Senyuman dan wajah dingin yang dipertahankan sejak acara berlangsung kini tiba-tiba berubah lesu dan malas saat memasuki mobilnya. Jovian benar-benar kehabisan energinya malam ini, ia bahkan meminta Mang Ujang untuk menjemput mereka karena Jeno sedang malas menyetir. Sama halnya dengan Selina yang mulai kehabisan tenaga untuk pura-pura di depan banyak orang.
Selina menoleh menatap Jovian yang duduk bersandar menatap pada kaca di sebelah kirinya-menatap jalanan tepatnya, wajahnya dapat terlihat oleh Selina lewat pantulan kaca.
Acaranya berlangsung dengan baik. Semuanya tampak berjalan seperti seharusnya, selesai tengah malam sesuai rundown yang tertulis dan tanpa ada masalah besar. Seperti masalah MC yang biasa mengisi acara harus dilarikan ke rumah sakit karena overdosis, dan tindakan tidak profesional tersebut membuat mereka tidak memiliki pilihan lain selain digantikan oleh MC paling tersedia dan mempumpuni.
Rediansya Dharmawangsa. Si Tampan yang benar-benar cantik. Memiliki proposi memenuhi standar wanita asia, kurus, ramping dan tinggi. Hidunganya mancung, matanya tidak sipit dan giginya memiliki gingsul sehingga membuatnya tampak manis.
Sayang sekali mereka belum sempat bertemu langsung dengan Redian untuk sekadar mengucapkan terima kasih karena sudah membantu.
Kali ini gantian Jovian yang menatap wajah Selina yang memandang ke depan lewat pantulan kaca gelap di sampingnya. Wajahnya tampak sama lelahnya seperti dirinya.
"Gue boleh minta kado dari lo?" pertanyaan membuat Selina langsung menoleh ke arah kiri, memandang wajah yang terlihat samar. Pertanyaan yang cukup aneh dipendengarannya, tapi Selina mengangguk.
"Boleh. Lo mau apa?" Selina tak lupa tersenyum untuk meyakinkan Jovian.
Mungkin tidak ada salahnya kali ini ia menuruti permintaan Jovian, karena selama ini Jovian nyaris tidak pernah meminta permintaan. Bahkan dibandingkan dirinya, Jovian tidak banyak menuntut.
"Apapun?" Sebelah alis Selina terangkat sejenak, ia mencium sesuatu yang mencurigakan.
"Apapun, selama tidak melanggar hukum." Jovian tertawa mendengarnya. Entah di mana letak lucunya.
Jovian berbisik pada Mang Ujang yang kemudian membuat pria setengah abad itu langsung memutar balik arah lajunya.
Bohong kalau Selena tidak berpikir negatif, namun tampaknya tidak ada sesuatu buruk yang terjadi, intuisinya berkata begitu karena Mang Ujang tersenyum cerah setelah mendengar arahan dari tuannya.
"Tidur aja dulu, masih lama nyampenya." kata Jeno demikian. Ia kemudian mengetikan sesuatu di ponselnya sebelum akhirnya kembali menaruhnya disaku.
Selena membenarkan posisinya bersandar pada jok mobil dan memejamkan matanya. Lucunya kali ini tak berselang lama Selina benar-benar pergi ke alam mimpi. Jovian tahu hanya dengan mendengar dengkuran halusnya yang teratur, dan bibirnya yang sedikit terbuka.
Mata Jovian menatapnya sejenak sebelum akhirnya jas yang dikenakannya ia lepas untuk menutupi dada dan bahu Selina yang terbuka. Selina masih mengenakan gaunnya.
Perjalanan memakan waktu sekitar tiga jam sebelum akhirnya sampai di pelataran gedung tinggi, mobilnya terparkir di samping mobil sedannya dengan seseorang yang menunggunya di kap mobil seraya merokok.
"Anjing ya lu," sapanya begitu matanya menangkap Jovian yang tersenyum miring keluar dari mobilnya.
"Kok nyampenya cepet amat? Kebelet?" tanya Jovian sakartik kemudian menerima kunci mobilnya dan tas berisi pakaian dan perlengkapan di bawa oleh asistennya.
"Pake nanya."
"Entar gue tambahin duid nyebat."
"Haruslah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs. Mr. Hubby
Fanfiction"pokoknya gue gak boleh kalah dari Jovian!" bahasa, semibaku. ⚠️🔞