16. Renhao-Liuye (Commission by Eliza Norra)

38 1 0
                                    

Renhao Liuye Fanfiction

Writing Commission: Eliza Norra

***

Matahari baru saja terbenam ketika seorang pria sampai di kediaman yang ia tempati, pelayan langsung datang dan membukakan pintu mobil, kemudian mempersilakan ia masuk karena telah ditunggu oleh tuan besar yang adalah ayahnya sendiri. Mengendurkan dasi bercorak garis-garis silang agar lebih rileks, kemudian embusan napas dikeluarkan perlahan sembari melangkah ke ruangan di mana pria paruh baya itu menunggunya.

Ucapan selamat datang silih berganti ketika ia menginjakkan kaki, pelayan memberikan hormat ketika bertemu dengannya, tetapi ia tetap melangkah karena tidak ingin membuat sang ayah menunggu lebih lama.

"Kau sudah datang, Renhao. Kemari dan duduklah." Pria paruh baya itu mempersilakan, duduk di sofa yang telah tersedia di ruang kerja. Memanggil pelayan, kemudian menyuruhnya untuk menuangkan secangkir teh kepada sang anak semata wayang.

"Terima kasih, Ayah. Iya, maaf membuat Ayah menunggu." Renhao berkata sembari mengambil secawan tembikar dan menyesap minuman berwarna kehijauan.

"Tak apa, walau terlihat sibuk, aku senang karena kau sudah menguasai apa yang aku ajarkan." Pria paruh baya itu merilekskan tubuh dengan menyandarkan punggung ke badan sofa, kemudian ia kembali berbicara, "Kau tahu, bukan? Kita telah memenangkan tender dan akan segera menandatangani kontrak. Tentu saja semua itu adalah keberuntungan untuk kita, tetapi pasti ada saja yang ingin menjatuhkan. Dan dua hari lalu aku mendapatkan ancaman. jika meneruskan kerjasama dengan pemerintah, kau akan dicelakai atau bahkan dibuat mati."

Alis tajam Renhao menekuk semakin dalam ketika mendengarkan omongan sang ayah. Dalam dunia bisnis, hal seperti ini acap kali terjadi, dan entah kenapa ia mulai memahami ke arah mana pembicaraan ayahnya sekarang.

"Jadi, maksud ayah?" pertanyaan lantas diucapkan Renhao.

"Ya, Renhao."

Sebuah map diletakkan di atas meja, Renhao yang melihat pun mengikuti intrupsi sang ayah untuk segera mengambil dan membacanya. Di dalam sana, tersaji profil beserta foto dari tim berisikan empat orang laki-laki. Alis pun berkerut, ia benar-benar tidak ingin ada seseorang atau bahkan tim yang menjadi bodyguard-nya. Menurut Renhao, semua itu sangat mengganggu privasi, alih-alih membuat ia aman dan tentram.

Baru membuka dua profil, Renhao menutupnya kembali sembari mendengkuskan napas cukup kuat, bertanda ia tidak setuju dengan semua ini. Meletakkan kembali map ke atas meja, ia lantas mengutarakan kepada sang ayah.

"Ayah tak perlu melakukan semua ini. Aku bisa menjaga diriku sendiri."

Embusan napas terdengar, ayahnya pun seperti sudah tahu perangai Renhao yang keras kepala, ia kembali menjelaskan bahwa tak ingin sesuatu yang tidak direncanakan menimpah sang putra. Walau Renhao bisa menjaga diri sendiri, ia hanya ingin bersiaga saja agar jangan sampai hal buruk terjadi.

"Kau harus memutuskan," ucap sang ayah dan berdiri, kemudian merapikan dasi dan jas.

"Aku menolaknya, Ayah."

"Pikirkan dahulu, ini demi keselamatanmu. Kuberi waktu satu hari."

Kembali mendengkus keras, Renhao mendecak, kemudian duduk terdiam setelah ditinggal ayahnya keluar ruangan. Ia menatap map cokelat gelap sekali lagi. Beberapa saat setelah terdiam, ia berdiri dan melangkah pergi, tidak memedulikan ucapan sang ayah dan memilih ke kamarnya untuk membersihkan diri terlebih dahulu.

Menidurkan tubuh di ranjang, ponselnya bergetar sekali menandakan ada pesan masuk, ia mengambil benda persegi itu dan lantas mengecek.

Alis Renhao mengerut, fail berisi profil keempat bodyguard itu otomatis masuk ke dalam kotak pesan. Agak menyebalkan, sekarang ia tahu dari siapa sifat keras kepala yang ia miliki. Dengan agak malas, Renhao membuka fail dan melanjutkan membaca profil orang-orang yang akan dipekerjakan untuknya.

Bola mata Renhao terbelalak untuk beberapa saat ketika ia menemukan wajah seseorang yang tak asing di sana, mendudukkan diri untuk memfokuskan penglihatan, sekarang ia benar-benar tercengang karena mantan kekasihnya berada di tim yang sama yang akan menjadi bodyguard.

"Liuye," bisik Renhao dengan suara yang dalam.

Membaca sesaat, kemudian atensi kembali kepada foto pria yang tidak terlalu berubah dari ingatan terakhir kali mereka bertemu. Namun, sekarang wajah Liuye terlihat lebih dingin dan tak ada senyuman seperti di foto-foto yang pernah mereka ambil bersama.

Dalam benak berpikir, mungkinkah ia diberikan waktu untuk berpikir karena ini merupakan kesempatan agar mereka bisa bertemu kembali. Mengingat, terakhir kali bersama, Liuye benar-benar kecewa dan tidak bisa menolelir kesalahannya. Apalagi dahulu hubungan mereka sangat ditentang.

Renhao mengusap wajah dengan salah satu tangan, kemudian kembali mendesahkan napas. Jika menerima, empat orang itu akan mengawasi, kemungkinan salah satu di antaranya akan menjadi sopir pribadi pula. Namun, jika tidak diterima, ia mungkin akan menyesal seumur hidup karena tidak mengambil kesempatan emas ini.

Walau berat hati, tetapi demi pria yang masih ia sukai, Renhao pun akan mengikuti kemauan sang ayah.

"Benar, tak ada jalan lain, bagaimanapun yang harus kulakukan adalah bertemu dengannya terlebih dahulu, kemudian meminta maaf sekali lagi."

***

.
.
.

Full versi hanya untuk klien.

Terima kasih sudah memesan kepada Erza, dan selamat ulang tahun juga.

WRITING COMMISSION - Terima Jasa MenulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang