06

2.2K 232 20
                                    

"Dari Bali lo?" Tanya Risa yang datang mengunjunginya kerumah. Hari ini ia sudah ada di Jakarta, kembali pada rutinitas biasanya. Anak-anak sekolah daring dan Jaehyun yang kembali sibuk.

"Udah swab blom?" Tambah Risa lagi.

"Udahlah negatif semua" jawabnya sambil mengepel lantai. Kembar sedang belajar di ruang tengah sedangkan si bungsu ada main didekatnya. Kembar semakin hari, semakin mandiri bahkan belajar sudah tidak ia selalu dampingi walaupun terkadang ia dampingi karena ya namanya belajar daring. Memang corona pembawa petaka, bisa bayangkan ia seorang diri mengajar dua anak cowok sekaligus, ia tidak mempersalahkan pelajaran lainnya. Tetapi pelajaran yang namanya matematika, rasa-rasanya jika kembar sembarangan jawab ingin sekali ia mengamuk atau membanting meja. Tetapi anak kecil, mungkin belum mengerti. Pada akhirnya ia yang harus banyak-banyak bersabar.

"Hahahaa... Lo masak apa Lis? Laper banget gue"

"Gausah nanya-nanya, langsung ambil aja" ucapnya lagi. Biasanya juga Risa langsung ambil nasi sendiri dan tumben sekarang pakai nanya masak apa. Risa tertawa dan mengambil piring, setelah mengambil nasi Risa duduk dimeja makan "Ntar ya, habis gue makan kita konseling"

"Hahaha... gila lo. Apa cepetan" tagihnya tidak sabaran, jika sudah seperti ini pasti ada sesuatu penting yang Risa ketahui.

"Gue lapar setan" entah apa yang membuat sahabatnya itu membolos kerja, setelah istirahat makan tidak balik lagi dengan mengatakan kangen. Padahal ia tahu akan men-spill sesuatu.

"EH SORRY SORRY" Ucap Risa setelah ingat jika Lisa melarang keras berkata kasar didekat anak-anaknya.

"Alcen udah makan belom, sini ate suapin" Risa mencubiti pipi Arsen gemas, sedangkan yang dicubiti berusaha lari dengan kuda-kudaannya melanjutkan aktivitas mengeksplore dapur.

"Udah, baru selesai" ucapnya karena memang baru saja ia menyuapkan bungsu makan siang.

"Mamaaahhh" panggil kembar bergantian.

"Ajarin anak lo tu, Alcen sini aja sama atee" Risa mengangkat tubuh Arsen dan mendudukkannya diatas pahanya sedangkan ia jalan menghampiri kembar.

Ia duduk didepan anak-anaknya karena masing-masing menghadapi iPad. Untung saja anak-anaknya sekelas, jadi dia tidak terlalu pusing mengajari jika berbeda.

"Alley ngga ngerti yang ini" kata Harley menunjuk bilangan yang hanya ada 184.

"Alvey juga"

"Ini tugas?" Tanyanya sambil melihat bagaimana bentuk soal beserta jawabannya yang dibingungkan kembar.

"Nggaa, nanti miss nya tunjuk. Ini dikasih waktu buat latihan" ia mengangguk-ngangguk paham, soal yang kembar bingungkan soal yang hanya mengisi jawaban setelahnya seperti 184 setelah bilangan 184 itu berapa dan seterusnya.

"Ooh ok, liat mamah" perintahnya yang kembar turuti.

"Habis 56 brp? Ini tinggal dilanjutin aja sampe kolom nya habis. Coba habis 56 berapa?" Tanyanya dengan menatap kedua anaknya bergantian.

"57, 58, 59, 60" jawab keduanya bersamaan.

"Itu bisa"

"Gitu aja?" Kali ini si Harley yang bersuara soalah meremehkan setelah mendapat jawabannya, persis seperti Lucas dulu sewaktu diajarkan maminya. Mengeluh karena tidak paham dan meremehkan ketika cara mendapatkan jawabannya sangat sederhana.

"Iya"

"Mana lagi?" Tanyanya dan Harley pun menunjuk pertambahan susun yang ada dilayar iPad.

"Ini pertambahan susun namanya, liatin mamah, 147 ditambah 29" kembar memperhatikan selagi ia menjelaskan, terkadang ada kalanya kedua anak kecil ini sangat susah diajarkan untung saja pagi ini tidak serewel biasanya. Biasanya jika sudah rewel dan susah diajarkan atau tidak mau bangun untuk mengikuti kelas andalannya pasti 'telpon papa'.

(2) jj familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang