III: The Devil I'm Dealing With

370 43 10
                                    

Ini gawat, mereka berdua semakin dekat. Chris dan Hyunjin menjadi semakin dekat setiap harinya setelah hari di mana ia mengantarkan Hyunjin untuk bertemu dengan Bagas. Entah bagaimana, namun pada siang hari mereka akan mengobrol di kursi taman seolah itu adalah kegiatan mereka berdua.

Hyunjin atau pun Chris akan datang dengan membawa cemilan di tangan mereka dan juga cerita yang akan menuntun keduanya dalam sebuah obrolan panjang. Chris yang biasanya jarang berinteraksi perlahan mulai mengerti bagaimana cara mengobrol. Dalam artian, ia mau mendengarkan atau lebih tepatnya, ia terpaksa. Ia tidak berbohong bahwa Hyunjin anak yang cerewet. Sifatnya sangat berbeda dengannya. Ketika ia mencoba untuk membaca buku dan fokus pada paragrafnya, Hyunjin dengan cepat akan mengalihkan perhatiannya.

"Aku biasanya tidak suka mengonsumsi kopi, namun akhir-akhir ini kegiatanku padat. Mataku harus tetap terjaga, jadi aku meminumnya. Apa kau suka kopi juga?" Pertanyaan seperti itu keluar dari mulutnya, kemudian pertanyaan kecil seperti bagaimana kegiatan hidupnya berjalan mulai bermunculan, Chris memilih untuk diam.

"Sebentar lagi acara kampus akan diselenggarakan, aku dengar para orangtua juga diundang. Siapa yang akan datang bersamamu, Chris?"

"Tidak tahu, orangtuaku orang yang sibuk."

"Ouh.. Tapi kau harus tetap mengajaknya! Acara kampus bila sudah mengundang orangtua biasanya akan sangat menyenangkan. Aku—"

"Bisakah kau diam? Aku tengah berusaha untuk fokus membaca paragrafku."

Gertakan kalimat itu reflek membuat Hyunjin langsung terdiam. Dadanya seolah berhenti berdetak selama beberapa saat, baru kali ini Chris tak mau mendengarkan kalimatnya.

"Maaf.." Ucapnya begitu kecil.

Sejak kecil, Chris tak banyak diberi kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya. Ia lahir di keluarga yang keras. Ayahnya adalah orang yang mempunyai banyak aturan, sementara ibunya masih terlalu muda untuk mempunyai anak. Sifat mereka berdua adalah kombinasi yang pas untuk menghancurkan masa kecilnya.

Ketika ia berusia sembilan tahun, Angga, sang ayah, mulai jarang pulang. Ayahnya itu selalu kembali ke rumah dengan keadaan mabuk di tengah malam. Chatlyn selalu menunggu demi membukakan pintu, membopong tubuh suaminya lalu membersihkan tubuh itu agar ketika pria itu tersadar, ia tidak kena marah. Namun, tetap saja sebagai istri, Chatlyn selalu bertanya mengapa suaminya pulang larut malam atau sama sekali tidak pulang ke rumah akhir-akhir ini. Dalih-dalih menjawab, Angga malah beradu argumen dengannya yang mengakibatkan Chatlyn curiga bahwa suaminya menyembunyikan sesuatu.

Pasalnya ini sudah lebih dari dua bulan suaminya bersikap seperti itu. Angga jadi lebih sering marah, ia tidak suka jika ucapannya dibantah. Apa pun yang ia katakan adalah mutlak, namun Chatlyn bukan wanita pengertian yang mau langsung mengerti, emosinya juga tersulut. Hal itu membuat Angga berterima kasih karena ia menjadi punya alasan untuk bersikap kasar kepada istrinya, Angga mulai bermain tangan. Ia menampar Chatlyn tepat di wajah wanita cantik itu setiap kali berusaha merespon ucapannya. Angga tahu bahwa Chatlyn bukan orang yang mau mengalah, istrinya akan membalas semua perlakuan serta ucapannya sesuai dengan emosi yang ia rasakan. Maka, hubungan ini tidak akan pernah selesai.

"Aku hanya bertanya mengapa kau jadi sering pulang tengah malam dengan keadaan setengah sadar, apakah itu sulit untuk kau jawab?!"

"Aku sudah bilang ini hanya masalah kantor! Tidak perlu mencampuri urusanku, urus saja anakmu dan nikmati uang yang aku berikan."

Malam itu, Angga tidak pulang lagi dan Chris melihat ibunya menangis sendirian di kursi meja makan dengan laptop menyala. Ia mendekat dan bertanya mengapa Chatlyn menangis, namun layar laptop sudah menjawab pertanyaannya. Foto Angga tengah merangkul seorang wanita dengan anak laki-laki di antara mereka terpampang jelas di sana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Chanjin, Consequences.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang