1 1 .

940 142 17
                                    

Matahari yang cerah pada pagi ini seakan mewakili suasana dua insan yang sedang membelah kemacetan. Seperti yang pernah Dennis katakan bahwa efek keputusan James Hardinata itu luar biasa, salah satunya membikin kedua orang ini—bisa dibilang—jadi tidak musuhan.

Pagi ini Jovian membiarkan Selina mendengar lagu yang setidaknya ia ketahui, sehingga wanita itu bersenandung sepanjang perjalanan. Sambil karaoke dadakan, Selina scroll twitter seperti biasanya. Sejauh ini belum ada berita tentang James yang bertemu dengan perempuan atau berita tentang pernikahan James.

Selina tertawa remeh, dia lupa kalo James Hardinata jagonya main rapi, termasuk backstreet dengannya selama beberapa bulan ini. James itu benci berbohong, tapi sangat pintar menutupi. Walaupun mereka keliatannya baik-baik aja, tapi mereka tetap memiliki masalah, dan masalah mereka biasanya serupa, tentang James yang menutupi sesuatu, tapi sepertinya James lupa kalau Selina kepo akan sesuatu jiwa-jiwa FBI-nya akan muncul seperti perempuan umumnya.

"By the way, lo ada perlu apa ke kampus?" tanya Selina basa-basi.

"Ngisi seminar." kata Jovian pelan. Selina ngangguk-ngangguk pelan, ia melipat tangannya di dada. Jadi inget dulu Dennis suka banget pergi ke seminar yang non-bayar, katanya sambil menyelam minum air, dapet makan bonus dapet ilmu.

Well, Selina dulu pernah mengisi seminar di suatu kampus, tapi sekarang sih... ah tidak. Dia lebih baik memberi motivasi kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkan masukannya.

"Tentang apa? Bisnis?" Kali ini gantian Jovian yang ngangguk.

"Iya, tentang gimana gue bangun bisnis gitu."

Selina ketawa kecil denger itu. "Siap-siap aja," ucap wanita itu menggantungkan kata-katanya.

"Siap-siap apa?"

"Materinya."

Jovian mengagguk lagi. Yah, ini pertama kalinya Jovian mengisi seminar. Bahan materi sudah ia siapkan sejak hari-hari lalu dan seharusnya tadi malam Jovian membaca kembali materinya, eh malah olahraga. Agak deg-degan sih, tapi Jovian percaya dengan kemampuan improvisasi.

Mobil hitam tersebut berhenti di depan cafe tempat Selina bertemu client.

"Makasih ya, Jo."

Selina berbalik memasuki cafè tersebut, ia melihat seorang laki-laki sedang menikmati secangkir kopi seraya memainkan ponselnya. Suasananya sangat sepi, Selina tebak bahwa cowok itu sudah mem-booking-nya.

"Apa?" sapa Selina ketus kemudian duduk. Cowok di dapan ini menelengkan kepalanya.

"Yaelah, santai lah buk. Sini duduk dulu." Selina mendengus pelan kemudian duduk.

"Kabar lo gimana?" Sammy menyodorkan sebuah minuman susu stroberi kesukaan cewek dihadapannya ini.

"Keliatannya gimana?" Selina malah mengambil cangkir kopi yang sebelumnya disediakan untuk Dennis.

"Jadi... lo mulai suka kopi?"

"10 menit lagi gue ada jadwal by the way." Selina menengok jamnya. Sammy hanya tersenyum.

"Lo tau Jescrys?" Dahi Selina mengerut, kemudian mengangguk. Salah satu brand lokal yang pasarnya nyaris mirip seperti brand high end luar negeri. Meskipun buatan lokal namun penikmatnya tak hanya warga domestik, barangnya bahkan lebih sering diekspor untuk pasar luar.

Me vs. Mr. HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang