okay? Kau bisa saja sakit." Hyunjin menyiapkan nasi untuk Chris, dengan supnya juga. "Ayo dimakan."

Chris mengangguk, ia mengambil sendok dan mencoba makanan itu, saat satu seruputan air hangat yang tercampur dengan bumbu itu, rasanya enak seperti biasa. Masakan ibunya memang tidak pernah mengecewakan, "Enak."

"Habiskan yang banyak." Gumam Hyunjin senang, dia juga tidak lupa untuk makan namun sepertinya Chris adalah pemandangan yang tak ingin Hyunjin palingkan. "Aku senang walau kau sibuk karena sebentar lagi akan lulus, tapi kau tetap makan masakan yang aku buat. Seperti makan malam atau sarapan, kau tidak pernah menolak masakanku."

"Itu karena aku lapar dan tidak bisa memasak."

"Memang, makananmu selalu enak dan kau memang sering memasak, jika bukan untuk dimakan ya apalagi?"

Hyunjin menopang dagu dan melihat ke arah Chris, sekilas Hyunjin tampak membenarkan rambutnya yang berwarna pirang, ia tarik rambutnya ke belakang lalu diselipkan pada telingannya, pandangannya kembali lagi ke arah Chris. "Baiklah, ayo habiskan dan kau bisa kembali lagi ke kamar mu."

Chris sedari tadi menatap ke arah Hyunjin, walaupun suapan nasi demi nasi yang masuk ke dalam mulutnya, namun pandangan Chris pun tak lepas dari wajah ibunya. Ibunya cantik, bahkan sangat untuk seukuran laki-laki. Tambah lagi Hyunjin.. Sudah berumur berapa ya? Ah, entahlah. Tapi Chris akui bahwa Hyunjin sangatlah cantik, matanya begitu manis lalu pipinya yang tidak terlalu tembam, jangan lupakan hidung dan juga bibirnya. Hyunjin begitu sangat sempurna, suara halusnya juga sangat begitu mendukung. Chris menduga-duga mungkin diluaran sana banyak sekali yang mengantri dan mengajak Hyunjin untuk berkencan, namun dia tau bahwa ibunya menolak itu semua.

Chanjin, Consequences.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang