25. Commission by Zahra

7 1 0
                                    

Hidangan yang baru saja tersaji dan dibuat sepenuh hati oleh Minho, kini tak juga disentuh. Membatin, kenapa pria itu tak kian datang menghampirinya di meja makan untuk sarapan bersama? Ia berdiri dari duduknya, kemudian melangkahkan kaki. Minho menangkap sosok Jinki yang tengah memakai sepatu di depan pintu apartemen mereka.

"Kau tak sarapan dulu?" tanya Minho.

"Nanti saja di kantor," ujar pria itu tanpa menoleh menatap Minho yang berdiri tidak jauh di belakangnya.

"Aku kan sudah buat sarapannya, kau juga harus makan dengan teratur, kan?"

"Aku bisa telat, jadwalku sangat padat."

"Kalau begitu tunggu sebentar, akan kumasukkan ke kotak bekal dan makanlah setelah sampai di kantor."

"Tidak perlu," potong Jinki, ia lantas berdiri dan melangkah pergi.

"Hati-hati...." Suara Minho hanya terkubur dengan deritan pintu yang baru saja ditutup Jinki.

Embusan napas dikeluarkan dengan perlahan, ia sejenak menutup mata untuk meredam rasa tak mengenakan di dalam dada. Perlahan melangkah dan memandangi sarapan yang tersaji di meja dan sekarang mulai dingin. Ia duduk dan menyantap menu sederhana yang telah ia buat di pagi buta. Berpikir, apakah Jinki akan baik-baik saja? Dia terlihat semakin sibuk sejak naik jabatan, pola makannya pun mungkin tidak teratur sekarang.

Menggelengkan kepala, membatin bahwa Jinki pasti akan baik-baik saja, ia hanya terlalu keras kepada dirinya sendiri karena mengurusi pekerjaan.

"Pasti dia makan dengan teratur, kan?"

Tengah hari tak terasa berlalu begitu saja, ia yang berada di depan laptop lantas mengecek jam dan membatin; ini adalah waktu untuk makan siang. Melihat ponselnya yang tergeletak di atas meja, Minho mengambil benda persegi itu dan membuka kolom chat antara dirinya dan Jinki. Bait kata diketik, ia ingin mengingatkan kepada pria itu bahwa jangan lupa untuk menyantap hidangan makan siang, tetapi ia lantas mengurungkan niat tersebut.

.

.

.

Versi full hanya untuk klien


WRITING COMMISSION - Terima Jasa MenulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang