19. Tidak Nyaman
Yeji meletakkan tasnya di kursi kelas begitu sampai di kelas. Hari ini ia berangkat sangat pagi hanya karena ia malas menjadi bahan perbincangan sana-sini.
Nyeri di ulu hatinya akhir-akhir ini membaik setelah ia meminum obat pereda nyeri dari apotek.
Selagi ia menatap ke luar jendela yang tengah di dera hujan, ponselnya berbunyi sekali tanda ada pesan masuk di sana.
Datang ke café Bless The Roll jam 7 malam. -Mama
Tumben ibunya memintanya ke café.
"Sudah datang rupanya." Teguran itu mengalihkan atensi dari ponselnya.
Matanya menangkap setiap pergerakan yang tengah Jeno lakukan.
"Ada apa?" Tanya Jeno sinis.
"Kau sudah tau sejak awal kan kalau Karina yang membunuh Han Sohee?"
Jeno menaikkan lengan jaketnya santai, "sudah. Lalu kenapa?"
"Apa alasan mu menuduhku?" Tanya Yeji kesal.
Jeno terkekeh sinis, "karena kau hanya diam saja melihat perundungan tepat di depan mata mu."
Yeji menggeleng, "itu tidak masuk akal Lee Jeno. Kalau kau berpikiran seperti itu kenapa tidak semua trainee waktu itu yang kau rundung?"
Jeno berdecak kencang, "ahh kau membuat pagi ku menjadi buruk."
"Lalu bagaimana dengan hari-hari ku yang berubah seperti neraka? Usahaku meraih mimpi yang kau gagalkan dalam sekejap mata." Dan pada akhirnya, Yeji tak bisa membendung emosinya.
Jeno langsung menoleh, menatap gadis bermata kucing itu sinis, "bahkan ini belum sebe--"
"Kenapa tidak langsung bunuh aku agar kau puas?"
Jeno tertawa seketika, "bunuh? Jika langsung ku bunuh maka kau tidak menderita."
Yeji menatap kursi kosong di sebelahnya karena Jeno telah pergi dari sana.
~~~~
"Kau ingin makan apa?"
Yeji tak merespon sedikit pun. Dirinya memang lapar, namun mendengar bisikan buruk tentang dirinya membuat rasa laparnya menguap entah kemana.
Karena kenyataannya pembullyan melalu kata-kata lebih menyakitkan dari pada pembullyan fisik.
"Hei," tegur Yeonjun.
Yeji tersadar dari lamunannya, "aku tidak lapar. Kau makan saja sendiri."
"Hei, tunggu dulu." Panggil Yeonjun lalu mengejar gadis itu.
Dan disinilah mereka sekarang. Rooftop sekolah yang sering menjadi tempat bolos murid lain dan tempat barang tak terpakai.
Mata Yeji tertutup, menikmati angin yang bertiup menerpa kulit-kulit nya.
Sedangkan Yeonjun sibuk membereskan meja-meja yang sudah tidak terpakai agar tidak berantakan.
"Yeonjun,"
Pria itu menghentikan aktivitasnya ketika mendapat panggilan dari Yeji, ia berjalan mendekat dan duduk disebelahnya.
"Ada apa?"
Yeji sedikit tertawa dengan kalimat itu, "seharusnya aku yang bertanya ada apa?"
"Maksudnya?" Tanya Yeonjun menatap Yeji yang masih menutup matanya.
"Ada apa dengan dirimu belakangan ini? Apa kau ingin menjatuhkan ku secara perlahan seperti murid lain?"
Yeonjun tak langsung menjawab, ia memainkan kakinya terlebih dahulu.
"Kenapa tidak dijawab?"
"Karena aku tau siapa pembunuh Han Sohee." Jawaban itu membuat mata Yeji langsung terbuka.
"Dan kau tetap merundung ku? Sejak kapan kau tau?"
Yeonjun menggeleng, "aku baru tau semenjak Karina datang. Aku tidak sengaja mendengar perkataan mu dengan Jeno di sini waktu itu."
Wajah Yeji nampak terkejut mendengarnya, "kau dimana waktu itu?"
Tangan pria itu mengarah pada ruangan yang disebut sebagai gudang, "di sana. Aku cukup terkejut mendengar bahwa Jeno sudah tau sejak awal sekali tapi dia bertunangan dengan Karina."
"Lantas kenapa kau berubah secara tiba-tiba?"
"Karena aku akan menjadi orang bodoh jika membully orang yang salah."
Yeji menghela nafasnya mendengar itu, "terimakasih untuk itu. Tapi aku tidak nyaman."
TBC
Kayaknya sepanjang aku ngetik cerita ini, ini cerita pertama yang tembus 500 lebih kata <( ̄︶ ̄)>.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Looking (Jeno x Yeji) [END]
أدب الهواةSemuanya berawal dari pemerintah yang mengeluarkan peraturan untuk artis di bawah umur Jeno x Yeji