Chanjin, Consequences.

Home.

Terlahir dari keluarga kaya adalah hal yang paling didambakan semua orang. Namun lahir dengan keadaan sudah memiliki banyak gelimbang harta bukan berarti hidup akan jadi bahagia.

Seperti Hyunjin, dia lahir dari keluarga kaya namun dengan perhatian yang sedikit dari orang tua. Memang harta, rumah, dan uang yang begitu banyak dia punya semua itu. Tapi perhatian dan juga kasih sayang, dia belum beruntung.

Kamarnya begitu luas dan juga megah, terdapat banyak barang-barang miliknya tersusun sangat rapih dengan dinding senada berwarna putih gading. Dari semua tempat bahkan sudut kamarnya, titik yang paling Hyunjin sukai adalah jendelanya. Terdapat tempat duduk disana yang jika dilihat dari luar akan sedikit menonjol kedepan. Hyunjin menyukai tempat itu, dia sering duduk disana sembari menatap kosong ke arah luar.

Bukan hal penting, namun setiap dia bosan atau tidak ada hal yang bisa dia lakukan, maka melamun adalah kegiatan untuk membunuh jam kosongnya. Dan bodohnya lagi, itu hampir setiap hari.

Semuanya adalah omong kosong, harta bukan hal yang terlalui Hyunjin gilai. Orang tuanya lah yang gila uang, mereka giat bahkan sangat giat bekerja untuk mendapatkan lembaran kertas benilai itu.

Sebenarnya tidak apa-apa jika mereka dapat meluangkan waktu untuk Hyunjin, mungkin hanya sekedar makan malam atau berdiam dirumah setiap hari Minggu? Well, itu terjadi kala dirinya masih kecil. Hal yang paling langka dan Hyunjin berusaha untuk tidak lagi mendambakan itu, selain agar hidupnya tenang itu juga hal yang bisa membuatnya sakit.

Untungnya Hyunjin tumbuh menjadi pemuda bersih yang tidak bandel, dia bersyukur setidaknya tumbuh dewasa dan mendapatkan pelajaran dari beberapa orang terdekatnya. Seperti para guru privatenya, beberapa pengawal dan juga maid. Tapi lebih banyak Hyunjin banyak belajar dari para guru private dan juga pengawalnya.

Tentu, pelajaran sekolah Hyunjin dapatkan dari guru-gurunya. Selama Hyunjin menempuh pedidikan, dari TK, Sekolah Dasar, menengah atau pun atas. Dia belajar dari guru privatenya, tidak pergi keluar melainkan para guru yang datang ke rumahnya. Pastinya bukan guru yang abal-abal, mereka mempunyai pengetahuannya masing-masing dan dituangkan pada Hyunjin. Dengan kata lain, Hyunjin sama pintar dengan anak seumurannya.

Sementara untuk perlajaran pengalaman hidup yang harusnya dia pelajari dari orangtua, malah dia dapatkan dari beberapa pengawal. Pengawal dirumahnya ada banyak sekali, mungkin 20-40 orang? Ah, tidak tau. Hyunjin tidak pernah menghitung itu.

Para pengawal disini diambil dari beberapa orang yang memiliki skill berkelahi yang patut diacungi jempol, dan tak jarang Hyunjin mengobrol dengan mereka yang membuat keduanya berbincang masalah hidup masing-masing. Hyunjin membicarakan kesepiannya lalu para pengawal akan menceritakan kisah hidupnya yang terkadang mampu membuat Hyunjin menangis.

Diambil dan dilatih dari kecil, ditinggalkan orang tua, pendidikan yang begitu keras, namun harus ditanamkan perasaan iba dan belajar untuk tidak balas dendam diwaktu yang bersamaan tidaklah mudah. Mereka di didik dengan keras, namun sikap mereka terhadap orang lain jangan disamakan seperti apa yang mereka dapatkan. Terlebih pada orang tua, wanita, dan juga anak-anak.

Untuk sesaat Hyunjin merasa bersyukur dengan hidupnya yang di didik begitu lembut walau sunyi bagaikan angin tak terlihat. Setidaknya dia hidup dengan apa yang dia mau, apa yang dia inginkan, walau dengan tidak seperti apa yang dia harapkan.

Beberapa maid yang didominasi banyak perempuan pun sama saja, mereka banyak cerita bahkan teman cerita Hyunjin kebanyakan adalah para maid. Memang usia mereka jauh diatas Hyunjin, untuk meminimalisir sesuatu yang tidak diinginkan dan juga itu bukanlah hal buruk. Namun ada satu maid yang umurnya hampir sama dengannya, dia adalah anak dari kepala pengawal disini. Namanya adalah Yeji, mereka bagaikan jiwa yang dilahirkan terpisah. Selain wajahnya yang mirip, Hyunjin sudah menganggap Yeji sebagai adiknya.