4. Special Gift (Commission: Spikoe)

101 2 0
                                    

Special Gift

Author: zhaErza

Character & Commission: Spikoe

Genre Romantis

.

.

.

Cuaca hari ini sedang teramat cerah, walau begitu, sepertinya para mahasiswa dan mahasiswi yang menghuni ruangannya sedang tidak beruntung karena hari ini, secara sepihak tiba-tiba saja dosen mereka memberikan kertas ulangan yang harus dikumpulkan dalam jangka waktu satu jam dari sekarang. Tentu saja, mendadak suasa kelas menjadi hikmat, bersamaan dengan rasa tertekan karena mungkin dari mereka ada yang belum bisa mengingat pelajaran di akhir pekan lalu.

Desah napas terdengar, satu-satunya yang terlihat santai—tentu saja adalah dosen yang memberikan ulangan mendadak ini, kini tengah menatap jendela dengan sinar mentari nan hangat. Dia Alfons, kini tengah menyunggingkan senyuman, di kala figure sang istri terbayang di benaknya. Bertanya-tanya, gerangan apa yang sedang dilakukan wanita kesayangannya itu sekarang?

"Baiklah! Hitungan sepuluh, semua kertas harus telah berada di sisi kanan meja masing-masing." Alfons lalu menghitung, dan tepat ke angka terakhir, murid-muridnya pun berjalan ke luar kelas sambil mengucapkan terima kasih kepada Alfons.

Tugas keseharian di universitas hari ini telah usai, setelah membawa lembar ulangan ke ruangannya, ia hanya tinggal memikirkan satu hal lagi, yaitu untuk memberikan kejutan romantis kepada sang istri. Benaknya kembali bermain, betapa ia merindukan paras menawan tersebut.

Laki-laki itu melangkah, terkadang menyunggingkan bibir dan menganggukkan kepala untuk bertukar sapa, saat saling bersisihan dengan kenalan dosen atau bahkan anak didiknya. Di lingkungan universitas, Alfons dikenal ramah, tetapi tegas. Membuat banyak orang kagum akan sosoknya yang tampan dan juga bijaksana.

Pukul dua siang, Alfons menuju toko bunga langganannya. Di sana, ketika ia melangkah menuju ubin toko, seorang wanita berumur paruh baya lantas menyapa dengan senyuman lebar.

"Tuan Tunner, apa kabarmu? Silakan," ujar wanita itu sambil bertanya.

"Ah, saya sehat, Nyonya. Bagaimana dengan Anda? Ya, terima kasih."

"Tentu seperti yang kau lihat, Tuan. Biar kutebak, bunga untuk istrimu? Sungguh dia seorang wanita yang beruntung." Nyonya pemilik toko bunga tertawa santai, kemudian memangil salah satu karyawannya untuk mencatat apa saja yang dibutuhkan Alfons.

.

.

.

Nyaris pukul lima petang ketika ia tiba di rumah, Alfons memulai rencananya. Dengan bantuan dua karyawan toko bunga yang sengaja ia bawa untuk membantu, juga sebuah mini truck tertutup untuk mengangkut barang. Lelaki itu lantas mengisyaratkan agar kedua orang tersebut melakukan seperti apa yang ia jelaskan tadi sewaktu di toko.

Dirinya tertawa kecil, mungkin ini adalah salah satu hal gila, menurut orang yang nanti bisa saja melewati jalan atau pekarangan rumahnya dan menemukan Alfons tengah dikubur di dalam begitu banyak kelopak mawar merah dan sengaja ditimbun di depan pintu dengan tubuhnya.

"Ini sudah semua, Tuan Tunner."

"Ya, terima kasih atas bantuan kalian berdua." Namun, untungnya Alfons masih bisa berbicara, sebab bagaimanapun, kelopak mawar tidak akan membuatnya tertimbun seperti dikubur hidup-hidup dengan pasir.

"Ah, sekali lagi, tolong bantu aku menekan belnya beberapa kali."

"Tentu saja, Tuan."

Maka dari itu, setelah bel beberapa kali ditekan dengan tempo cepat. Suara seorang wanita lantas menginterupsi, membuat kedua karyawan bersegera pergi, meninggalkan Alfons sendiri dan menunggu dalam hening. Hal ini malah membuatnya gembira, sebab ia membayangkan bagaimana wajah terkejut sang istri nanti ketika melihat hadiah yang ia persiapkan.

WRITING COMMISSION - Terima Jasa MenulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang