O 7 .

745 121 12
                                    

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama selama karirnya, Selina benar-benar bad mood dengan pekerjaannya. Selina memang tipe yang moody-an, tapi walaupun sedang dalam hormon yang tidak stabil pun, Selina dapat meng-handle hal itu sebagai orang yang profesional.

Betul memang perihal Selina yang senang membicarakan dirinya sendiri terutama tentang achievement yang susah payah ia dapatkan, tapi tidak dengan ranah keluarga karena itu sangat amat privasi menurut Selina, cukup pernikahannya saja yang sebagai konsumsi publik.

Damn!

Kenapa sih talk show lokal hobi banget ngusik privasi orang?!

Tentu saja mood Selina ancur begitu aja. Yah, mungkin orang-orang gak begitu heran dan menganggap apa pencapaian yang Selina raih bukan sesuatu yang hot untuk dijadikan berita atau bahan perbincangan hanya karena background keluarganya terkenal tajir melintir. Padahal ia pun berusaha dengan keras menjadi terkenal sebagai wanita cantik, mandiri, dan terpelajar.

"Sel,"

"Apa?!" ketus Selina pada Dennis yang langsung kicep liat Selina bad mood.

"Laki lo nunggu di bawah." Karena takut disemprot lagi, maka Dennis menunjukan chat dari seseorang.

Setelah membaca itu Selina mengangguk pelan, ia mengambil tas yang sudah Dennis bereskan-dengan inisiatifnya sendiri. Kemudian segera turun ke basement untuk menemuinya.

Mood ancur Selina rasanya agak membaik begitu melihat sesosok gagah dengan hoodie hijau toska kesayangannya yang membuatnya tampak lebih muda beserta kaca mata dan masker sedang duduk di mobilnya.

James Hardinata beserta kejutannya. Biasalah.

Hari ini tampaknya Dewi Fortuna sedang dipihaknya. Apakah Dewi Fortuna disogok oleh Selina? Enggak dong. Yah... lagi pengen aja Si Dewinya di sisi Selina sejenak.

"Hei, you okay?" tanya James begitu melihat wajah Selina yang merengut kesal, kupingnya bahkan memerah saat memasuki mobilnya.

Tanpa menunggu jawabannya, segera ia merengkuh tubuh yang lebih mungil darinya itu sejenak.

Hanya terhitung jari Selina menangis—di depan orang, James nyaris tidak pernah melihat Selina menangis. Kadang James khawatir melihat Selina yang sulit meekspresikan rasa sakitnya.

James menatap gadis di sampingnya setelah membuka atribut penyamarannya. Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil James yang masih terparkir di basement.

"Cerita." bujuk James dengan atensi terfokus pada ceweknya yang masih diam memandangi Selina yang masih belum ingin cerita.

Helaan napas terdengar, akhirnya ia memilih melajukan mobilnya meninggalkan gedung salah satu stasiun tv swasta di Indonesia.

Biasanya Selina akan karaoke kecil bila diperjalanan. Dia hapal banyak lagu, James suka mendengarkannya. Menurutnya Selina ini memang terlahir berbakat sebagai artist. Memang Bapak Apriliano Jovian Soedjono saja yang enggan mengakui.

Tapi kali ini hanya suara lagu Honne berjudul Location Unknown dan senandung dari bibir cowok itu menguar di penjuru mobil mengisi kesunyian. James jadi penasaran apa penyebab mood pacarnya bisa sehancur itu sampai-sampai hanya diam begitu mendengar lagu kesukaan gadis itu.

Sampai akhirnya mereka berhenti di parkiran basement lagi. James mengenakan atributnya kembali. Selain Selina, James juga takut kena jepretan hengpon jadul.

Selina menurut begitu James membukakan pintu mobil di sisinya, ia keluar dari sana dan berjalan dengan tangan yang digenggam erat.

Penthouse mewah milik James adalah seaman-amanya sebuah tempat. Termasuk saat perjalanan dengan lift pribadi yang langsung membawanya menuju tempat tinggal cowok itu.

Me vs. Mr. HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang