MBS 16

3.9K 404 47
                                    

Happy Reading




Setelah sampai di Rumah Duka, Taeyang segera pergi lagi untuk menjemput Lisa dan anak-anaknya.

Sandara dan Jennie sudah berganti pakaian dengan pakaian serba hitam yang di sediakan di sana lengkap dengan tali putih melilit lengan nya sebagai tanda keluarga yang ditinggalkan. Sandara juga memakai nya karena Jiyong dan anak-anaknya sudah ia anggap sebagai keluarga sendiri.

Peti mati Jiyong sudah diletakkan di tengah-tengah ruangan lengkap dengan bunga dan Foto Jiyong di atasnya untuk upacara pemakaman selama 3 hari kedepan.

Jennie duduk dilantai sambil menekuk lututnya menatap foto Jiyong di depannya. Entah sudah berapa liter air mata yang ia keluarkan sejak siang hingga malam ini.

Tak lama setelah itu Taeyang kembali bersama Lisa dan anak-anaknya. Mereka juga sudah menganti pakaian dengan baju warna hitam lengkap dengan tali putih melilit lengan mereka.

"Kalian sudah sampai? Sudah makan belum?" tanya Sandara. Mereka hanya mengangguk.

Jisoo menghampiri Jennie yang duduk menekuk lutut di depan peti mati Jiyong. Ia memeluk Jendeukie nya dari belakang. Jisoo tidak akan berbicara apapun ia hanya ingin memeluk sahabatnya. Jennie menyenderkan kepalanya di lengan Jisoo sambil memejamkan matanya sebentar. Bulir-bulir air keluar dari kelopak mata nya, rasa sesak di dadanya tidak mau pergi dan membuatnya sangat tersiksa.

Lisa kebingungan 'tempat apa ini?' tanyanya dalam hati, Ia melihat sang kakak Menangis di pelukan Jisoo, kenapa kakak nya menangis apa yang terjadi. Dan dimana Ayahnya bukankah kakaknya pergi menjemput Ayahnya? Lisa terus menoleh kekanan dan ke kiri mencari keberadaan Ayahnya.

"Ayah dimana?" tanya Lisa kemudian . Semua orang yang ada di sana menatapnya iba. Kasihan sekali bocah itu, begitu pikir mereka.

Sandara segera menghampiri Lisa.
"Ayahmu ada disana sayang" tunjuk Sandara pada peti mati itu. Lisa melihat satu kotak panajng yang dihiasi oleh bunga dan foro sang Ayah di atasnya "Kotak panjang itu? Ayah ada di dalam situ?" tanya Lisa. Sandara mengangguk. "Kenapa Ayahku didalam sana?" tanyanya lagi.

"Lisa tau dimana Ibu Lisa berada sekarang?" Lisa mengangguk. "Ayah bilang ibu ada di tempat yang indah, tempat dimana orang-orang baik berada" jawab Lisa. Sandara tersenyum tangannya bergerak mengelus rambut kepala Lisa.

"Ayah Lisa sekarang sudah pergi ke tempat ibumu berada, di tempat yang catik itu" ujar Sandara.

"Ayah pergi??" Lisa mulai meronta dari dekapan Sandara. "Ayah tidak boleh pergi ke sana!!! Ayah tidak boleh meninggalkan Lisa hiks...... Lisa ingin Ayah!!!! Tante lepaskan Lisa, Lisa ingi ke ayah! Lisa ingin ikut hikss" Lisa menangis histeris dalam dekapan Sandara. Meronta-ronta ingin lepaskan.

"Tidak sayang, Lisa tidak boleh ikut, Lisa tidak bisa ikut dengan Ayah" Sandara mendekap tubuh mungil bocah itu sekuat tenaga. Lisa menangis memberontak sejadi-jadinya bahkan Lisa mencakar-cakar Sandara dengan tangan mungilnya.

Orang-orang yang sudah datang di ruangan itu merasa sedih melihat Lisa. Mereka semua tau jika Jiyong adalah orang tua satu-satunya Lisa dan Jennie. Dan sekarang ke dua gadis itu menjadi Yatim Piatu setelah ayah mereka meninggal.

Air mata Jennie kembali mengalir saat mendengar tangisan histeris adiknya. Jisoo masih memeluknya dengan erat. Chaeyoung pun ikut menangis di pelukan Papanya saat melihat sahabatnya menangis seperti itu. Jika Chaeyoung jadi Lisa mungkin ia akan seperti itu juga. Menangis dan meronta-ronta.

****

Di hari kedua upacara kematian Jiyong mulai banyak karanga-karangan bunga yang memenuhi rumah duka. Kenalan dan rekan-rekan kerja Jiyong pun ikut datang termasuk kakak kandung Jiyong bersama dengan istrinya.

My Beloved Sister (Jenlisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang