O 1 .

1.7K 182 15
                                    

"Udah lah terima aja. Lagian dia ini paket lengkap banget, udah kaya, ganteng, keker pula juga tuh badannya."

"Diem lo."

Gadis itu terkekeh pelan melihat temannya yang uring-uringan karena perihal perjodohan. Lucu juga, padahal ia tahu betul kalo wanita bernama lengkap Yovenya Selina Sanjaya sampai kapan pun akan memilih menjadi wanita independen. Bahkan ia terang-terangan belum ingin menikah di depan pacarnya.

"Tau gitu gue nerima lamaran laki gue aja ya, Nik." katanya pelan sambil nyesap sampanyenya. Ennik hanya bagian haha-hehe doang.

"Nyesel kan lo?"

"Tergantung. Kalo bisa bebas ya...." kata Selina menggantungkan katanya lalu melepas semua peralatan untuk memasang kuteknya di kakinya karena sudah dirasa kering. Kakinya ia acungkan ke udara memuji betapa indahnya jari-jari mungilnya itu.

James tentu tidak akan membiarkan istrinya melakukan apapun semaunya. Alasannya, Selina sering melakukan hal terlalu terlewat batas bila dibebaskan.

Menurut Selina, kebebasan adalah hal yang jauh lebih menarik ketimbang harus menikah tapi dipenuhi dengan kekangan. Membayangkannya saja mengerikan.

"Padahal gue udah bilang buat ga dapat bagian dari perusahaan papa. Perusahaan papa udah jatuh ke si bangsat. Harusnya dia urus aja sendiri, malah tetep ngejual gue, anjing!"

Tak ada tanggapan apapun selain kekehan dari Ennik. Dia cuman bisa diem, soalnya Selina cuman bilang butuh didengar. Iya sih, kalau pun Ennik ngasih saran juga ga akan bawa perubahan.

"Besok lo ada jadwal pemotretan." peringat Ennik melihat Selina membawa mangkok besar berisi dua rebus mie instant yang dijadikan satu.

Sekarang perut Selina benar-benar terlihat berlemak, lipatannya begitu tebal. Ennik jadi agak ngeri, makannya tidak lebih setengah jam tapi harus membayarnya dengan work out selama berjam-jam. Namun, disisi lain dia pun merasa ingin juga merasa mie itu masuk ke mulutnya dan mengisi lambungnya, sampai-sampai mulutnya berliur di saat yang bersamaan. Siapa yang bisa tahan bau indomi? Ayolah, Ennik ini biar pun bule tapi jiwanya tetep saja seperti orang Indonesia normal kebanyakan.

"Mau?" tawar Selina sengaja mendekatkan mangkok besarnya pada Ennik.

"Gue ada pemotretan jam 4 nanti." tolak Ennik susah payah.

Jarak antara hari saat bercengkrama dengan Ennik dengan menikah sangatlah cepat bagi Selina. Menandakan betapa ia tidak ingin bersama pria muda yang Ennik gadang-gadang sebagai paket komplit itu duduk lalu mengikrarkan akad.

Bagaimana reaksi James?

Tentu saja marah. Tapi, James pun tak dapat membantu masalah keluarganya maka dari itu dia memilih menerima dan menunggu jandanya. Yang terakhir itu 99% serius.

Perihal Jovian... Selina tentu tidak asing dengan pria bertubuh semampai ini. Benar seperti yang Ennik katakan lagi, wajah Jovian mirip pahatan dewa dalam mitologi Yunani. Hidungnya bangir, matanya tajam bak elang. Tapi, he isn't Selina's type. James ga ada tandingan dihatinya.

Rasanya semua begitu cepat. Dua keluarga besar resmi bersatu. Jovian dan Selina terikat dalam buku hijau cokelat dan selembar kartu keluarga.

"Dilarang keras untuk mencapuri urusan satu sama lain."

Begitulah prinsip yang mereka pegang selama ini. Jovian sibuk dengan pekerjaannya. Begitu pula dengan Selina yang kian sibuk di dunia modeling sebab namanya dan popularitasnya meroket berkat pernikahannya. Baiklah, anggap saja panjat sosial yang begitu estetik ini merupakan bayaran dari terenggutnya kebebasanya. Bayaran yang tidak sebanding.

Me vs. Mr. HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang