Genre: Crime, Romance
.
.
.Senyuman terpantri di bibir Anto saat mendapati keceriaan tercetak di wajah Demia, dia begitu bersemangat karena perjalanan bisnis yang akan membawa mereka ke pulau Dewata. Dengan menaiki pesawat, waktu yang ditempuh tidak terlalu lama, bersantai sembari menyandarkan badan di kursi penumpang, akhirnya muda-mudi yang menjadi rekan bisnis itu pun mendarat dan siap menapakkan kaki di bandara Ngurah Rai, Bali.
"Ah, ini pertama kalinya aku datang ke Bali." Demia berkata, dia menatap sekeliling dan tidak terlalu peduli dengan keramaian wisatawan yang berhilir-mudik. Terlihat binar dari matanya, berharap perkejaan mereka akan lebih cepat selesai agar bisa bersegera pergi merileksasikan diri ke pantai.
"Demia, jangan sampai kita malah terpisah." Anto mendengkus menggodanya karena Demia terlalu bersemangat.
Namun, gadis itu hanya menampilkan cengir, dan mengajaknya untuk kembali melangkah dengan kaki jenjang berlapis celana jins ketat gelap. Demia masih asik memandangi, ia sesekali menyibakkan anak rambut ke belakang telinga dengan jari. Tas tangan yang ia pakai hari ini direngkuh, agak menutupi jaket blus cokelat muda yang kancingnya sengaja dibuka agar menampilkan kemeja putih yang ia kenakan.
"Apaan, sih, lihatin mulu?" tanya gadis itu, melotot main-main karena mendapati sang pria terbawa suasana karena menyaksikan semringah Demia sedari tadi.
"Gak, hanya kepikiran saja dari tadi senyum mulu. Takut ada yang salah sangka," ucap Anto, sembari menggerakkan satu jari untuk ditempelkan di dahi, menciptakan garis miring di sana.
Tahu maksud dari gerakan itu, bola mata Demia semakin melotot, dan sekarang ditambah dengan raut kekesalan karena dibilang gila oleh Anto.
"Kamu nyebelin, ih." Demia mendengkus kasar, kemudian membuang muka. Namun, ketika pria itu berkata maaf karena keterlaluan, ia pun akhirnya luluh juga.
Muda dan mudi yang sekarang bercengkerama dan sesekali melakukan obrolan serius tentang pekerjaan itu sama sekali tidak sadar, bahwa sedari tadi sesampainya di bandara sudah ada yang mengintai mereka. Dua orang misterius mengikuti agak jauh di belakang mereka berdua, salah satu memberikan kode kepada rekannya untuk mengabarkan melalui seluler, bahwa yang mereka incar sudah tiba di tempat ini.
***
Keluar dari pintu utama bandara, Damia membantu Anto mencarikan nomor kendaraan dari taksi online yang telah mereka pesan. Yang pertama kali menemukan adalah dirinya, dan mereka pun melangkah mendekati. Seorang pria berusia awal empat puluhan keluar dari pintu taksi, kemudian membantu mereka untuk memasukkan barang bawaan ke dalam bagasi.
Demia mengucapkan terima kasih, kemudian mendudukkan diri di sebelah kanan dan membuka jendela untuk melihat langsung jalanan kota Dewata yang begitu memesona. Tidak seperti di kota tempatnya bekerja, di sepanjang jalan yang ia lewati banyak orang-orang berpakaian tradisional ataupun turis berlalu-lalang, dan salah satu yang paling ia kagumi dari Bali adalah kebersihan lingkungan yang terjaga.
Menghirup napas dalam-lama, Demia merasakan udara asin yang samar-samar tercium dari laut. Mengingat hal ini saja rasanya benar-benar sangat tidak sabar untuk segera menyentuhkan kaki ke bibir pantai yang menyengarkan.
"Anto, setelah sampai ke hotel, aku ingin langsung pergi ke pantai sebentar." Demia berkata, mereka memang sering berbicara tidak terlalu formal jika hanya berdua saja. Mungkin karena hubungan pertemanan yang cukup dekat, mereka menjadi nyaman satu sama lain untuk tidak terlalu kaku ketika berkomunikasi.
"Sebaiknya beristirahat walau hanya sejenak, setelah itu baru kita pergi ke pantai sebentar." Anto menyandarkan tubuh, kemudian memejamkan mata untuk beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
WRITING COMMISSION - Terima Jasa Menulis
RandomOPEN bulan September (2/3)! Terima jasa menulis cerita dan juga berisi sebagian portofolio cerita yang telah dipesan. Mulai dari orific dan fanfic, naskah (webtoon, game, dll), keterangan lebih lanjut sila cek BAB Jasa menulis. Cover by zhaErza