Obedience.

4.4K 313 47
                                    

Lorong rumah besar itu mulai terdengar gaduh akibat larian dari seorang pria yang hanya memakai baju kemeja kebesaran tanpa bawahan apapun. Keringat diwajahnya turun seiring gerak tubuh asalnya yang berlari cepat menuju satu ruangan. Dadanya memompa naik-turun dengan kepala yang berkali-kali menengok ke arah belakang.

"Selamatkan aku, Ya Tuhan."

Air mata pun sudah tidak terbendung, kemungkinan semakin banyak menetes walau terabaikan karena yang lebih penting dia harus berlari.

"Hwang! Kemana kau pergi, sialan?! Kau tidak bisa keluar dari rumah ini!"

Teriakan sosok di belakangnya membuat dia semakin menambah kecepatan. Mimik wajahnya sudah berubah dengan ekspresi menegang. Tubuh kecilnya terus-terusan menabrak tembok akibat tidak bisa berhenti demi berbelok.

Pria bernama Hwang Hyunjin itu sampai di depan pintu berwarna coklat yang tidak dikunci. Awalnya dia ragu, haruskah sembunyi di dalam atau melompat keluar jendela. Tetapi, melihat bayangan kekasih gilanya yang berjalan ke arahnya membuat dia memutuskan untuk masuk ke dalam.

"Ya Tuhan, apapun akan ku lakukan asal terjauh dari makhluk setan itu!" pintu itu terbuka, Hyunjin buru-buru masuk dan menutup pintu dengan cepat. Tangannya yang bergetar mencoba mengunci ruangan ini dengan rapat. Setelah itu, dia mundur beberapa langkah sembari memegangi dadanya yang tak kunjung berdetak normal.

Hyunjin terpekik saat debuman dari luar seperti suara pukulan tangan mengenai pintu dihadapannya. Tubuhnya yang sudah kelelahan semakin mundur hingga mengenai tembok, di usaplah wajahnya untuk menghapus keringat.

"Hwang, aku tahu kau di dalam.. Buka pintunya dan kita dapat menyelesaikan ini semua." suara tegas nan parau di luar sana mampu membuat bulu kuduknya merinding. Hyunjin menggigit jarinya sendiri sembari menggelengkan kepala.

"Tidak.."

"Lady.. You're my property and I can't let you go. Let's open the door and we can solve the problem, can we?"

Tubuhnya semakin bergetar karena perkataan tersebut mengingatkannya akan hal yang beberapa menit lalu terjadi.

Semua berawal ketika pemuda bermarga Hwang itu sudah lelah menjalani hubungan toxic. Dari awal pria manis itu memang sudah ragu untuk membicarakan ini, tetapi dua tahun menjalin hubungan dengan pria yang kasar padanya membuat dia lelah. Menangis setiap malam karena dipaksa untuk tinggal satu atap layaknya dipenjara. Bahkan, Hyunjin mengira jika hubungannya dengan pria di luar sana hanya sekedar partner sex tanpa perjanjian di atas matrai.

Dia hampir gila dan selalu ketahuin ketika ingin bunuh diri. Pacarnya itu selalu posesif dan berlebihan. Melarangnya pergi keluar rumah atau berjalan-jalan berdua, malah dia selalu dikurung di kamar hingga kekasihnya pulang kerja. Lalu setiap malam dia datang untuk mempermainkannya atau sekedar berpelukan.

"Hyunjin, tolong buka pintunya dan biarkan aku masuk. Atau kau ingin aku mendobraknya lalu menyeret rambutmu keluar?"

Tangan kecilnya sudah mengepal menahan amarah, "Kau gila! Chris, aku sudah tidak mau jadi budak sex mu dan harus menanggung amarahmu setiap malam. Aku sudah lelah dengan semua perlakuan kasarmu terlebih saat kau marah. Kau kira aku baik-baik saja selama ini, huh? Kau kira mudah melewati ini semua seolah tidak terjadi apa-apa?" dengan reflek dia berteriak dan berucap keras dengan hanya satu nafas, namun kemudian dia bergetar memegangi dadanya. Perasaannya cemas karena menyadari apa akibatnya jika dia berkata seperti itu, namun sekarang Hyunjin tidak bisa mengontrol emosinya.

Pria di luar sana, Chris, lengannya yang tengah memegang sebuah pisau kecil dan juga tongkat pendek yang tidak terlalu besar tampak menggeleng. Keadaan tampak hampir sama. Mengusap wajahnya kasar dan menjilat bibir bawahnya sembari terus memanggil nama Hyunjin.

Chanjin, Consequences.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang