The funny.

3.8K 297 17
                                    

"Baiklah, kelas selesai."

Serentak semua murid yang berada diruangan kelas 12 MIPA 1 berdiri dan mengucap salam pada sosok guru yang barusan mengajar, tak terkecuali Hyunjin pun melakukan hal yang sama. Ini adalah jam pelajaran terakhir, kelas sejarah. Maka setelah melihat guru yang memakai kacamata tersebut hilang keluar kelas, satu-persatu siswa/i ikut keluar.

Syukurlah hari ini sudah selesai, cukup melelahkan karena mata pelajaran yang cenderung rumit bertepatan pada hari ini. Hyunjin ingin segera pulang dan mengistirahatkan tubuhnya, pasti sang ibu juga menunggu dirumah.

"Hey, Hyunjin!"

Baru saja mengenakan ransel, pergerakan tubuhnya terdiam kala mendengar seseorang memanggil namanya. Sudut matanya yang indah menoleh dengan tatapan polos bertanya, siapa gerangan yang memanggil?

"Ya, Chris?"

Pemuda yang disebut Chris kini sudah berada dihadapannya, entah mengapa mereka berdua tampak asing. Hyunjin merasa dia tidak pernah mengobrol terlalu lama bersama pria Australia ini, walau keduanya sudah satu kelas dari kelas 10. Tapi jika dia berpikir lebih lama, sebenarnya memang Hyunjin saja yang jarang mengobrol dengan teman satu kelas.

Chris tampak kebingungan beberapa saat, dia berkata dengan gugup dan ragu sehingga kalimat yang dilontarkannya sedikit kurang jelas.

"I-itu, bisakah kita.. ?"

"Ya?"

"Maksudku lain kali kalau kau berangkat sekolah, kita bisa.. Kau tau, itu.." Alis Hyunjin mengernyit, dia menunggu kalimat selanjutnya yang akan keluar sembari mengusap pegangan tas.

"—ya kita bisa.. Berangkat atau pulang bersama?" Chris menyelesaikan kalimatnya.

Butuh beberapa keberanian untuk mengatakan ini, katakanlah Chris terlalu malu tapi hari ini dia mencoba memberanikan diri. Namun, sepertinya dia salah. Hyunjin masih diam sedari tadi, matanya tidak bisa dibaca. Chris merasa bersalah sekarang, apa Hyunjin merasa tidak nyaman? Salahnya.

"Ya, lupakan jika kau memang tidak bisa—"

"Boleh."

"Ya?"

Hyunjin merasa penampilan Chris berbanding balik dengan sifatnya, melihat teman sekelasnya itu memakai seragam dengan rapih tak lupa jaket hitam dilengan, Chris sangat gagah untuk anak SMA. Tetapi justru kini dia terlihat gugup hanya sekedar mengajaknya pulang bersama. Atau mungkin pulang dalam artian mampir sebentar ke sebuah cafe?

Pekikan seseorang dipintu kelas membuat keduanya menoleh serentak, ternyata itu adalah Ghali ketua kelas mereka. Sepertinya Chris dan Hyunjin harus cepat karena Ghali sudah memegang kunci tanda bahwa kelas mereka akan digembok. Hyunjin menoleh untuk memastikan, "ayo ngobrol diluar."

Dengan ragu Chris mengangguk seadannya "silahkan." Hyunjin berjalan lebih dulu kedepan sana baru, akhirnya Chris bisa bernafas lega. Entah kenapa baru beberapa kata mereka berbicara, tetapi hati Chris kini seakan-akan ingin meledak karena girang. Senyuman Hyunjin yang manis akhirnya dapat dia lihat dari dekat, begitu juga cara Hyunjin menanggapi sangat lembut, tapi kemudian dia baru menyadari kebodohannya karena terlalu gugup. Sial, seharusnya Chris bersikap jantan.

"Langkah yang baik, Chris. Aku yakin dia senang diajak jalan oleh si tampan pemberani." Gumaman Ghali terdengar jelas ditelingannya saat dia akan berjalan keluar kelas. Chris menoleh menatap dengan tanya, ternyata Ghali lebih pengertian dari yang dia kira. Mungkin efek jabatan ketua kelas membuat dia merasa terdorong membantu teman kelasnya.

"Ayo cepat, dia menunggu disana." Tepukan dari Ghali menyadarkan lamunannya, Chris segera sadar dan mengangguk mantap. "Thanks."

Rasanya seperti berjalan diatas tali tipis jika kau bersebelahan dengan orang yang kau dambakan. Seperti Chris contohnya, kini dia merasa lebih pendiam jika disebelah Hyunjin. Kabar baiknya mereka jadi pulang sekolah bersama, jalan kaki berhubung rumah mereka dekat dan satu arah. Syukurlah, ini kesempatan emas, Chris harus memanfaatkan keadaan ini.

Chanjin, Consequences.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang