1 7 .

622 103 29
                                    

Badai melanda selama kurang lebih tiga jam sampai akhirnya berhenti menjelang senja. Walau gerimis masih saja tak hentinya turun, keduanya tetap memutuskan untuk pulang begitu tanda-tanda badai tampaknya sudah berakhir di hari itu. Dan mereka tiba di rumah sekitar pukul delapan malam.

Selina orang yang pertama kali turun dari mobil, ia bahkan mempercepat langkahnya masuk ke dalam rumah. Langkah Selina yang hendak menuju kamar sebelah terhenti begitu mendapati sesosok wanita cantik sedang membereskan tasnya di ruang keluarga.

"Hai, Celine, ya?"

Senyum Selina menguar membalas senyum. "Halo, Lucy. Terima kasih ya udah bersedia direpotin."

"Santai aja. Merreka kucing gue juga, Cel. Gue yang makasih karena udah hubungin gue."

"Oh iya, gimana keadaannya?"

"Gue jelesin di dalem ya, kali aja lu mau nengokin mereka."

Alasan lain mengapa Jovian bisa santai tetap berada di sisinya sampai acara selesai adalah karena Lucy. Jovian langsung meminta bantuan cewek itu segera datang ke rumahnya untuk mengecek keadaan Sola beserta anak-anaknya. Mendatangkan seorang profesional tentu membuatnya merasa lebih tenang.

"Sesuai prediksi, anaknya ada empat. Semuanya sehat, tapi namanya juga bayi kucing, rentan sakit." jelas Lucy berada di belakang Selina yang tengah berjongkok melihat bayi-bayi kucing tersebut berada di tempat hangat sedang menyusu kepada induknya.

"Jadi harus hati-hati." tambah Lucy kemudian tubuhnya berbalik saat telinganya menangkap derap langkah yang mendekat padanya. Itu Jovian, datang dengan pakaian lebih santai dan handuk di bahunya.

"Eh, gue pamit ya." katanya seraya menatap jam tangannya dan menemukan malam kian larut.

"Anterin, Jo." titah Selina kemudian menepuk pundaknya tegapnya yang sedikit lembab. Jovian mengangguk, ia kembali berjalan menuju kamarnya untuk bersiap.

"Duh, gak usah repot-repot, gue bawa mobil sendiri kok."

"Tapi, ini udah malem, Cy." Jovian meyakinkannya agar menerima tawaran tersebut.

"Gue biasa pulang malem. Lagian kalian pasti capek abis pergi jauh."

Selina kembali memberikan banyak penawaran seperti, makan malam bersama, diantar Mang Ujang hingga menginap karena merasa tak enak dengan apa yang Lucy lakukan. Lucy pasti sibuk dengan urusan pribadinya, dan menyempatkan waktunya untuk mengurus Sola merupakan suatu kehormatan tersendiri bagi keduanya, apalagi Lucy menunggu hingga mereka pulang. Segala tawaran tersebut tetap saja tidak melunturkan tekad Lucy untuk pulang sendirian dengan alasan harus pergi ke lab.

Karena terlihat buru-buru akhirnya Selina membiarkan Lucy pamit dari rumahnya seorang diri sesuai keinginannya. Setelah mengantar Lucy sampai pintu depan, Selina memilih untuk membersihkan tubuhnya. Sedangkan Jovian kembali pada kamar para majikan, memandangi Sola dan keempat anaknya yang sudah tertidur. Ia mencoba setenang mungkin agar tidak mengganggu istirahat mereka.

Jovian masih tak percaya jika majikannya bertambah. Tak percaya karena ia mengira Sola sudah disteril, ternyata belum. Mungkin ia harus membuat janji dengan Lucy untuk menyeterilkan Sola sebelum membuat rumahnya menjadi perternakan kucing. Tidak, itu terdengar sangat buruk.

Hal lain yang tak Jovian percaya adalah, dari empat kucing yang lahir, hanya satu yang memiliki corak kaliko, corak seperti yang Sola miliki. Sisanya kucing berwarna hitam dengan corak putih. Yang artinya Sola memang benar kawin dengan kucing liar komplek ini. Jovian ingin marah rasanya, bisa-bisanya Sola kawin sembarangan. Mana kawin sama preman komplek sini pula. Jovian ingin marah karena perkawainan tidak terpuji itu tidak hanya menimpa Sola, namun juga pada Nala. Sering bahkan. Kalau Bongbong mungkin sudah terlalu tua. Apakah ini karma karena Jovian pernah memaki kucing preman komplek tersebut dengan kucing garong? Dan lihat, sekarang anak kucing garong tersebut jadi majikannya. Benar-benar!

Me vs. Mr. HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang