Coba baca pake lagu sedih yah :)
20. Café Bless The Roll
Jam menunjukkan pukul 18.30 KST, sesuai dengan perintah mamanya melalui pesan tadi.
Kini Yeji sudah siap untuk berangkat ke café Bless The Roll. Menunggu taxi kosong di pinggir jalan, itu yang dilakukan Yeji sekarang.
Dan tak butuh waktu terlalu lama, taxi kosong melintas dengan cepat ia memberhentikan nya dan naik ke taxi tadi.
Sekitar 20 menit perjalanan, kini Yeji sudah tiba di depan café Bless The Roll, matanya menatap ke dalam dari luar.
Belum ada tanda-tanda Mamanya. Masih ada 10 menit lagi, Yeji memilih masuk terlebih dahulu dan menunggu di dalam.
Ia memasang earpods ke telinganya dan memutar beberapa lagu dari playlist favoritnya selagi menunggu Mamanya.
"Udah lama?"
Yeji mendongak secara spontan saat sebelah earpods nya dilepas oleh orang lain.
"Lumayan,"Jawab Yeji sekenanya dan mematikan lagu nya lalu melepas earpods nya yang lain.
Nyonya Hwang duduk tepat di hadapannya, "kenapa belum pesan?"
"Yeji harus hemat, karena masih belum punya pemasukan." Jawab Yeji jujur.
Nyonya Hwang berdecih sambil tersenyum, "kan ada Mama."
Yeji menatap Nyonya Hwang heran sambil menggerakkan kepalanya sedikit ke kanan.
"Saya pesan ice Americano sama, kamu pesan apa?" Tanya Nyonya Hwang pada Yeji.
Yeji menatap Mamanya sejenak lalu menatap waiters itu, "saya pesan matcha latte."
"Ada lagi?" Tanya waiters itu sebelum pergi.
Nyonya Hwang menjentikkan jarinya cepat, "sama pesan milk coffee."
"Ada lagi?"
Nyonya Hwang menggeleng, "itu saja."
"Silahkan di tunggu untuk beberapa menit."
Setelah waiters itu pergi, Nyonya Hwang mulai sibuk dengan ponselnya. Sedangkan Yeji bingung harus apa.
"Hmmm, Mama sejak kapan minum kopi?" Tanya Yeji membuka percakapan.
"Aduh maaf saya telat."
Atensi Yeji dan Nyonya Hwang berpindah pada pria berumur dengan setelan jas abu-abu serta celana kain sewarna.
Nyonya Hwang lantas berdiri ketika mengetahui siapa yang datang, "ah, bukan masalah yang besar. Silahkan duduk."
Yeji menatap Mamanya heran, begitu juga pria asing yang baru tiba itu.
"Yeji perkenalkan ini Tuan Lee."
Orang yang diperkenalkan sebagai Tuan Lee itu sudah mengulurkan tangan ke arah Yeji, namun Yeji tak menjabatnya melainkan menunduk 90 derajat.
"Annyeonghasaeyeo saya Hwang Yeji." Ucapnya ketika sudah berada di posisi tegak.
Tuan Lee menarik tangannya kembali sambil tersenyum, "salam kenal Yeji."
"Permisi Tuan, Nyonya, Nona ini pesanannya. Ada yang dibutuhkan lagi?" Tanya waiters itu dengan tiga gelas minuman.
Nyonya Hwang menggerakan tangan ke kanan ke kiri sebagai tanda 'tidak'.
Sepeninggalan waiters itu, Yeji meminum matcha latte nya sekali.
"Mama langsung ke poin nya aja yah." Ucap Nyonya Hwang membuka percakapan.
Yeji mulai serius menatap Mamanya.
"Yeji, tadi kamu bilang kamu harus hemat karena belum ada pemasukan kan?"
Yeji mengangguk sebagai jawaban.
"Nah ini Tuan Lee CEO di Lee corporation group. Dia bakal kasih kamu uang dengan satu syarat."
Yeji mengerutkan alisnya, jantungnya bergemuruh jangan sampai apa yang ia pikirkan adalah maksud ucapan Mamanya, "atas dasar apa?"
"Jadi gini, Tuan Lee ini punya istri tapi cacat dan karena itu dia bakal bayar kamu seberapa pun mau kamu asal kamu bisa puasin Tuan Lee."
Dalam sekejap mata Yeji membola, "mama gila?!"
"Bukan gila, Yeji. Ini namanya bisnis!" Balas Nyonya Hwang ikut membentak.
Posisi mereka yang berada di area bebas merokok jadi tidak terlalu menarik perhatian pengunjung lain.
"Biar Yeji perjelas. Mama nyerahin Yeji ke paman ini hanya untuk uang?" Ucap Yeji tak habis pikir.
Harapannya saat ini Mamanya mengatakan tidak, atau menggeleng.
Nyonya Hwang mengangguk mantap, "betul sekali."
Hancur sudah harapannya.
"Yeji gak mau! Masih banyak pekerjaan diluar sana yang lebih bagus. Mama jangan gila! Sadar Ma, Yeji masih murid sekolah!"
"Siapa yang bakal terima kamu setelah kabar bahwa kamu pembunuh teman trainee kamu?!" Bentak Nyonya Hwang.
"Apa susahnya sih? Cuma tinggal ikut cara main Tuan Lee, tuan Lee puas, kamu juga puas!" Lanjutnya masih dengan nada tinggi.
Air mata Yeji jatuh membasahi pipinya, "Yeji gak akan pernah mau menyetujui ide gila Mama."
"Ye- Ye-- Yeji pikir mama ngajak ke-- ketemu buat memperbaiki hu--hu-- hubungan keluarga kita. Tapi Yeji terlalu bodoh berharap hal itu. Yeji pamit."
Yeji meraih tasnya dan berjalan keluar dengan tangisnya yang belum reda mengabaikan teriakan Mamanya yang meneriaki namanya.
Bugh
"Maaf saya tidak melihat jalan." Ucap Yeji ketika tak sengaja menabrak.
"Hwang Yeji kau kenapa?"
Yeji mendongak menatap orang yang di tabrakannya.
Matanya menatap satu isi meja yang berisi anak kelas nya, "Maaf Lia aku tidak sengaja." Ucapnya lalu pergi dari sana.
TBC
Waktu untuk mengumpat di persilahkan
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Looking (Jeno x Yeji) [END]
FanfictionSemuanya berawal dari pemerintah yang mengeluarkan peraturan untuk artis di bawah umur Jeno x Yeji