O 2 .

1.2K 164 15
                                    

"Kenapa?"

Mobil hitam itu berhenti di pinggir jalan. Selina memandang Jovian yang hanya diam saja membuka seatbelt-nya dan keluar tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Sepanjang perjalanan raut wajah Jovian lebih dingin dari biasanya. Emm... sebenernya Selina ga begitu hapal raut wajah suaminya itu walau sudah berjalan lebih dari sebulan lamanya tinggal bersama. Entahlah, mungkin karena keduanya sibuk, sibuk menyibukan diri tepatnya. Lagipula Jovian tidak begitu penting bagi Selina.

Karena lama, Selina akhirnya turun dan mendekat ke arah Jovian yang sedang berjongkok. Ponsel Jovian berdering tapi ia acuhkan. Setelah ponsel Jeno berhenti, kini gantian ponselnya yang berdering.

Mama Is Calling....

"Halo?" Jeno mengalihkan wajahnya beberapa saat begitu mendengar suara Siyeon yang dekat dengannya.

"Ini ada kecelakaan kecil. Oh, engga kok! Ini nabrak kucing. Iya, lagi ngubur sebentar. Oke, Mam."

Perkataan Selina tidak sepenuhnya salah. Jovian memang sedang menguburkan kucing, tapi kucing korban tabrak lari pengendara lain dan bukan Jovian yang menabrak. Selina memutar bola matanya jengah saat Jovian mengangkat kedua tangannya dan berdoa.

"Nenek nungguin." kata Selina lalu kembali ke mobil.

Jovian membuang sarung tangan kotor itu. Lalu cuci tangan dengan air minum botol dan sabun. Terakhir adalah handsanitizer agar lebih higienis.

Perjalanan menuju kediaman keluarganya Jovian berlanjut tanpa hambatan. Setelah mobil itu sampai di area parkir mereka melepas sabuk pengamannya kemudian keluar. Selina mencekal tangan Jovian yang hendak keluar. Pria itu menatap Selina tidak suka.

"Bukain pintu buat gue. Romantis dikit kek, lo ga mau kan nenek jantungan lagi?"

Jovian keluar dari mobilnya. Meski dia tidak berkata setuju, namun Selina anggap begitu ketika Jovian membukakan pintu bahkan menaruh tangannya di atas guna melindungi ubun-ubunnya.

Tangan pria itu Selina peluk. Kepalanya bahkan bersandar pada lengannya Jovian sepanjang jalan menuju rumah.

Seperti yang sudah diprediksi, nenek menyambut cucu-cucunya dengan hangat, memeluk dan mengecup pipi-pipi mereka. Betapa risihnya Jovian saat ini, Selina jadi ingin tertawa. Boleh gak sih tapi?

Well, makan malam kali ini jumlah antara yang makan dengan pelayannya lebih banyak pelayannya. Seperti biasa, Papa Jovian selalu absen karena perjalanan bisnisnya. Hanya Mama, Nenek, Kakek, Jovian dan Selina. Wanita yang tak menghentikan senyumnya itu menikmati hidangan dan jamuan keluarga mertunya.

"Nenek baru aja beli majalah, kamu cantik sekali. Vanny emang ga salah memilih mantu." puji Nenek tersenyum senang.

"Terimakasih, Nenek."

Jovian menatap Mamanya yang tersenyum senang. Sudah lama keluarganya tidak sehangat ini. Kalo boleh jujur Jovian rasa semenjak kedatangan Selina, rumahnya lebih hangat dari biasanya. Mungkin karena pembawaannya yang supel dan pandai cari muka. Jovian akui Selina, ga sepenuhnya parasit tapi kalau dibilang mengganggunya sudah pasti jelas sangat.

Potongan sirloin terakhir masuk ke dalam mulutnya lalu tersenyum ketika telah menandaskan makan malamnya. Nenek kembali memujinya dan berkata bahwa Selina ternyata tidak takut makan malam dan tetap cantik.

Dasar muka dua! Jovian masih mengontrol mukanya dan tersenyum.

Nenek tidak tahu saja Jovian selalu sarapan dengan menonton Selina di atas matras seraya work out.

Apakah kamu memerhatikannya, Jovian?

Setelah makanan habis Nenek dan Kakek langsung pamit ke kamar, karena sudah tua tentu saja mereka lebih rentan lelah. Tersisa Mama, Selina dan Jovian.

Me vs. Mr. HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang