II: Complete my sin.

3.2K 296 33
                                    

Hyunjin menyeka air matanya sembari meremas lutut begitu kuat. Isakan tangisnya menandakan bahwa dia sudah prustasi dengan kesakitan ini. Dia menoleh ke arah Chris yang menatap anteng ke arah garasi, akan memakirkan mobil. Memang sih, ini sakitnya tidak sesakit saat awal tadi, hanya saja sekarang dia khawatir dengan apa yang akan terjadi. Karena sejak dari UKS, saat pantatnya yang disentuh kemudian hal ini, Hyunjin takut hal aneh akan terjadi.

Tadi, Chris menahan pergerakan lengannya saat Hyunjin panik karena kakaknya itu hendak membuka kancing seragamnya, namun Chris cepat-cepat mengendalikan suasana dengan meremat kedua lengan Hyunjin lantas menariknya ke atas.

Hyunjin hanya mampu menggelengkan kepala seraya berteriak merasakan rasa sakit dikedua dadanya. Berteriak keras, lalu tak lama kemudian dia menangis setelah melihat kedua nipplenya dipasangin alat penjepit tadi. Chris melarangnya untuk melepas benda tersebut, kemudian kancing seragamnya kembali ditutup, membuat benda keras dibalik sana menekuk meninggalkan rasa sakit yang amat meremat kulit dadanya.

Dari situlah pikiran-pikiran takutnya bermunculan. Dia rasa, kini Chris menyiksanya bukan pukulan-pukulan, melainkan hal yang lebih ambigu. Hyunjin tidak mau berprasangka buruk, tapi kakaknya terlihat seperti predator.

"Pergi ke kamar mu dan jangan dilepas."

Hyunjin tidak bergeming, dia berjalan dengan cepat menuju lantai atas, tak lupa dengan tangan yang menutupi area dada. Saat sampai, dia langsung mendudukan pantatnya dikasur. Tangannya dengan perlahan dia jauhkan dari tubuhnya, menggigit bibir dan mengusap sudut matanya. "Jahat."

Tak lama kemudian Chris datang, jas hitamnya sudah lepas dari tubuh atletis pria tersebut, kini dia mendekati Hyunjin dan berjongkok dihadapan pria manis itu.

"Sudah ku bilang jangan membuatku emosi."

"Ahh, j-jangan dibuka!" Hyunjin menggigit bibir, dia akan memberontak namun Chris meremas tangannya kuat. Kakaknya membuka kancing seragam dengan begitu mudah, Hyunjin tidak suka posisi ini, dia menoleh ke arah lain.

"Aku tidak suka kau berdekatan dengan bocah tadi, begitu juga teman-temanmu. Jauhi anak itu jika hidupmu ingin tenang."

"Kakak melakukan ini hanya karena itu?"

"Kau bisa berteman dengan murid lain."

"Tapi, aku tidak bisa menolak jika dia mau berteman denganku."

"Kali ini kau harus mendengarkan apa kata ku, Hyunjin."

"Kak, aku selalu mendengarkan apa kata mu. Bahkan sebelum ini, sebelum dan sebelumnya aku tidak pernah membantah satu kali pun. Kakak bisa membatasi aku dengan apapun, tapi tidak untuk hubungan pertemananku."

Chris menatap tajam ke arah adiknya, begitu pula dengan yang ditatap. Benda yang menjepit dadanya sudah terlepas, meninggalkan bekas kemerahan disana.

"Aku hanya ingin menjagamu tetap aman."

Mendengar itu, Hyunjin tertawa renyah didalam hatinya. Dia tidak tahu mengapa hari ini sang kakak bersikap aneh, apa ini? Menjaga agar dirinya tetap aman? Justru didekat Chris lah dirinya tidak aman. Hyunjin tidak bisa memprediksikan kapan kakaknya akan marah, mengamuk dan emosi. Jadi, dalam setiap saat pun Hyunjin harus sudah siap jika Chris ingin meluapkan emosinya. Lantas, apanya yang aman?

"Aneh, justru kakak yang membuatku tidak aman."

"Aku tidak hanya membicarakan tentang dia, tapi segalanya. Saat nanti kedua orang itu datang, aku ingin menjagamu tetap aman."

"Apa yang kakak bicarakan?"

Chris tidak langsung menjawab, dia malah menatapnya dengan dalam. Pegangan dilengannya sudah dilepas sedari tadi, hanya saja posisi seperti ini jauh lebih buruk. Ditatap seperti ini oleh Chris entah kenapa membuat Hyunjin tersipu, wajahnya terlalu dekat apalagi kakaknya ini tidak berniat mundur.

Chanjin, Consequences.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang