Sewaktu bendera perang masih berkibar, Jovian jarang sekali menyambangi rumahnya untuk melepas penat atau menjadi rumah itu sebagai tempat untuknya pulang seperti orang kebanyakan. Biasanya ia hanya menyempatkan diri ke rumah untuk sekadar mengecek keadaan ketiga majikannya, kemudian setelah itu pergi kembali ke kantor dan beristirahat di sana. Dapat dikatakan Jovian nyaris gak pernah tidur seranjang dengan Selina selama sebulan pertama pernikahannya. Dan Selina pun sebenarnya sibuk dengan kegiatannya sendiri. Pada dasarnya Bi Sumi lah penghuni tetap rumah mereka.
Ide berdamai dan bahkan berbaikan dalam waktu dekat ini sebenarnya belum pernah terlintas dalam pikiran mereka, malah tidak pernah sedikit pun. Namun seiring berjalannya waktu yang membawa mereka kepada garis takdir di luar kendalinya, membuat mereka menyerah dan memilih untuk bersekutu. Meskipun dalam hati mereka tetap saja belum bisa menerima status sebatas di atas kertas ini, tapi setidaknya sekarang ini mereka legowo untuk menerima kenyataan yang ada dan mengikuti arus hidupnya. Mencoba ikhlas ternyata tak sesulit itu apabila terbiasa.
Pada dasarnya ketika berada di situasi dan mengalami hal yang serupa, secara naluri manusia akan lebih berempati satu sama lain, dan saat ini mereka berada di situasi yang sama, sakit oleh orang yang sama pula. Sama-sama sedang dalam proses menerima pahitnya realita, dan berjuang untuk move on. Saling memahami tanpa banyak penjelasan.
Perlahan sisi-sisi tersembunyi seorang Yovenya Selina Sanjaya nampak satu persatu. Tidak hanya wanita itu saja, Jovian pun demikian. Serumah dengan sahabat saja pasti terkejut dengan beberapa hal yang tidak ditampakan selama ini, apalagi dengan orang belum mengenal betul satu sama lain. Yang Jovian tahu Selina itu keras kepala, tukang cari muka, banyak bicara, dan selalu bertingkah bahwa dunia ini miliknya. Namun setelah malam-malam yang mereka lewati bersama, Jovian tidak menyangka bahwa seorang seperti Selina yang tenang dan seenaknya itu ternyata sering sekali tidak dapat ketenangan dalam batinnya dan dalam alam bawah sadarnya selalu dihantui rasa cemas.
Tidak sekali dua kali Jovian mendapatinya menangis walau dalam keadaan mata masih terpejam erat. Atau mengigo perihal mamanya. Dennis pernah bercerita bahwa semenjak Keluarga Sanjaya atau tepatnya papinya mengakui Selina sebagai putrinya secara terang-terangan, Selina butuh bantuan profesional untuk menstabilkan mentalnya. Bagusnya sekarang sudah lebih baik, dan akhir-akhir ini sedang dalam proses mengurangi penggunaan obat tidur.
"Ma, Selina boleh ikut? Selina pengen ikut mama aja."
Kelopak mata tunggalnya yang semula menyelimuti bola matanya kembali terbuka, melirik ke arah samping memperhatikan fitur wajah yang tenang dengan napas teratur yang perlahan keningnya berubah mengerut, napasnya mulai sedikit tersengal. Peluh mulai terlihat pada beberapa titik di permukaan kulitnya.
Jovian mengubah posisinya kini saling menghadap dengan Selina yang masih tertidur. Tangan besarnya terangkat. Perasaan ragu menyapanya saat ia berniat untuk menyentuh lengannya, berharap itu bisa menenangkannya. Namun perlahan jari-jarinya dapat mendarat pada lengan yang telanjang.
Well, usaha Jovian tidak seburuk itu, memang tidak membuatnya tenang, namun setidaknya ia membangunkannya dari mimpi buruk. Selina seketika membuka matanya yang memerah, memandang Jovian dengan bingung.
"Kenapa?" tanya Selina yang kini membuat Jovian ikut bingung.
"Lo gak apa-apa?" Iris gelap itu memandang sembarang sebelum akhirnya mengangguk pelan.
Jovian kembali pada posisi sebelumnya memunggungi cewek yang kini di belakangnya, mencoba melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda. Sedangkan Selina terbengong saat ingatan mimpinya tiba-tiba terbesit.
Mimpi yang tak bisa ia identifikasi buruk atau baik, memimpikan mamanya selalu membuatnya tak tenang, namun rasanya senang karena bertemu mama sekaligus sedih karena mama harus berulang kali meninggalkannya. Sekalipun dalam mimpinya, mama pasti berakhir meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs. Mr. Hubby
Fanfiction"pokoknya gue gak boleh kalah dari Jovian!" bahasa, semibaku. ⚠️🔞