2 0 .

700 93 18
                                    

Orang-orang terdekat Selina sering mengatainya narsis hanya karena ia senang menghabiskan waktu nyaris setengah jam hanya untuk berdiri di depan cermin dan terpesona oleh sosok bayangannya itu. Selina tidak terima, karena yang ia lakukan adalah bagian dari rasa syukurnya pada Tuhan karena telah menciptakan dirinya seindah ini.

Meski begitu, Selina tahu diri kok dengan kebiasaannya ini, ia biasanya akan bersiap-siap paling lambat dua jam sebelum berangkat, sehingga ia bisa menikmati saat-saat memperindah dirinya itu. Mengambil beberapa swafoto atau foto OOTD yang memperlihatkan outfit-nya hari ini. Hanya untuk disimpan sendiri. Biasanya kalau ia ingin mengunggahnya ke sosial media, Selina memperhatikan beberapa aspek, seperti mengingat ia sedang menjadi brand ambasador apa, dan bila ia sedang dikontrak maka ia akan lebih berhati-hati.

Kegiatan menikmati kecantikan diri itu sayangnya harus berakhir saat ponsel digenggamannya itu bergetar kencang. Sebuah panggilan masuk penyebabnya. Selina berdecih pelan lalu menggeser tombol hijau.

"Kenap—"

"Lo di rumah kan? Gue kesana."

"HAH?" Selina tentu saja terkejut dengan sapaan khas Denis yang anti basa-basi. Ngomong 'halo' doang aja kayaknya berat di mulut Dennis.

"Gue udah depan komplek ini. Dah ya." Kemudian sambungan ditutup begitu saja.

Selina menatap layarnya yang menunjukan riwayat panggilan dengan pandangan kesal.

Sepertinya ia harus meminta agensi untuk mengganti manajer. Adabnya minus sekali memang Dennis ini. Selina sedikit menyesali mengisi kuesioner kualitas bekerja Dennis yang ia beri nilai bagus bulan lalu.

Baru saja Selina akan menggunakan hand krim, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dan terpampang lah wajah yang sedari tadi ia sumpah serapahi sedang nyengir di ambang pintu.

"Kabar gembira untuk kita semua, Selina dapat tawaran casting series web drama." Bola mata Selina berputar begitu Dennis bersenandung seraya memasuki kamar.

"Gue mau bulan madu! Lo lupa?!"

Dennis tersenyum aneh, kemudian ia duduk di sisi ranjang seraya melihat Selina melanjutkan kegiatan bersoleknya.

"Casting doang, mulainya pas lu selesai cuti." Tatapan tajam sepertinya sudah tak mempan untuk Dennis.

"Lagian kan cuti lo belum mulai."

Emang anak babi yang namanya Dennis Jordan ini.

"Gak bisa. Pokoknya jadwal gue sekarang cuman sama Jescrys."

"Lo bukan peran utama, tapi mereka kayak kekeh pengen lo jadi main peran ini." Dennis menaruh naskah tersebut di nakas samping meja rias lalu menepuk pundak Selina pelan.

"Pikirin baik-baik. Kalo lu setuju, hubungin gue."

"Minggu depan casting-nya."

Dennis pergi tanpa pamit dari sana meninggalkan Selina yang mood-nya terhempaskan begitu saja. Padahal Selina tadi pagi bangun dengan mood yang baik karena ia berhasil tidur cukup dengan nyenyak.

Beberapa saat setelah kepulangan makhluk tak diundang, ponsel Selina kembali berdering. Syukurnya bukan dari makhluk tadi. Selina tersenyum dan segera mengangkatnya.

"Halo. Iya, Selina sudah siap kok! Ini Selina ke depan ya."

Selina beranjak memakai heels-nya yang membuat penampilannya terlihat semi formal sekaligus elegan dalam waktu bersamaan. Tak lupa tas yang sudah ia siapkan berisi sedikit kebutuhannya ia sambar.

Senyumnya merekah tatkala sesosok wanita tua tengah duduk di ruang tamu sembari sesekali mengusir Nala yang tampak penasaran dengan orang asing di rumah ini.

Me vs. Mr. HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang