1 6 .

594 101 20
                                    

"Mau kemana?"

Pagi ini Jovian disambut dengan Selina yang tengah duduk di meja riasnya sedang sibuk memoles wajahnya dengan berbagai produk make up. Tubuhnya sudah berlapiskan dengan dress panjang sebetis dan berlapis kardigan. Jovian mengerutkan dahinya pelan.

"Mau anter gue gak?" Di tengah-tengah Jovian mengumpulkan nyawanya sembari menggeliat, sebelah alisnya terangkat.

"Jauh?" Selina berpikir sejenak, disimpannya lipstick yang baru saja ia kenakan kemudian berbalik menatap cowok yang kini sedang duduk bersandar.

"Lumayan. Gimana? Kalo mau anter, bakal gue tunggu."

Anggukan Jovian membikin lengkuangan senyuman tercetak pada fitur indah wanita itu, sembari menenteng tasnya ia berjalan keluar kamarnya. Setaunya Jovian tipe yang bisa siap dalam waktu cepat.

Sebagai orangtua yang bertanggung jawab, Selina tentu mengampiri kamar di mana para anak-anaknya tidur. Menyibakan gordein dan membuka jendela adalah hal yang wajib! Setidaknya meminimalisir bau dan trio gembrot ini memang paling senang berjemur kerjaannya tiap pagi kalo gak di teras ya di depan jendela kamarnya. Para babunya kalah bangun pagi sama majikan.

Selina mengecek keadaan Sola yang kehamilannya kian dekat dengan hari prediksi lahir, keadaan Sola tampaknya baik. Si Nenek Bongbong pun terlihat sehat juga, walau agak kesulitan makan. Kalau Nala sih aktif seperti biasanya.

Bi Sumi bilang kalau semua majikan sudah sarapan, jadi Selina kemari hanya menengoknya saja dan sekedar mengelus-elus mereka, walau omelan tetap saja tak terlewatkan.

"Mbah, kamu kan paling tua jadi jagain Sola kalo ada apa-apa bilang sama Bi Sumi. Kamu juga Nala, jangan nakal ke Sola." pesannya sebelum ia beranjak dan mereka menanggapinya dengan,

"Meong."

Tentu saja.

Setelah menyapa para majikan-majikan gembrotnya, Selina pergi ke ruang makan di mana Jovian sudah duduk di sana tengah menyantap nasi goreng buatan Bi Sumi. Melihat itu Selina jadi ingat kalau ia perlu sarapan, ia hanya sarapan dengan dua lembar roti gandum selai kacang dan satu butir telur rebus. Kenyangnya melebihi makan nasi goreng.

Hari ini Jovian tampak berbeda dari biasanya, ia mengenakan kaos dan celana denim, rambutnya yang biasa rapi kini dibiarkan begitu saja. Wajahnya masih sedikit terlihat mengantuk, di lihat dari minuman yang diminum pun menunjukan bahwa Jovian pagi ini benar-benar effort mengantarnya.

Sembari menunggu Jovian ngapi, Selina dibantu Bi Sumi dan Mang Ujang yang tengah memanasi mobil membawa beberapa boks besar lalu di tempatkan dibagasi dan sebagiannya di tempatkan di kursi penumpang karena banyak.

"Neng, ini jadi pergi sama saya atau sama Bapak?" tanya Pak Ujang begitu melihat Jovian tampaknya sudah ikut bersiap.

"Sama saya, Mang." sahut Jovian baru saja keluar dari pintu dengan boks terakhir.

Baik Mang Ujang dan Bi Sumi sama tersenyum cerah mendengar itu, Selina melihatnya bingung, tapi akhirnya ia maklum, kalau Selina berada di posisi mereka pasti seneng lihat majikannya akur.

"Mang, Bi, Neng pergi ya." pamit Selina menaiki kursi penumpang mobilnya yang jarang sekali dipakai itu. Kemudian tak lama Jovian menyusul di kursi kemudi.

"Sesuai map ya, Jo."

Mobil merah tersebut perlahan menjauhi pekarangan rumahnya. Meninggalkan kedua orang tua yang menatap kepergian dua majikan tersebut dengan senyum senang.

Situasi dalam mobil tidak seperti saat tempo hari untuk memenuhi undangan. Kali ini situasi aman terkendali, mood keduanya tidak buruk, tidak ada perdebatan, namun tidak juga dengan percakapan. Selina asik menikmati perjalanannya, memandangi pemandangan sekitarnya ditemani alunan tembang lagu Just The Two Of Us yang dinyanyikan oleh Bill Withers. Di sampingnya Jovian hanya diam mengendarai mengikuti arah peta, tak banyak berbicara seperti biasanya.

Me vs. Mr. HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang